Mohon tunggu...
Isnaini Khomarudin
Isnaini Khomarudin Mohon Tunggu... Full Time Blogger - editor lepas dan bloger penuh waktu

peminat bahasa daerah | penggemar kopi | pemburu buku bekas

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

7 Jurus Freelancer Atur Keuangan Selama Ramadan

18 April 2021   19:18 Diperbarui: 22 April 2021   15:29 566
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Freelancer harus melek finansial agar tidak hidup menyesal./koleksi pribadi

Saya tak hendak memungkiri bahwa selama pandemi sisi keuangan keluarga kami sungguh diuji. Betapa tidak, sejak tahun 2017 ketika pindah dari Bogor ke Lamongan saya menekuni dunia freelance sebagai pekerjaan tetap. Bagaimana itu ya, pekerjaan tetap kok sebagai freelancer? Hehe. Ya intinya saya mengandalkan pekerjaan freelance untuk mendapatkan pemasukan. 

Nah, pekerjaan freelance itu kebanyakan berbasis online. Selain menulis rutin di beberapa blog, saya juga menerima jasa penerjemahan, penyuntingan naskah, dan layout atau desain isi buku. Singkat kata, pekerjaan yang saya geluti berkisar pada dunia kreatif yang kebanyakan saya kerjakan secara remote atau jarak jauh. Inilah opsi terbaik mengingat saya tak mungkin bekerja kantoran lantaran faktor usia dan kondisi kesehatan yang tak bisa bekerja sekian jam seharian.

Namun saya bersyukur bahwa saya mengenal dunia blogging yang membuka pintu rezeki hingga kini. Apalagi di saat pandemi ketika banyak pekerja dirumahkan atau di-PHK secara permanen, saya masih mendapat cipratan rezeki. Akan tetapi, karena pekerjaan berbasis online dan sifatnya freelance maka ada dua risiko utama yang jelas menghadang.

Pertama, adanya kemungkinan tidak dibayar oleh pemesan tulisan atau pengorder pekerjaan. Saya pernah menulis sebuah blogpost tentang suatu produk tapi tak dibayar sepeser pun, apalagi sesuai nominal pesanan. Pemesan berkelit bahwa ia tak mendapat bayaran juga dari orang yang membutuhkan jasa saya. Intinya, ia bukan pemesan sesungguhnya dan saya akhirnya gigit jari karena tidak ada surat kontrak.

Cara mengatur keuangan selama Ramadan

Risiko kedua adalah ketersediaan job tidak bisa digantungkan. Satu bulan bisa laris mengerjakan beberapa tulisan atau proyek desain sementara bulan berikutnya bisa sepi sama sekali. Dari situlah pentingnya keterampilan pengelolaan keuangan atau financial planning. Kalau tidak bijak mengatur keuangan, maka kehidupan freelancer seperti saya bisa terganggu karena bagaimana pun faktor ekonomi sangatlah penting, apalagi saat pandemi.

1 | Proyeksi Ramadan

Sebagai konsekuensi dari pekerjaan freelance yang tak selalu ada secara ajek, maka langkah pertama dan utama adalah melakukan proyeksi sebelum Ramadan. Ya semacam tahap pre-planning untuk menimbang-nimbang apa saja kebutuhan selama Ramadan nanti sehingga saya bisa mengalokasikan dana jauh-jauh hari sebelum Ramadan benar-benar datang.

2 | Menabung

Langkah kedua yang penting adalah tetap menabung. Kapan pun ada pemasukan, maka saya mesti sisihkan dalam rekening terpisah sebagai cadangan saat benar-benar dibutuhkan. Ini adalah implementasi langkah pertama tadi. Nilai yang ditabung tentu saja fluktuatif, bergantung pada pemasukan yang saya dapatkan.

3 | Skala prioritas

Pada Ramadan selama pandemi, setiap pengeluaran sangat berarti dan berdampak signifikan pada kondisi keuangan secara keseluruhan. Oleh karena itulah kemampuan menentukan skala prioritas sungguh sangat penting. Mana yang perlu dipenuhi dulu dan mana yang bisa ditunda akan memengaruhi kesehatan finansial, bahkan kesehatan fisik loh. 

Contoh paling mudah adalah kami tidak membeli buku cetak sebelum dan selama Ramadan. Kini banyak aplikasi penyedia buku gratis, dua di antaranya iPusnas dan iBI Library. Kalau pun terpaksa beli karena buku tak tersedia di layanan itu, maka kami pilih beli buku bekas asalkan orisinal. Pos biaya pembelian buku bisa kami manfaatkan untuk menutup pos lain yang lebih mendesak.

4 | Beli grosiran

Beli barang secara grosiran adalah solusi untuk mendapatkan harga yang terjangkau. Sepintas memang lebih besar nominalnya, tapi jika dihitung per satuan, nilainya jauh lebih hemat. Beli sayur mentah biasanya sekaligus untuk 3 hari, nah cara ini sangat efektif untuk menekan biaya. Selain mengirit BBM karena tak harus ke pasar setiap hari, pembelian sayur dalam jumlah besar juga meminimalksan sampah kemasan.

5 | Hemat segala hal

Berhemat adalah kunci, itu sudah pasti--apalagi di tengah pandemi saat ini. Apa saja penghematan yang kami lakukan? Ya hal apa saja di rumah tangga yang bisa dihemat. Mulai dari pemakaian listrik, pulsa/kuota, air bersih, gas, dan terutama makanan. Untuk kuota, kami beruntung mendapat paket bantuan dari Kemendikbud yang otomatis mengurangi biaya belajar kedua anak kami. 

Adapun untuk pos makan, selama Ramadan kami justru bisa berhemat. Selain jatah makan berkurang, yang sebelumnya 3 kali menjadi 2 kali, porsi makan kami selama Ramadan otomatis berkurang. Dari sini saja sudah ada penghematan. Lalu kami menghindari membeli gorengan sebagai menu takjil. Sebagai gantinya, kami siapkan kurma yang kami beli secara grosiran dua bulan sebelum Ramadan ketika harganya masih normal. 

Selama Ramadan kami juga tak punya agenda berbuka di luar. Entahlah, setelah setahun bertahan di rumah, kami malah betah menghabiskan waktu di rumah saja bersama keluarga. Membaca buku, komik, menonton video pendek di Youtube atau IG, atau mengasah hafalan Quran jadi aktivitas yang lumayan mengasyikkan. Bukan hanya hemat uang, tapi juga menghindarkan diri dari ancaman virus yang belum hilang.   

6 | Tak lupa berdonasi

Bagian ini tak mungkin kami lewati. Kami sekeluarga pernah merasakan kelaparan beberapa tahun silam ketika uang yang ada hanya cukup untuk sekali makan. Honor menerjemahkan buku dari penerbit tak kunjung datang, dan waktu mau berutang ke warung langganan kami tak diperbolehkan. Inilah saatnya kami memberi kembali, untuk siapa pun yang membutuhkan. Sedikit atau banyak bukan ukuran, yang penting konsisten tanpa perhitungan akan balik atau tidak.

Sedekah di era masa kini pun makin praktis. Tinggal buka browser di ponsel atau laptop, donasi bisa meluncur dengan cepat. Tak perlu repot keluar rumah yang berpotensi menghabiskan BBM kendaraan atau malah bikin kepanasan, donasi bisa tersalurkan. Thanks to technology!

Sedekah tak boleh terlupa, apalagi kini caranya semakin mudah./koleksi pribadi
Sedekah tak boleh terlupa, apalagi kini caranya semakin mudah./koleksi pribadi

7 | Penghasilan tambahan

Menyambut lebaran Idulfitri, orang-orang yang berpuasa tentu menyiapkan beras untuk dibayarkan sebagai zakat fitrah. Nah, demi merespons hal ini kami pun memutuskan menjadi reseller beras untuk zakat dari adik ipar yang memiliki tempat penggilingan gabah di kampung. Harga bisa dinego, kualitas tidak diragukan lagi. Kami sudah mendapatkan beberapa jenis yang dikemas dalam berbagai ukuran. Selain untuk zakat, orang biasanya butuh kemasan beras berukuran lebih kecil untuk bingkisan paket sembako.

Dengan tujuh jurus itu, saya berharap kehidupan kami sebagai freelancer tetap akan lancar. Memang tak semua yang kita inginkan harus jadi kenyataan. Itulah sebabnya Tuhan memerintahkan kita bersabar dan bersyukur. Ada banyak cara bersyukur sepanjang Ramadan. Selain beribadah sekuat tenaga, memberitakan kabar baik dan terus belajar juga wujud syukur yang positif.

Nah, sobat Kompasianer, bagaimana cara kalian kelola keuangan selama bulan Ramadan? Adakah freelancer juga seperti saya? Silakan tuliskan di kolom komentar, barangkali kiat kalian bisa saya jadikan teladan.    

  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun