Mohon tunggu...
Fahmi
Fahmi Mohon Tunggu... Kuli -

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Jokowi Vs Prabowo, Skor Sementara 2-1

10 September 2018   08:52 Diperbarui: 10 September 2018   09:05 576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Strategi Pilpres 2019 sudah mulai marak dijalankan oleh para tim strategi pasangan calon Presiden baik dari kubuJokowi maupun Prabowo. Terlihat dalam beberapa bulan terakhir ini perang strategi maupun perang psikologis mulai sangat terasa.

Dalam pengertian umum, strategi adalah cara untuk mendapatkan kemenangan atau pencapaian tujuan. Strategi pada dasarnya merupakan seni dan ilmu menggunakan dan mengembangkan kekuatan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Pada babak pertama yang lalu, pada saat penentuan calon wakil presiden baik Jokowi maupun Prabowo mengeluarkan beberapa pernyataan yang masih mengandung teka teki, ditambah dengan beberapa pernyataan dari masing-masing pendukung maupun orang terdekat mereka. 

Mulai dari nama-nama yang dimunculkan oleh beberapa orang dekat mereka, kedekatan Jokowi dengan TGB, misteri nama calon wakil yang ada dibalik sakunya Jokowi.

Pertemuan Prabowo dengan SBY yang sepertinya akan memilih AHY sebagai pendamping Prabowo atau tuntutan dari Amien Rais melalui keputusan GNPF agar Prabowo bersedia untuk dipasangkan dengan kalangan yang berlatar belakang agama.

Alhasil pada babak pertama ini Jokowi mengumumkan K.H. Ma'ruf Amin sebagai calon Wakilnya sedangkan Prabowo mengumumkan Sandiaga Uno sebagai Wakilnya. 

Pengumuman ini sontak menghasilkan pendapat yang pro dan kontra bagi pendukung keduanya. Sebagian pendukung Jokowi banyak yang menyayangkan pilihan yang jatuh pada K.H Ma'ruf Amin, sebagian publik melihat dari sudut usia maupun latar belakang beliau sehingga seakan -- akan pilihan ini terjebak oleh wacana prabowo yang akan memilih wakilnya dari kalangan ulama. 

Prabowo berbanding terbalik dengan wacana yang bergulir sebelumnya, ternyata lebih memilih sosok berlatar belakang pengusaha yang muda, kaya dan tentu saja tampan. 

Keputusan ini disambut antusias oleh pendukung Prabowo sendiri maupun publik yang masih belum menentukan pilihan. Sandiaga Uno dianggap akan mampu mendongkrak perolehan suara khususnya dari kalangan generasi muda.

Hasil dari keputusan pemilihan sosok yang menjadi pendamping keduanya, terlihat pada strategi ini telah dimenangkan oleh Prabowo sehingga skor sementara 0-1 bagi kubu Prabowo.

Babak kedua, "pertandingan" kembali dilanjutkan oleh kedua kubu, pada saat terjadinya "perebutan" kader untuk menjadi juru kampanye. Dimana jumlah yang menyeberang lebih banyak dinikmati oleh kubu Jokowi. Salah satu yang fenomenal bersedianya Dedi Mizwar sebagai Juru Kampanye  Jokowi, sehingga pada tahap ini yang sebelumnya skor 0-1 bagi Prabowo, telah berubah menjadi 1-1.

Pertarungan strategi tidak berhenti disini saja, bahkan semakin menarik pada saat masing-masing pihak akan menentukan ketua tim pemenangan pemilu. 

Jokowi masih dengan gaya yang sama masih suka bermain "petak Umpet" untuk mengumumkan siapa yang akan menjadi ketua tim pemengannya. Masih dengan sebutan beberapa nama yang semakin membuat public semakin penasaran, ada tiga nama yang disebut-sebut mulai dari Nazwa Sihab, Chaerul Tanjung bahkan Erick Tohir. sementara Prabowo kali ini terlihat lebih terbuka karena Nampak hanya satu nama yang sering muncul yaitu Djoko Santoso mantan panglima ABRI periode 2007 -- 2010.

Nama Djoko Santoso mulai dikenal oleh publik setelah menjabat Panglima Kodam XVI/Pattimura dan Panglima Komando Operasi Pemulihan Keamanan (Pangkoopslihkam) 2002-2003 yang berhasil dengan gemilang meredam konflik di Maluku.

Akhirnya dengan segala macam dinamika keduanya-pun mengumukan nama yang menjadi ketua tim pemenangan kampanye mereka. Jokowi telah menentukan kepada Erick Tohir sedangkan Prabowo mempercayakan kepada Djoko Santoso.

Erick Tohir. sosok muda pengusaha yang kaya dan tampan dikenal telah sukses mengemban tugas sebagai ketua panitia Asian games yang ke 18 di Indonesia. Menjadi lebih berkibar lagi namanya setelah dia ditunjuk sebagai ketua tim pemenangan Jokowi. 

Lebih menarik lagi Erick Tohir ini adalah sahabat dekat Sandiaga Uno, bukan saja dekat secara  pertemanan tetapi "dekat" juga dalam mengelola bisnis. 

Penunjukan Erick Tohir sebagai ketua tim pemenangan Jokowi tentu saja diharapkan hasilnya akan berimbas pada pemenangan Pilpres 2018 ini seperti halnya sesukses pada saat menjalankan bisnisnya maupun sesukses perlehatan Asian Games yang ke 18. 

Sementara Djoko Santoso pensiunan ABRI yang "berumur" , berlatar belakang militer murni. Tentu saja keputusan Jokowi maupun Prabowo ini akan bisa berdampak pada penentuan suara para pemilih untuk menentukan jari mereka kepada siapa akan mereka tentukan.

Membandingka kedua sosok ketua tim pemenangan kampanye ini, maka sangat bertolak belakang seperti halnya yang terjadi pada saat penentuan nama calon wakil presiden. 

Kali ini nampaknya "utang" Jokowi terhadap kalangan generasi muda yang kemarin merasa tertinggalkan telah terbayar dengan lunas. Sehingga pada pertandingan babak ketiga ini Jokowi telah mengubah skor yang tadinya berimbang sekarang telah membalik keadaan dengan mengubah skor menjadi 2-1.

Dalam dunia politik seperti angin yang akan selalu dapat berubah arah pada saat kapanpun dimanapun dan pada diri siapapun. Maka semakin hari nampaknya akan semakin menarik, akan semakin mengejutkan untuk mengikuti langkah -- langkah politik yang akan dilakukan oleh ahli strategi kedua pasangan calon presiden ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun