Mohon tunggu...
Indra Sastrawat
Indra Sastrawat Mohon Tunggu... Administrasi - Wija to Luwu

Alumni Fakultas Ekonomi & Bisnis - UNHAS. Accountant - Financial Planner - Writer - Blogger

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menggugat Kartini, Memilih Malahayati

21 April 2012   11:17 Diperbarui: 21 April 2016   07:44 2005
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

[caption id="attachment_183369" align="aligncenter" width="500" caption="Lukisan Laksamana Malahayati"][/caption]

Dengan tatapan tajam pandangan matanya menatap jauh ke selat Malaka, dia lihatnya puluhan kapal Belanda yang arogan hendak memasuki bandar Aceh Darussalam. Dengan ucapan Bismillah, dicabutnya sebilah Rencong dari pingganngya, seketika takbir pun pecah di seantero bandar Aceh. Semangatnya menjiwai ratusan innong bale dan ribuan laskar Aceh maju serentak menghadang laskar kaphe. Dengan gagah berani dia perintahkan armada Aceh menyerang Belanda.

Laksamana wanita pertama di dunia

Hari itu tekadnya sudah bulat, mati syahid atau Belanda hancur lebur. Tidak sia-sia perjuangan rakyat Aceh, Belanda kalah telak bahkan pemimpinya yang legendaris Cornelis Houtman tewas ditangan Malahayati dalam pertarungan satu lawan satu. Hari itu tanggal 11 September 1599. Siapa Malahayati !!! dia adalah laksamana wanita dari Aceh dan merupakan laksamana wanita pertama di dunia. Namanya berkibar setelah menghancurkan armada laut Belanda yang terkenal dan membunuh Cornelis Houtman, anda tahu siapa Cornelis Houtman !!! dia adalah perintis penjajahan Belanda di Indonesia, tabiatnya dikenal buruk dan membuat kerusakan di Banten dan Madura. Tapi tidak berdaya di hadapan rencong sang laksamana Malahayati. Malahayati yang ditinggal mati suaminya, tidak membuatnya patah semangat tapi sebaliknya semangatnya membuncah ketika semangat jihad memanggilnya. Malahayati layak di jadikan inspirasi dan contoh emansipasi bagi wanita Indonesia, dan tanggal 11 September pantas dijadikan sebagai hari wanita Indonesia. Saya berbeda dengan kebanyakan rakyat Indonesia yang lebih memilih tanggal 21 April sebagai hari yang layak di berikan kepada wanita Indonesia. Tanggal 21 April adalah hari kelahiran RA.Kartini. Siapa RA.Kartini ???

1335006520816148774
1335006520816148774

Habis Gelap Terbitlah Terang

Kartini merupakan priyayi dari kalangan bangsawan Jawa yang dekat dengan Belanda. Karena di besarkan dengan pendidikan Belanda, Kartini bisa berbahasa Belanda karena itu dia sering berkorespondensi dengan karibnya di Belanda bernama Rosa Abendanon. Dalam suratnya Kartini kecewa dengan kondisi pendidikan wanita Jawa yang berada pada statu sosial yang rendah. Beberapa saat kemudian Kartini menikah dengan Bupati Rembang dan resmi menjadi istri ke-4 sang bupati. Usia kartini terbilang muda ketika Tuhan memanggilnya, di usia 25 tahun Kartini tutup usia. Sampai akhir hayatnya mimpi Kartini mendirikan satu sekolah khusus wanita tidak pernah terwujud. Baru setelah 6 tahun meninggalnya Kartini, Mr. JH. Abendanon mengumpulkan dan mebuat buku tentang surat-surat Kartini yang pernah di tulisnya. Mr. JH. Abendanon dialah yang menulis buku berjudul Door Duisternis tot Licht yang diterjemahkan oleh Armyn Pane menjadi Habis Gelap Terbitlah Terang. Buku Door Duisternis tot Licht di terbitkan tahun 1911 oleh pemerintah Belanda. Buku ini dicetak sebanyak lima kali, dan anehnya pada cetakan terakhir terdapat tambahan surat Kartini. Terbitnya surat Kartini menarik minat dan perhatian masyarakat Belanda, melalui aksi sumbangan terkumpllah dana untuk mendirikan sekolah wanita seperti mimpi Kartini dulu.

Kontroversi Kartini

Ada beberapa pihak yang meragukan isi surat RA. Kartini, disamping itu Belanda sengaja memilih tokoh Kartini sebagai politik etis (balas budi) penjajah terhadap Indonesia, politik etis merupakan salah satu cara Belanda mengambil simpati rakyat Indonesia. Yang perlu di ingat wilayah perjuangan Kartini hanya lingkup Jepara dan Rembang yang teramat kecil bila diukur luas Indinesia. Tanpa mengurangi rasa hormat terhadap perjuangan Kartini, saya berkeyakinan bahwa Kartini juga dekat dengan penjajah karena tidak satupun suratnya yang memandang Belanda adalah musuh, hal berbeda dengan Malahayati, Cut Nyak Dhien, Opu Daeng Risadju dll Salah satu orang yang menantang pengkultusan Kartini sebagai tokoh emansipasi wanita adalah Prof. Dr. Harsja W. Bachtiar. Harsja W. Bachtiar menulis sebuah artikel berjudul: Kartini dan Peranan Wanita dalam Masyarakat Kita. 

Tulisan ini bernada gugatan terhadap penokohan Kartini. Kita mengambil alih Kartini sebagai lambang emansipasi wanita di Indonesia dari orang-orang Belanda. Kita tidak mencipta sendiri lambang budaya ini, meskipun kemudian kitalah yang mengembangkannya lebih lanjut. Ia menunjuk dua sosok wanita yang hebat dalam sejarah Indonesia. Pertama, Sultanah Seri Ratu Tajul Alam Safiatuddin Johan Berdaulat dari Aceh dan kedua, Siti Aisyah We Tenriolle dari Sulawesi Selatan.

Tokoh pejuang wanita dunia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun