Awal tahun 2025 saya mendampingi dr. Erwin, seorang peraih beasiswa LPDP ke Cina. Dokter spesialis saraf yang lolos belajar di Nanjing ini mengaku dulu bukanlah siswa ataupun mahasiswa yang pintar.
Selama menemaninya belajar untuk sesi wawancara dengan tim dokter di Cina, saya saksikan ia memang terbukti tekun dan punya semangat belajar tinggi--dalam hal ini mempraktikkan bahasa Inggris secara lisan.Â
Selelah apa pun selepas praktik malam, ia akan meluangkan waktu untuk belajar, kadang terpaksa melalui Google Meet.
"Bahasa asing dan tahan banting," ujarnya singkat saat saya tanyakan skill apa yang ia wajibkan atas kedua anaknya sebagai modal kesuksesan.
Pendapatnya boleh dibilang sahih sebab penguasaan bahasa asing setidaknya akan membuka banyak peluang. Bahkan ketika anak tak sanggup kuliah tinggi, kemampuan berbahasa bisa diajarkan dan berpotensi mendatangkan rezeki--dengan catatan mumpuni.
2. Rakus bacaan dan kompetensi
Tak bosan-bosan saya ulang di kelas bahwa bahasa asing adalah mutlak. Bukan melulu sebagai ladang rezeki, melainkan sebagai media untuk mengakses ilmu pengetahuan yang lebih luas dan kaya. Dengan demikian, kecakapan berbahasa Inggris bukan lagi pilihan, melainkan kewajiban.
Bahkan saya tekankan--menilik perkembangan mobile app yang masif--bahwa mereka sebisa mungkin menambah bahasa asing lain seperti Korea, Mandarin, atau Jepang sebagai nilai plus.
Kemampuan berbahasa asing yang baik akan membuka jendela informasi pada dunia yang ekstensif. Ilmu apa pun nyaris bisa diperoleh berkat kecakapan berbahasa sebagai gerbangnya.
Kecakapan berbahasa pula akan mendorong mereka menguasai 4C (Communication, Critical Thinking, Creativity, dan Collaboration) sebagai kunci sukses agar anak Siap Hadapi Tantangan Abad 21.
Intinya, bahasa asing menjadi modal berharga dalam pembelajaran. Syaratnya mesti mumpuni dan kompeten, yang juga tecermin dalam deep learning.