Mari Berkhidmat  Mengikuti Upacara 17 Agustus
Besok  hari minggu, 17 Agustus 2025  kita yang diundang sebagai peserta upacara akan siap berdiri di lapangan upacara untuk memperingati hari yang sangat agung Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-80. Sebuah hari yang tidak lahir dari kemewahan, melainkan dari pengorbanan yang tak terhitung nilainya. Delapan puluh tahun yang lalu, di tengah keterbatasan dan ancaman penjajah, para pendiri bangsa mengumandangkan kemerdekaan. Kita yang hadir di sini adalah pewaris sah kemerdekaan itu. Kita tidak lagi mengangkat senjata di medan perang, tetapi kita punya tugas yang sama pentingnya: menghormati, menjaga, dan mengisi kemerdekaan dengan sikap dan tindakan yang pantas. Salah satu bentuk penghormatan itu adalah berkhidmat dalam upacara. Berkhidmatlah ketika mengikuti upacara 17 Agustus. Berkhidmat berarti berdiri dengan penuh kesungguhan, menghadirkan hati dan pikiran sepenuhnya untuk menghormati bendera, lagu kebangsaan, dan seluruh rangkaian upacara. Ketika bendera merah putih mulai dinaikkan, bayangkanlah tangan-tangan para pejuang yang dahulu mengibarkannya di tengah hujan peluru. Ingatlah bahwa merah pada bendera itu adalah darah yang tertumpah di medan perang, dan putihnya adalah kesucian niat mereka yang tulus demi bangsa. Ketika lagu Indonesia Raya berkumandang, nyanyikanlah dengan suara lantang, bukan sekadar menggerakkan bibir. Biarkan suara kita menjadi gema semangat kemerdekaan, biarkan setiap baitnya menyatu dalam hati. Karena lagu itu bukan sekadar nada, tetapi sumpah dan janji kepada negeri ini. Saat mengheningkan cipta, tundukkan kepala dengan penuh hormat. Renungkanlah wajah-wajah para pahlawan yang gugur tanpa pernah menuntut balas. Mereka tidak mengenal kata menyerah. Mereka tidak menanyakan apa keuntungan yang mereka dapatkan. Yang mereka tahu hanyalah satu: kemerdekaan untuk anak cucu mereka, termasuk kita yang berdiri di sini hari ini. Berkhidmat dalam upacara bukanlah hal yang sulit. Tidak memerlukan biaya. Hanya memerlukan kesadaran, rasa hormat, dan cinta tanah air. Tetapi sayangnya, kesadaran ini sering diabaikan. Ada yang berbicara saat upacara berlangsung, ada yang memainkan ponsel, ada yang melamun. Perilaku seperti itu adalah tanda bahwa kita mulai lupa menghargai pengorbanan yang telah diberikan. Mari kita jaga momen sakral ini dengan sepenuh hati. Tunjukkan bahwa kita adalah generasi yang menghormati sejarah, yang menjaga martabat bangsa, dan yang siap melanjutkan perjuangan para pahlawan dengan karya dan prestasi. Upacara bukan sekadar formalitas. Upacara adalah pengikat rasa kebangsaan. Upacara adalah pengingat sejarah. Upacara adalah janji bersama bahwa kita akan menjaga merah putih tetap berkibar di bumi Indonesia, dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Rote. Maka pada hari kemerdekaan ini, mari kita berdiri tegak, mengikuti setiap prosesi dengan khidmat, dan menyimpan rasa bangga itu dalam hati. Karena kemerdekaan ini bukan hadiah yang datang begitu saja, melainkan warisan yang harus kita jaga dengan segenap jiwa. Dirgahayu Republik Indonesia! Merdeka!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI