Mohon tunggu...
Isnaeni
Isnaeni Mohon Tunggu... Guru - Belajar dengan menulis.

Belajar sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Diary

My Father The Hero

1 April 2022   13:01 Diperbarui: 1 April 2022   13:06 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Setiap sebelum puasa, selalu diadakan haol aba di rumah ibuku.  Ini sekaligus untuk mengenang aba yang kami cintai. Terlahir di ibu kota Jakarta dan pindah mengikuti isterinya di daerah pasundan. Dan di tempat istrinya ini, lahirlah kami anak-anaknya sampai kami pun berkeluarga. 

Kehidupannya yang keras ketika remaja karena harus menopang beban keluarga. Bekerja serabutan di pasar dan pulangnya membawa makanan untuk ibu dan saudara-saudaranya. Ayahnya meninggal ketika usianya masih belia, dan adik-adiknya masih kecil yang jumlahnya ada 5 orang. Sebagai anak laki-laki terbesar, ia fokus bekerja sampai ia menelantarkan dirinya, sekolahnya entah tamat atau tidak dari SD/Madrasah dan manikah pun dilangkahi oleh adiknya. 

Beliau sempat berjual beli kertas bekas dan tentunya berjual beli pakaian yang merupakan keterampilan keluarga besarnya.  Dan sampai akhir hayatnya, beliau bekerja dalam perdagangan pakaian, sepatu, dan perlengkapan menjahit lainnya. 

Ketika menikah dan tinggal di daerah istrinya, beliau bolak-balik ke ibukota. Membawa hasil bumi ke ibu kota berupa hasil pertanian, dan pulangnya membawa belanjaan pakaian dan perlengkapan menjahit lainnya dari ibu kota. Tinggal di desa membuat beliau berusaha mencari uang di desa dengan menjahit dan sedikit demi sedikit membeli bahan pakaian untuk dipakai atau dijual.  

Saya ingat bahwa beliau sebelumnya hanya punya beberapa pis bahan dan menjual sepatu/sandal. Dan berjualan di desa, walaupun barang yang dijual banyak, tapi yang membeli tidak juga banyak. Berbeda dengan paman beliau di ibu kota yang menjual bahan sampai beberapa pis dalam satu hari, atau menjual benang bisa sampai berdus-dus.

Karena sekolahnya tidak tamat (kalau boleh dikatakan begitu), beliau sering menyempatkan diri membaca kamus atau buku-buku yang pernah di beli di bus ketika ke ibu kota atau buku-buku yang ia kumpulkan ketika beliau berjual beli kertas. Biasanya ia membaca ketika ia beristirahat setelah capai memotong bahan atau menjahit pakaian. 

Dari buku-buku yang ada itulah, saya sering membongkar buku-buku dan membereskannya. Sambil membereskannya, saya kadang berhenti dan membaca buku yang menurut saya menarik. Jadilah beres beres buku itu menjadi keasyikan tersendiri. Dan dari kebiasaan itu, saya kadang membeli buku sendiri. 

Dalam keuangan, beliau sangat ketat sekali. Beliau kadang menahan kami dari jajan. Tetapi ketika kami sekolah, kami selalu mendapat jajan yang tetap, walaupun tidak besar. Mungkin sebagai bekal bila kami lapar. Di luar ke sekolah, beliau jarang memberi jajan. Ketatnya keuangan terhadap kami atau yang lainnya kadang menjadi bahan pembicaraan keluarga besar. 

Dalam bekerja, beliau selalu giat bekerja. Pagi-pagi beliau memotong bahan pakaian sambil diselingi minum kopi dan mendengarkan siaran radio atau musik. Prinsip kerjanya adalah "Time is money", sehingga tiada waktu yang terbuang kecuali untuk bekerja. 

Kepada anaknya beliau menanamkan disiplin dalam beribadah, dalam keuangan, dan dalam melakukan suatu hal/pekerjaan. Misalnya kalau makan harus di meja makan, jangan di sembarang tempat. Adiknya pernah berkata, "Abang orangnya ketat ke anak, tapi anaknya bisa mandiri. Dan alhamdulillah, dari lima anaknya hampir semuanya pendidikan akhirnya sarjana. 

Walau beliau bekerja keras, namun Aba belum sempat menunaikan ibadah haji. Tiga adiknya sudah menunaikan ibadah haji. Beliau berusaha di desa, sehingga usaha beliau tidak seberuntung adik-adiknya. Keberhasilan beliau adalah telah mendidik anak-anaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun