Mohon tunggu...
Iskandar Mutalib
Iskandar Mutalib Mohon Tunggu... Pewarta

Pengabdi Ilmu

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Kritik Jokowi, Partai Berkarya Unjuk Gigi

18 November 2018   16:01 Diperbarui: 18 November 2018   16:23 535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KETUA Dewan Pembina Partai Berkarya Siti Hediati Hariyadi atau Titiek Soeharto mulai memanaskan suhu politik Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 yang sekaligus memanaskan mesin politik Berkarya.  Mantan istri Calon Presiden (Capres) nomor urut 02, Prabowo Subianto itu  sepertinya paham betul bagaimana mencuri perhatian para pemilih pasangan Prabowo-Sandi.

Wajar kalau kemudian Titiek menyerang Presiden Joko Widodo (Jokowi) secara sporadis tanpa takut diserang balik para pendukung patahana. Hal tersebut memang harus dilakukan Titiek agar Partai Berkarya mendapatkan efek nyata dari pasangan Prabowo-Sandi.

Titiek pun paham kalau peluru yang digunakan untuk menyerang Jokowi tidak setajam pisau belati Komando Pasukan Khusus (Kopassus). Namun, peluru harus tetap ditembakkan agar konstalasi politik terjaga.

Atau paling tidak serangan yang dilancarkan Titiek menimbulkan reaksi dari tim pemenangan Jokowi Ma'ruf Amin. Dengan begitu, posisi partainya terlihat jelas di hadapan publik.

Tak tanggung-tanggung, putri mantan Presiden Soeharto itu menyoal  kinerja pemerintahan terkait janji kampanye Jokowi dan Jusuf Kalla pada masa pemilihan presiden 2014 yang lalu. Saat itu Jokowi berjanji dalam waktu tiga tahun akan swasembada padi,jagung dan kedelai, tapi nyatanya sampai sekarang bukan swasembada malah impor.

Belum puas melihat reaksi yang timbul atas pernyataannya, Titiek kembali membuat sensasi, kali ini ia mengeluarkan cuitan di media sosial (medsos) Twitter.

"Sudah saatnya Indonesia kembali seperti waktu era kepemimpinan Bapak Soeharto. Pasalnya pada masa kepemimpinan Soeharto, Indonesia berhasil memenuhi kebutuhan pokonya sendiri.Sukses dengan swasembada pangan." (tribunnews.com).

Target Titiek menggoyang jagat perpolitikan mulai tercapai. Para petinggi Tim Koalisi Nasional (TKN) Indonesia Kerja mulai angkat suara, sebut saja nama petinggi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Abdul Kadir Karding dan Raja Juli Antoni serta Guntur Romli petinggi Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Ditambah lagi cuitan Titiek yang disambut 4000 nitizen.

 Pertanyaanya sekarang apakah  sesungguhnya target Titiek?. Apakah cuma ingin menjadi istri seorang presiden. Jawabannya sudah dapat dipastikan tidak.

Lantas apa targetnya sehingga ia mau ngotot bertarung memenangkan pasangan Prabowo-Sandi. Jawabannya tentu meloloskan Partai Berkarya dalam pertarungan Pemilihan Umum (Pemilu) 2019.

Itu artinya Partai Berkarya wajib mendapatkan efek langsung dari Prabowo-Sandi. Bukan hanya Partai Gerindra, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Demokrat.

Merebut pengaruh

Secara internal Titiek mengingatkan kawan koalisi bahwa Partai Berkarya juga memiliki jasa terhadap    pasangan Prabowo-Sandi. Itu artinya Partai Berkarya juga merupakan bagian yang harus memiliki keuntungan politik dalam Pemilu mendatang.

Jika kita bersandar pada teori kekuasaan Robert A. Dahl maka apa yang dilakukan Titiek sudah benar. Ia harus merebut panggung politik untuk perolehan suara Partai Berkarya. Robert A Dahl menjelaskan ''kekuasaan merujuk pada adanya kemampuan untuk memengaruhi dari seseorang kepada orang lain, atau dari satu pihak kepada pihak lain''.

Sementara itu Mochtar Mas'oed dan Nasikun menjelaskan bahwa "kekuasaan merupakan kemampuan seseorang atau sekelompok orang untuk memengaruhi pikiran atau tingkah laku orang atau kelompok orang lain, sehingga orang yang dipengaruhi itu mau melakukan sesuatu yang sebetulnya orang itu enggan melakukannya. Bagian penting dari pengertian kekuasaan adalah syarat adanya keterpaksaan, yakni keterpaksaan pihak yang dipengaruhi untuk mengikuti pemikiran ataupun tingkah laku pihak yang memengaruhi.

Kedua, Titiek berharap momentum serangan ekonomi yang dilancarkan tim Prabowo-Sandi dapat kembali membangkitkan memori masyarakat terkait keberhasilan ayahnya dalam melakukan swa sembada pangan. Uji coba tersebut tentu berdampak baik bagi Partai Berkarya yang mengusung konsep ekonomi Orde Baru.

Ketiga, Titiek sebenarnya ingin memberi contoh kepada kader-kader Berkarya untuk mulai intensif membicarakan keberhasilan Orde Baru dengan menunggangi Pilpres 2019.

Keempat, Titiek percaya dengan mengkritik Jokowi maka orang akan semakin banyak yang membicarakan dirinya dan partainya. Dengan begitu Berkarya semakin terlihat di mata publik.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun