Sebagai catatan, jalan tol ini diresmikan Presiden Jokowi pada 25 September 2020. Tapi, setahu saya, sebagian ruas tol baru di Jawa ada yang dari aspal beton, sehingga kurang senyaman yang terbuat dari aspal hotmix.
Sebelum mencapai Dumai, ada beberapa pintu keluar tol, yakni Minas (tarif Rp 8.500 dari Pekanbaru), Kandis Selatan (tarif Rp 30.000), Kandis Utara (Rp 45.500), Pinggir (Rp 69.000), dan Bathin Solapan (Rp 95.500).Â
Bagi mereka yang ke Duri, kota yang sebagian penduduknya merupakan karyawan dan mitra usaha perusahaan minyak Chevron, harus keluar di pintu tol Pinggir. Adapun bagi mereka yang ke kota Medan, keluar di Bathin Solapan. Namun, ruas tol ke arah Medan masih dalam proses pembangunan.
Bagi saya, memandang area kebun sawit, lumayan menarik. Jalan ini boleh dikatakan membelah belantara sawit. Memang, setelah era minyak mulai berkurang, yang sekarang menghidupi Riau adalah sawit. Â
Di beberapa spot ada "savana", padang rumput yang luas dan memanjakan mata. Savana ini sebetulnya juga kebun sawit yang sedang dalam tahap replanting.
Kendala bagi mereka yang melewati jalan tol Pekanbaru-Dumai adalah terkait dengan rest area yang terkesan masih bersifat darurat. Hanya ada 2 rest area di jalur sepanjang 131,5 km itu. Itu pun belum menyediakan tempat pengisian bahan bakar, sehingga pengendara harus mempersiapkannya sebelum masuk tol.
Sedangkan di Pekanbaru-Dumai, hanya ada musala kecil. Toilet pun juga sederhana tampilannya. Konon, airnya masih didatangkan dengan tangki dalam jumlah yang terbatas, sehingga dalam kondisi ramai yang ke toilet, terjadi kelangkaan air.
Secara struktur, jalan tol Pekanbaru-Dumai bisa dibagi atas dua bagian. Pertama, Pekanbaru-Duri yang masih di atas tanah. Kedua, Duri-Dumai yang tanahnya dominan rawa, sehingga struktur jalan tol berupa jembatan panjang, mirip di Bali. Hanya saja, di Bali jembatan panjang di atas laut, di sini jembatan di atas tanah rawa yang membelah kebun sawit dan hutan bakau.