Mohon tunggu...
Zulkarnain El Madury
Zulkarnain El Madury Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Madura pada tahun 1963,
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Seorang pemburu kebenaran yang tak pernah puas hanya dengan " katanya". Adalah Da'i Pimpinan Pusat Muhammadiyah peeriode 1990 sd 2007, selanjutnya sebagai sekjen koepas (Komite pembela ahlul bait dan sahabat) hingga 2018, sebagai Majelis Tabligh/Tarjih PC. Muhammadiyah Pondok Gede, Sebagai Bidang Dakwah KNAP 2016 -219 . Da'i Muhammadiyah di Seluruh Tanah air dan negeri Jiran ..pernah aktif di PII (Pelajar Islam Indonesia), Tinggal dijakarta

Selanjutnya

Tutup

Money

Kenaikan Harga Model Zaman PKI

7 Januari 2017   22:47 Diperbarui: 7 Januari 2017   23:18 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Jaman Sukarno 1960 terkenal dengan kebangkrutan ekonomi Indonesia, tidak bisa di pungkiri oleh sejarah manapun, jelas bukan permainan Militer Suharto, sebagaimana tuduhan palsu para ahli sejarah pesana yang menydutkan pak harto sebagai gembong di belakang komunis. Pailitnya Ekonomi Republik Indonesia 1960, karena kegagalan Sukarno sendiri memimpin bangsa, terlalu otopis untuk menjadi Presiden seumur hidup, tanpa bekal pengetahuan ekonome yang kongkret. Demikian ahli ekonome di jaman Bung Karno tidak mampu mengangkat ekonomi menjadi stabil, bukan karena tidak memiliki pengetahuan, tetapi karena sikap Bungkarno yang ego dengan rumusan rumusan sendiri dalam mendasain ekonomi negara. 

Cukup lama bertahan kebangkrutan ekonome negara, seiring berbagai teori digunakan oleh Bungkarno, hingga akhirnya bersanding dengan komunis, melalui terbentuknya rekonsiliasi Komunis, agama dan nasionalis. namun tidak mengantar ekonomi tertolong dari kebangkrutan, justru meledak berbagai peristiwa merugikan Negara. Angka rupiah tidak bisa dikendalikan lagi, sehingga mencapai puncaknya 1965. Meskipun nilainya jauh di bawa angka sekarang, namun kebangkrutan ekonomi dijaman Bung Karno kalau ditukar mata uang sekarang jauh lebih besar dari hutang negara sekarang ini. Menurut sejarawan Amerika Theodore Friend : Sukarno sibuk membangun imajinasi, menghayal untuk menjadi bangsa yang besar dengan modal kemandulan ekonomi, sedangkan suharto yang di katakan Pro Barat, meskipun berhasil mengatasi kebangkrutan ekonomi hanya  sebatas mengganjal Perut, membangun  dinasti, 

Jelasnya daya hayali Sukarno yang selalu berimajinasi membangun Negara Super Power versi Sukarno, selain tak bisa di lepaskan dari kecantikan wanita  dan kemontokan tubuhnya, mudah memberi kontribusi kepada siapa saja yang mendukung gagasannya. Seolah Negara ini adalah Bung Karno, tanpa Bungkarno bukan apa apa. Sebenarnya kalau mau adil dalam mengamati sejarah, sukarno Sejak mempersiapkan kemerdekaan telah dihadapkan pada Problem Ideologi, antara Pancasila dan islam, di samping nasionalis dan PKI. Membuat Bungkarno masih bisa merasa sebagai figur masa depan, sekalipun menebar duri dalam pemerintahan dengan sebatas asah intelektual belaka, terus menerus terlena dalam kata "revolsui" tanpa konsep yang jelas membangun negara. 

Akibat dari Idealisme Bung karno yang terlalu tinggi berotopia, PKI-pun muncul sebagai bagian teman sanding dalam pemerintahan. mungkin memang mereka yang hidup dijaman Bungkarno bisa di kategorekan pada dua hal, ada yang mengatakan peristiwa G 30 S PKI itu di Picu Pak Harto, dan sebagian besar tokoh bangsa dari kalangan Islam yakin pak harto adalah menyelamat Bangsa dan negara. Jadi kebangkrutan bidang ekonomi model bung Karno, telah menyebabkan ledakan politik yang dahsya, selain imbasnya semua harga tidak stabil juga sangat terasa biasnya pada anak anak Negeri, sekalipun pada waktu kedaaan bangsa ketergantungannya tidak seperti sekarang. 

Aneh kalau konsep kenaikan harga ini kemudian dianut Pemerintahan Jokowi, bagaimana mungkin Polisi sebagai pelayan dan pelindung Rakyat justru ikut ikutan menyengsarakan rakyat dengan sengaja menaikkan surat surat kendaran, dengan alasan kenaikan kertas, sangat tidak masuk akal, belum lagi harga tarif listrik, BBM melambung jauh pada saat rakyat menjerit, para kaum miskin merangkan naik jumlahnya, justru Pemerintah dan Negara tega mencekik leher rakyatnya. Ataukah ini sebagai alamat bangkrutnya Negara yang akan banyak menuai banyak  masalah sebagaimana jaman Bung Karno dan jaman akhir jabatan Pak harto? , kita sedang menunggu waktunyakah ?. Apakah program pemerintah Jokowi ini sedang berpura pura saja berbicara rakyat hanya dengan Kartu sakti, untuk tebar pesona, sebelum jiwa mereka direnggut dengan cekikan harga yang melambung tinggi ? 

Runtuhnya demokrasi terpimpin model Bung Karno seharusnya menjadi otokritik terhadap pemerintahan Jokowi, sekalipun dalam kondisi demokrasi yang berbada, namun justru jangan menjadi alasan untuk bernostalgia kembali dengan kondisi yang terjadi di jaman Bung Karno, itu akan terlalu besar resikonya. Aplagi ada tudingan makar pada saat Kran demokrasi sudah di buka, terlalu lucu yang ngarang adanya makar, bahkan diluar akal sehat.  hanya orang orang yang haus kekuasaan sajalah yang berbicara makar, berbicara ektrimis, menangkap dan memenjarakan orang orang tak berdosa model jaman PKI. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun