Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Masjid Ramlie Musofa, Taj Mahal Mini di Jakarta

3 Juni 2017   07:35 Diperbarui: 12 Juni 2017   20:42 4008
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Taj Mahal mini di Jakarta. Dokumentasi pribadi.

Di saat bulan suci Ramadan ini, berkunjung ke masjid yang indah dan nyaman, tentu bisa menjadi pilihan mengisi waktu sambil menunggu berbuka puasa. Nah bagi Anda yang lagi di Jakarta, Masjid Ramlie Musofa, yang karena keindahan arsitektur dan ornamennya, mendapat julukan sebagai Taj Mahal, bisa menjadi alternatif. Karena ukurannya lebih kecil dibanding Taj Mahal yang ada di India, maka bolehlah di bilang sebagai Taj Mahal mini.

Masjid ini terbilang unik, makanya sering diliput media televisi. Tak heran, seiring dengan makin dikenalnya masjid ini, jumlah pengunjungnya, maksudnya di luar jamaah tetapnya, pun meningkat.  Banyak yang berfoto dan mengunggahnya di media sosial, sehingga makin memancing minat orang lain untuk datang.

Edukatif (dokpri)
Edukatif (dokpri)
Kalau Taj Mahal di India adalah lambang cinta, maka Masjid Ramlie Musofa juga seperti itu. Masjid ini dibangun oleh Ramli Rasidin sebagai  ungkapan cinta kepada Sang Pencipta. Nama masjidnya, Ramlie Musofa, juga akronim dari nama pemiliknya, Ramli Rasidin, yang mencintai istrinya Lie Njoek Kim, dan tiga anaknya Muhammad Rasidin, Sofyan Rasidin, dan Fabianto Rasidin.

Orang tua Ramlie merupakan keturunan Tionghoa yang berdomisili di Aceh, namun sejak tahun 70-an pindah ke Jakarta. Saat itu pula Ramlie menjadi mualaf. Karena pernah bermimpi membangun masjid, Ramli bertekad untuk mewujudkannya. Impian luhur itu baru terwujud 40 tahun kemudian tepatnya tanggal 15 Mei 2016 saat masjid indah itu diresmikan dan terpateri dalam sebuah prasasti di halaman masjid.

Misi utama masjid ini tentu saja sebagai tempat untuk beribadah. Namun ada misi lain yang tak kalah mulia yaitu membantu mualaf dari keturunan Tionghoa dalam belajar agama Islam. Makanya di lingkungan masjid banyak berhiaskan tulisan yang edukatif dalam tiga aksara yakni aksara latin, arab, dan mandarin.

Pinggir masjid (dok pri)
Pinggir masjid (dok pri)
Sebagai contoh, di ruang berwudu, di dindingnya ada gambar yang menjelaskan tata cara berwudhu yang benar. Hal ini sangat membantu tidak saja bagi mualaf, tapi juga bagi pengunjung yang menjadi muslim sejak lahir, sehingga apabila tata cara bewudhnya yang hanya sesuai kebiasaan ada yang kurang sempurna, bisa disempurnakan. Di kedua dinding sisi tangga untuk naik ke ruang utama juga terdapat tulisan terjemahan Surat Al-Fathihah dalam bahasa Indonesia dan Mandarin.

Tentu tak bisa dipungkiri, dengan segala keindahan arsitektur dan ornamennya, masjid ini, setelah misi ibadah dan edukatif, punya misi sampingan sebagai obyek wisata religi. Hal ini juga ditunjang oleh kebersihan masjid, baik di bagian dalam maupun luar, yang terjaga. Toilet yang berada di bangunan terpisah dari masjid, yang laki-laki di sebelah kiri setelah gerbang masuk dan yang perempuan di sebelah kanan, terlihat apik dan nyaman. Hanya saja untuk toilet berdiri bagi laki-laki belum dipasang penahan agar pantulan air seni tidak menyiprat ke celana, sehingga perlu hati-hati.

Tidak begitu jelas dari mana sumber keuangan untuk biaya pemeliharaan masjid ini, apakah didanai pemilik atau ada yayasan khusus. Yang jelas pengunjung tidak akan menemui kotak amal sebagaimana lazimnya di semua masjid. Tidak ada juga papan pengumuman yang menginformasikan kas masuk dan kas keluar dalam rangka pengurusan masjid.

Ruang salat pria (dokpri)
Ruang salat pria (dokpri)
Kendala terbesar bagi pengunjung yang membawa kendaraan adalah area parkir yang sempit. Itupun nyempil di trotoar jalan di luar masjid. Ini dapat dimaklumi karena lahan masjid hanyalah seukuran satu kapling rumah. Kalau untuk rumah, termasuk kapling besar. Tapi sebagai masjid termasuk berukuran sedang. Terletak di Jalan Danau Sunter Selatan, Sunter, Jakarta Utara, memang masjid ini diapit oleh rumah di kiri dan kanannya.

Bagi pengunjung yang ingin mengambil foto masjid seutuhnya, maka harus dilakukan dari seberang jalan di depan masjid. Namun harus berhati-hati, karena pernah kejadian ada penjambret telepon genggam yang mengincar pengunjung yang lengah. 

Dengan adanya Masjid Ramlie Musofa, berarti makin banyak saja masjid bernuansa unik. Sebelumnya, masjid yang kental nuansa orientalnya,  yang dinamakan Masjid Cheng Hoo,  telah berdiri di beberapa kota, seperti Surabaya, Palembang, dan Makassar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun