Mohon tunggu...
Isma Nuryani
Isma Nuryani Mohon Tunggu... Guru - Guru sekolah dasar di wilayah kabupaten Cilacap

Seorang guru sekaligus Ibu dari dua anak

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rayuan Syetan #1

14 Mei 2022   15:25 Diperbarui: 15 Mei 2022   07:22 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Seseorang datang padaku, dia hanya memanggil namaku tanpa berkata kabar. Kemudian dia duduk disampingku tanpa banyak bicara. Sesekali aku bertanya kepadanya, dan jawabnya hanya singkat. Terlihat di raut mukanya ingin menumpahkan rasa dalam dadanya tapi terhalang oleh lidah yang kelu.

Aku pun berpura-pura tak menyadari akan perubahan sikapnya waktu itu. Aku hanya sibuk berbahagia karena dia datang menemuiku setelah sekian lamanya tak bertemu. Kadang ada sesal padaku, jika aku mengingatnya, kenapa dulu tak ku ungkapkan perasaanku waktu itu. 

Kenapa dulu aku tak bertanya apa yang sedang terjadi padanya? Kenapa aku berpura-pura tidak tahu akan perubahan yang terjadI padanya? Tapi semua terlambat.

Setelah lima bulan tak ada kabar, aku bertemu denganya menggendong bayi dua bulan. Aku terkejut, campur aduk rasaku waktu itu. 

Bagaimana bisa tiba-tiba dia menyusui bayi dua bulan setelah lima bulan yang lalu aku bertemu dengannya. Aku berusaha tenang dan mengaggap bahwa aku lupa kapan terakhir ketemu dengannya. Dia tersenyum padaku "Nanti aku ceritakan" bisiknya setelah aku pamit pulang.

Serasa lari marathon seribu putaran lapangan disiang hari ketika dia ingin mengungkapkan perasaannya

Dalam perjalanan pulang, aku masih bertanya-tanya. Benarkah yang terjadi? Siapa yang mengantarnya saat bertemu denganku tadi? Bayi siapa yang digendongnya? Tiba-tiba hp ku berbunyi, hanya sebuah chat masuk di WA.

"bayi itu anaku"
"yang mengantarku suamiku"
"maaf, aku tidak mengabarimu"
"karena semua serba mendadak"
"jaga kamu baik-baik"

Entah aku harus bahagiakah atau sedihkah. Perasaanku bercampur, rame rasa. Bahagia karena temanku telah menikah dan punya anak. Sedih karena dalam hitunganku ini seperti musibah. Aku pun membalas chatnya.

"waw... Selamat ya ndul"
"seneng dengernya, tapi kamu jahat ndul, nikah nggak kabar-kabar"

Aku menunggu dia merespon chatku. Bolak balik ku lihat hp ku. Berharap ada chat masuk. Tapi masih membisu.

Sesampainya di rumah, aku melepaskan penat di kamarku. Cukup melelahkan hari ini, seharian bertemu temen terus muter-muter berburu kuliner memanfaatkan pertemuan yang jarang terjadi. Kita bisa saja bertahun-tahun tidak ketemu. Tetapi bisa juga cukup hitungan bulan tak bertemu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun