Mohon tunggu...
Muhammad Irwansyah
Muhammad Irwansyah Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat dan Konsultan Hukum | Konsultasi Hub. 081-554-067-595

✓Perhimpunan Advokat Indonesia | ✓Persaudaraan SH Terate

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Cita-cita Masyarakat Tidak Melulu Harus Materialisme

1 Agustus 2020   14:11 Diperbarui: 1 Agustus 2020   14:28 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Arus globalisasi yang berbasis industri dan teknologi sebagai produk pikiran manusia, pada perkembangannya mempengaruhi segala lini bidang termasuk mempengaruhi kebiasaan hidup, bahkan materialisme itu menjadi tolok ukur dalam kehidupan era kini

Jika demikian yang menjadi tolok ukur materialisme maka, kebahagiaan dan kesenangan individu menjadi tujuan hidup seseorang, hingga kemudian nilai-nilai berkembang menjadi kebiasaan, terlebih dicerna oleh generasi sekarang. Dan nilai itulah cenderung pada nilai materalisme dan hedonisme sebagai parameter dalam memandang kehidupan

Menengok sejarah dahulu pandang hedonisme sudah dijelaskan pada awal sejarah filsafat sekitar tahun 433 SM bahwa hedone, diartikan sebagai kesenangan, sehingga paham ini berusaha menjelaskan sesuatu baik apa yang memuaskan keinginan manusia dan apa yang meningkatkan kuantitas kesenangan itu sendiri. (Aristippos dari Kyrene )

Saya memahami cara pandang hidup dalam mencerna apapun itu harus diparameterkan sesuatu yang sifatnya materi, sehingga hal-hal sesuatu yang sekiranya bertentangan dengan pandangan itulah secara langsung atau tidak langsung akan bergeser sebab adanya sebuah standar tersebut

Apalagi dalam kurun tahun 2015 Indonesia menjadi salah satu peserta atau anggota yang tergabung dalam masyarakat Ekonomi ASEAN, perdagangan bebas antar negara, sehingga produk lokal yang menjadi ciri khas masyarakat kita sekan-akan tergadaikan jika tidak mampu bersaing pada masyarakat internasional

Sehingga masyakarat Internasional menuntut kita kearah pada perkembangan teknologi dan infomasi serta nilai materalisme yang menjadi tolok ukur, bahkan yang pada tataran internasional sebuah negara maju atau tidak dapat diukur pada kemajuan industrial pada suatu negara hingga berpengaruh pada pendapatan ekonomi perkapita setiap tahunnya

Tetapi berbeda menurut pandangan kebijaksanaan masyarakat lokal, jika kemudian cita-cita dan tujuan negara dicapai dengan standar negara maju, berbasis materialisme dan hedonisme sebagai nilai tertinggi dan di jadikan kebiasaan sehari-hari sehingga jati diri bangsa kita mulai tergerus pada standar nilai-nilai yang berkembang

Maka, Idealnya untuk menjadi negara yang maju dan makmur maka, negara kita selain mengikuti arus globalisasi yang berbasis teknologi maka negara dalam hal ini pemerintah harus memikirkan kondisi masyarakat dan nilai kearifan yang menjadi khas masyarakat Indonesia

Negara tidak terfokus satu-satunya teknologi sebagai solusi masyarakat kita, akan tetapi penghargaan pada masyarakat, serta untuk mencapai kesananya pemimpin kita mampu berjiwa besar dan mampu memberi solusi pada msyarakat sendiri

Nilai luhur itulah yang saya pikir harus di jaga dan dilestarikan meski tantangannya dipertaruhkan pada dunia internasional, namun pada realitanya masyarakat kita butuh dihargai dan dijunjung nilai kearifaan tersebut

sehinggai falasafah bangsa Indonesia mencita-citakan kehidupan yang adil dan makmur berdasar nilai luhur bangsa indonesia yang dirangkum dalam ideologi pancasila, serta nilai kehidupan bangsa ini mengharuskan pada nilai moral ketuhanan yang tercantum pada sila pertama

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun