Mohon tunggu...
Isnaeni
Isnaeni Mohon Tunggu... Guru - Belajar dengan menulis.

Belajar sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kejutan Hadiah dari Siswa untuk Guru

30 Juni 2022   09:13 Diperbarui: 30 Juni 2022   09:29 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pembagian rapot akhir tahun ajaran kali ini di luar kebiasaan. Siswa membuat hadiah berupa buket yang isinya uang, makanan dan lainnya untuk diberikan kepada guru dan wali kelas. Pemberian ini bukan atas nama perorangan, tetapi dari beberapa siswa yang beriuran untuk mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada guru. 

Pemberian yang diberikan siswa sebenarnya menimbulkan pertanyaan bagaimana memberi balik kepada mereka. Apa yang bisa diberikan kepada siswa. 

Penulis juga sebagai guru kadang merasa gamang bilamana diberi sesuatu oleh siswa, merasa senang sekaligus tidak enak karena penulis tidak terbiasa meminta sesuatu kepada siswa. Bahkan pernah berpikir lebih baik tidak diberi hadiah dari siswa kalau membuat kikuk bila bertemu siswa tersebut.

Kejadian pertama saya diberi hadiah oleh siswa adalah waktu saya mengajar di sekolah swasta dan belum menikah. Guru masih lajang memang selalu menjadi paporit bagi siswa atau siswi. 

Sebagai guru mata pelajaran yang bukan wali kelasnya,  mendapat hadiah ulang tahun dari satu kelas membuat tidak enak bagi saya kepada wali kelasnya siswa tersebut. Pemberian hadiah ini membuat saya bertanya apa yang saya dapat berikan balik kepada mereka?.

Pernah juga beberapa kali menerima hadiah berupa uang atau barang, besarannya memang tidak terlalu besar. Biasanya mereka memberikannya setelah dibagi rapor. Dan pemberian ini biasanya tidak ada ikatan dengan nilai atau ranking siswa di kelas. Mungkin siswa tahu bahwa penilaian siswa bukan bergantung wali kelas, karena di jenjang sekolah menengah guru wali kelas hanya menerima nilai dari guru mata pelajaran. 

Sebagai orang tua dari anak yang sudah sekolah, saya dan isteri pun merasa harus memberi hadiah kepada guru anak-anak kami. Kami sering mendapat hadiah dari orang tua siswa (terutama istri yang merupakan guru SD) berupa makanan atau lainnya. Maka bila ada rezeki, isteri memberi hadiah kepada guru anak-anak kami yang SD. Pemberian ini diberikan ketika anak sudah dibagi rapot sebagai tanda terima kasih, bukan untuk mendapatkan nilai besar atau ranking kelas.

Terima kasih kami kepada guru anak-anak kami karena kami menyadari anak-anak kami terlambat untuk lancar membaca dan menulis. Dengan kesabaran mereka, anak-anak kami dibimbing dan diberikan les membaca dan menulis tanpa harus membayar. Pemberian kami tidak ada apa-apanya dibanding ilmu yang anak-anak kami peroleh. Kami sangat menghargai objektivitas guru mereka dalam menilai siswa kami.

Kami pun kadang memang harus berhati-hati dari menilai siswa pandai hanya karena pemberian mereka kepada kita. Tentunya penilaian demikian akan membuat pembelajaran tidak akan berhasil baik bagi anak maupun guru. Siswa akan lebih menganggap enteng kepada gurunya dengan hanya banyak memberikan sesuatu bukan dengan banyak belajar agar nilainya meningkat. Fenomena memamerkan nilai rapot atau menjadi juara kelas dikhawatirkan mengaburkan tujuan pembelajaran yang utama.

Guru sebagai insan pendidik menolong siswa-siswinya agar terhindar dari kebodohan dan membimbing mereka agar menjadi manusia utama. Guru melaksanakan bimbingan kepada siswa merupakan hadiah yang tak terkira bagi siswa, demikian pula siswa yang  menerima perhatian dan bimbingan dapat menerima perhatian dan bimbingan guru merupakan hadiah bagi guru. 

Ungkapan terima kasih siswa kepada penulis yang penulis terima lewat inbok facebook sungguh sangat menyentuh. Siswa tersebut bertanya mengapa ia mendapat perhatian dari saya padahal siswa tersebut bukan siswa yang berprestasi atau menyenangkan guru. Saya katakan bahwa saya melakukan itu adalah karena kewajiban. Dan memang yang saya lakukan adalah hanya melakukan kunjungan ke rumah siswa tersebut dan mengetahui kondisi keluarganya yang sangat terbatas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun