PUKULAN hook Bobi mendarat telak pada wajah ganteng Amran. Ia langsung tersungkur. Hidung semi mancung milik suami Puspita itu patah, dan menyemburkan darah segar. Bobi belum puas, ia mengambil kayu, kembali menghajar kepala Amran.Â
"Makan tuh bangsat. Kalau mau nidurin istri orang, jangan istri tetangga sendiri," ucapnya berang.
Teriakan Bobi memancing kerumunan warga. Lelaki, perempuan, orangtua, anak muda berkumpul di depan rumah Amran. Bahkan anak kecil yang tak mengerti apa-apa pun berusaha menembus barisan orang untuk sekadar memenuhi hasrat ingin tahu. Apalagi, Bobi menghajar Amran hingga berdarah-darah.
Amran sama sekali tak menyangka, kelakuan nakal sewaktu mahasiswa diungkit saat ia hendak mencalonkan diri menjadi anggota legislatif oleh tetangga samping rumah.
Bobi masih belum puas sekalipun kepala Amran telah berlumuran darah. Emosi masih menguasai diri ayah tiga anak itu. Motor Honda CBR yang terparkir di depan rumah Amran di tendang, spion dicopot, tangki bensin dipukul menggunakan kayu. Ban motor ditusuk hingga pecah.
Belum puas juga, ia pun menarik istri yang telah memberikan tiga orang putra itu ke tengah kerumunan.
"Ayo ngaku, ngapain aja sama Amran selama ini. Ayo ngaku," teriaknya.
Dihadapan warga, Yulianis, istri sah Bobi mengaku telah melakukan hubungan layaknya suami istri dengan Amran. Hubungan itu dilakukan lebih dari satu kali. Dan, itu dilakukan setelah Bobi pergi keluar rumah. Baik itu di kasur, dapur dan kamar mandi.
"Amran sering merayu, sampai akhirnya saya berikan apa yang dia inginkan.Dia pintar merayu dan memperdaya wanita," tuturnya.
Bobi bertepuk tangan mendengar pengakuan Yulianis. Kaki kanan Bobi bergerak menghajar rusuk Amran. Bruk..
"Biadab. Ayo kita selesaikan di kantor polisi," teriak Bobi di depan wajah Amran.