Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) merupakan penyakit menular yang ditemukan pada hewan ternak seperti sapi, kerbau, kambing, dan babi.
Namun, yang dimaksud menular di sini adalah menular kepada sesama hewan ternak, bukan menular dari hewan ternak ke manusia.Â
Saat ini, PKM muncul kembali di Indonesia, bahkan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyatakannya sebagai wabah. Kasusnya masih meluas dan terdeteksi hampir di semua pulau besar di Indonesia (Kompas, 15/5/2022).
Presiden Joko Widodo sudah memerintahkan Kementerian Pertanian melakukan berbagai upaya pencegahan. Pihak kepolisian juga diminta untuk memperketat lalu lintas hewan.
Dari data yang disampaikan Menteri Pertanian, hingga 17 Mei 2022, telah terdeteksi PMK di 15 provinsi dan 52 kabupaten/kota.
Total populasi ternak di 15 provinsi tersebut adalah 13,8 juta ekor dan yang terdampak sebanyak 3,9 juta ekor (Republika.co.id, 23/5/2022).
Jelaslah bahwa jumlah ternak yang terdampak relatif besar. Sedangkan hewan ternak yang mati karena PMK hingga 17 Mei 2022 tercatat sebanyak 99 ekor.
Jangan menganggap jumlah 99 ekor tersebut kecil. Di mata seorang peternak kecil, 1 ekor saja yang mati, sudah merupakan musibah yang luar biasa.
Coba kita kaitkan dengan rata-rata harga seekor sapi. Kalau mengacu pada harga sapi saat Hari Raya Idul Adha tahun lalu, mereka yang berkurban seekor sapi mengeluarkan uang sekitar Rp 15 hingga 25 juta.
Anggaplah harga tersebut masih bertahan sampai saat ini, coba bayangkan kerugian yang diderita seorang peternak kecil yang hanya punya 2 atau 3 ekor sapi, bila mengalami kematian sapi karena PMK.
Sedih membayangkannya, karena sapi merupakan aset paling berharga bagi seorang peternak kecil. Dalam kehidupannya yang sederhana, hewan ternak adalah investasi atau tabungan bagi petani.
