[caption id="attachment_367101" align="aligncenter" width="500" caption="Nasdem TV ?"][/caption]
Dulu awalnya Metro TV oleh Suya Paloh dikumandangkan akan menjadi TV netral, tidak berpihak pada satu kelompok dan obyektif dalam mengelolah berita. Di harapkan menjadi sebuah TV setingkat Al Jazirah, bahkan sekelas CNN, itu ambisi Surya paloh besar pasak dari pada tiang. Jangankan menjadi TV Al Jaziroh, menjadi TVRI saja belum bisa, tidak ada obyektivitas sama sekali dalam mengelolah berita, terutama sejak menjadi KOALISI INDONESIA HEBAT, Metro Tv semakin terpuruk dan subyektivitas, menjadi corong penguasa, pembela rekan rekan koalisi, dan turut membunuh karater lawan politiknya, terutama dalam meliput berita berita penegak hukum yang tidak afiliatif pada kepentingan "Surya Palo"., karena identik antara Surya Paloh dan kepentingan Pemerintahan Jokowi. Tumpul kedalam , tajam keluar, dalam membangun opini, yang baik jadi buruk dan yang buruk jadi baik.
Bila dibandingkan dengan TVRI, masih lebih familiar dengan rakyat, meskipun memuat berita yang berkaitan dengan pemerintah, tetapi tidak tampak kalau TVRI TV Boneka. Metro TV bukan saja menjadi boneka, bahkan menjadi robot Penguasa, turut menebang pemikiran oposisi. Dalam banyak kasus Nasional, Metro TV banyak mengambil peran, turut menyulet permusuhan antar kelompok partai, misalnya kasus PPP dan Golkar, Metro TV turut membela kepentingan kalangan kelompok yang mendukung Pemerintahan Jokowi. Yang jelas peran Metro TV ini sama dengan menyuburkan tradisi "Adu Domba", mengkaunter TV One sebagai rivalnya.
Sejak deklarasi dukungan Surya Paloh ke Jokowi, arah kiblat Metro TV adalah mengarahkan Pemiarsa untuk ikut berpartisipasi pada politik Metro TV, menggiring opini publik sesuai kemauan Metro TV, Â dan berbagai acara advokasi dilakukan oleh Metro TV dalam setiap kritik yan g dilontarkan Metro TV, bahkan selalu melakukan pembenaran terhadap cara yang ditempuhnya. Merasa sebagai Media siaraan yang berkuasa, banyak cara ditempuh Metro TV ketika memberikan justifikasi pembenaran terhadap Penguasa dan rekanan kerjanya. Bukan lagi sebagai "media" yang sosial, tetapi menjadi Metro TV yang sok sial dalam merangkai berita.
Misalnya peran Metro TV pada Bapak Budi Gunawan Wakapolri, sangat luar bisa. Dukungan Metro TV dalam upaya memperjuangkan cita cita Agu ng Laksono termasuk kelas eksikutif  yang menarik, selalu muncul dengan berita pembenaran, meskipun bertindak sebagai preman di Gedung DPRD. Juga turut serta melakukan pembenaran terhadap DPR bayangan ketika bersengketa, pembelaan terhadap PPP versi Surabaya, turut menyalahkan BW, turut menyalahkan Abraham Samad dan ikut pembenaran pemblokeran media, yang jelas berbagai Usaha pelemahan, semuanya tertuju untuk memecahkan konsentrasi pendukung pendukung KMP, Koalisi Merah Putih.
Kalau ada TV seperti bersikap sesuai dengan karakter politik acuannya, ya itu Metro TV. Bukan lagi menjadi TV yang bersahabat bebas, tetapi yang ada adalah sahabat kepentingan dan searah. Sehingga yang tersiar adalah sanjungan berlebihan memuat berita Jokowi dan merendahkan kelompok lain yang tidak disukainya. Mereka sebagai Media besar, mau melakukan apa saja demi mencapai tujuan, meskipun merugikan kelompok lain.
Apalagi dibandingkan dengan Kompas TV, jelas Metro TV.sudah bukan apa apa lagi, jauh tertinggal dan tidak ilmiah, akibat standar Metro TV yang jauh dari publikasi berita yang obyektif dan normatif positif. tetapi lebih  cenderung provokatif politis.