Bisa jadi di berbagai instansi pemerintah juga dilakukan hal tersebut, cuma belum akurat, sehingga di satu sisi merasa membutuhkan tenaga honorer, tapi di sisi lain disinyalir ada pula pegawai yang terlihat santai.
Satu hal lagi, disinyalir mekanisme rekrutmen tenaga honorer belum dilakukan secara terbuka, sehingga yang direkrut diduga yang dekat dengan orang dalam, meskipun belum tentu punya kompetensi yang dibutuhkan.
Perlu pula ditekankan, jangan sampai dengan habisnya pegawai honorer menyebabkan membengkaknya tenaga outsourcing. Kalau hanya sekadar bersalin rupa, masalah yang sama akan muncul lagi.
.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!