Mohon tunggu...
Zulkarnain El Madury
Zulkarnain El Madury Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Madura pada tahun 1963,
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Seorang pemburu kebenaran yang tak pernah puas hanya dengan " katanya". Adalah Da'i Pimpinan Pusat Muhammadiyah peeriode 1990 sd 2007, selanjutnya sebagai sekjen koepas (Komite pembela ahlul bait dan sahabat) hingga 2018, sebagai Majelis Tabligh/Tarjih PC. Muhammadiyah Pondok Gede, Sebagai Bidang Dakwah KNAP 2016 -219 . Da'i Muhammadiyah di Seluruh Tanah air dan negeri Jiran ..pernah aktif di PII (Pelajar Islam Indonesia), Tinggal dijakarta

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Pembegalan dan Pembusukan KPK Melibatkan Banyak Pihak

6 Mei 2015   16:10 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:19 508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14309029131873834800

Korban Pembusukan KPK

Gaung KPK memang patut diapresiasi sebagai lembaga manusia "sakral" antikorupsi, meskipun keberadaannya sebatas mitos, namun cukup membuat ciut para pelaku korupsi di Indonesia. Awal lahirnya sosok Antasari Azhar, orang pertama yang menorehkan prestasi pencidukan etnis koruptor yang populatif jumlahnya, karena selain menggiurkan tuntutan menyalahgunakan jabatan, juga memberi kontribusi masa depan bergilamang harta, sekalipun risikonya dipenjara.

KPK sempat menarik perhatian rakyat, banyak yang merasa terhibur dengan kehadiran KPK, hingga rakyat yang jauh berada di bawah garis kemiskinan turut terhibur, merasakan napasnya lega ketika para maling yang mengenakan baju pejabat wakil rakyat, menteri, bupati dan pejabat lainnya diborgol menuju rumah tahanan. Hanya sayangnya sikap diskriminatif penangkapan maling bermartabat dengan maling ayam, masih lebih kejam menangkap maling ayam. Rakyat bawah berguman, seandainya para koruptor ditangkap mereka pasti dibakar seperti maling ayam dan maling sapi. Gumamnya begitu.

Tetapi Antasari Azhar , cahaya bintangnya menjadi padam seketika, padahal awalnya nama "Antasari Azhar" melambung tinggi, selaksa pujian membanjirinya, bak pahlawan dielukan oleh semua pihak yang cinta kejujuran, kata mereka, "Lanjutkan Pak, kami bersama Bapak." Seperti gading tak ada yang tak retak, Antasari Azhar terpaksa meringkuk dalam penjara, atas tuduhan dan vonis hakim, bahwa Antasari Azhar adalah pembunuh. Namun rakyat kecil jujur menyatakan," Akh itu rekayasa orang atas katanya." Rakyat bawa ternyata lebih cerdas menilai kalau Antasari Azhar tak tidak mungkin menjual kehormatannya hanya karena seorang wanita, toh kalau memang mau seorang Antasari Azhar bisa mendapatkan banyak wanita tak harus dengan seorang pelayan lapangan seperti Rani.

Aulia Pohan, besan Mantan Presiden SBY, merupakan awal jatuhnya Antasari Azhar, sebagai ketua KPK. Benturan Antasari Azhar ini memang pukulan telak kepada mantan Presiden SBY, ketika beliau masih aktif sebagai presiden, ada kemungkinan benturan ini yang melahirkan Perang Kekuasan melawan KPK, meskipun baru dugaan belaka.

Kedua kasus Anggoro yang melahirkan judul " Cicak Lawan Buaya", menjadi trendi, melibatkan Bibit Samad Rianto, Chandra, dan pihak Bareskrim Seno Duaji, skenario yang berusaha memenggal kedudukan Bibit dan Chandra, rekayasa pihak kepolisian dan Anggro. Membegal langkah KPK ini pasang-surut, karena memang tidak sedikit yang mencari titik nadir yang bisa membegal kekuasaan KPK. Karena memang mestinya, kalau bukan maling tidak perlu takut KPK, kecuali memang maling, sudah pasti banyak cara untuk melenyapkan dan membegal perjalanan KPK. Begal-begal KPK, terbilang sangat mampuni melakukan berbagai rekayasa, di samping melemparkan tokoh-tokoh KPK sebagai benda busuk yang tak berharga sama sekali.

Episode baru terjadi di Jaman "Presiden Joko Widodo", terlebih melihat prestasi KPK yang menangkap para pejabat liar, rakus dan membabi buta membabat uang rakyat, hingga akibatnya martabat Partai Demokrat menjadi suram seketika, berikut perolehan suara pemilih 2014 anjlok, jauh meninggalkan angka gemilang sebelumnya. Sebab rata-rata maling yang tertangkap basah dari kalangan demokrat seperti Anas Urbaningrum, Nazaruddin, Andi Malarangeng, selain menangkap Presiden PKS ketika itu. Tentu saja keberadaan KPK di jaman Jokowi kemungkinan besar membuat ketar-ketir pemerintahan Jokowi, bisa juga menjadi bayang-bayang maut bagi pemerintahan baru, hal itu terjadi ketika KPK mengurungkan niat Presiden melantik Bambang Gunawan sebagai Kapolri. Reaksinya cukup meluas, selain partai pendukung yang tidak bisa menerima jalan pikiran KPK, juga partai oposisi turut gaung anti sikap KPK, berbagai tuduhan datang menghujani KPK, tidak beretika, tidak bermartabat dan tidak tau diri. Meluas kecaman terhadap KPK, terutama dari keceman PDIP terhadap KPK, bisa ditonton tiap hari di media TV. Indonesia Lawyer club asuhan Bang Karni Ilyas pun menjadi ajang menelanjangi KPK waktu itu.

Lagi-lagi KPK dibenturkan pada kekuasaan, hanya dalam hitungan hari, Bambang Wijayanto, Abraham Samad dengan mudah digulingkan dari KPK atas dasar tuduhan yang didasarkan pada peristiwa masa lalu, aneh tapi nyata, karena lagi-lagi ketua KPK yang diseret ke pengadilan, sudah pasti penjara menunggu kehadiran mereka. Belum selesai kasus disidangkan, penyidik KPK-pun masuk daftar merah.... mengapa baru sekarang dilakukan penangkap pada mereka... jawabnya, alasannya banyak.... itu sudah pasti..... rumusannya jangan sekali-kali KPK menyentuh benang merah kepolisian, keluarga istana... Insya Allah selamat.........?

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun