Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Petani Desa Mendadak Kaya, Perubahan Gaya Hidup Ada Bahayanya

23 Februari 2021   18:03 Diperbarui: 23 Februari 2021   18:04 578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. tribunnews.com (sumber: kolase TikTok@rizkii.02, suryamalang.com)

Berita tentang para petani di sebuah desa di Kabupaten Tuban, Jawa Timur, yang ramai-ramai membeli mobil, viral di media sosial. Menurut tribunnews.com (17/2/2021), kejadian ini viral di aplikasi TikTok setelah diunggah akun @rizkii.02 pada Minggu (14/2/2021) lalu.

Dari mana sumber uang warga desa tersebut sehingga terlihat truk mengangkut mobil-mobil baru dan berjajar di jalanan kampung? Rupanya, ada proyek pembebasan lahan untuk pembangunan kilang minyak perusahaan Pertamina dan  Rosneft.

Tak heran, ratusan keluarga mendadak menjadi miliarder. Dan ternyata, membeli mobil menjadi pilihan sebagian besar mereka yang menerima "ganti untung" itu. Disebut ganti untung, karena Pertamina membayar dengan harga yang sangat pantas.

Pertamina menjadi contoh yang baik bagaimana cara menghargai tanah masyarakat yang akan dibebaskan. Bukankah dulu ada kesan, tanah yang dibebaskan untuk berbagai proyek, hanya disebut sebagai "ganti rugi" karena dengan uang yang diterima, warga tidak mampu mendapatkan tanah pengganti dengan ukuran dan kualitas yang sama.

Bahkan, tidak jarang pula terdengar kasus di mana uang ganti rugi tidak diterima secara utuh oleh warga yang tanahnya dibebaskan, tapi diduga disunat oleh oknum tertentu.

Kembali ke masyarakat yang menerima ganti untung di Tuban, apakah mereka membeli mobil sekadar ikut-ikutan melihat tetangganya, sehingga tidak mau kalah, atau memang akan menjadi alat yang menunjang aktivitas mereka untuk kegiatan produktif?

Mudah-mudahan, warga yang ramai-ramai membeli mobil, sudah mempertimbangkan dengan matang dan kesimpulannya mereka memang membutuhkan kendaraan roda empat tersebut.

Syukur-syukur bila mobil bisa dimanfaatkan misalnya untuk menunjang aktivitas sang kepala keluarga dalam mencari penghasilan, misalkan dipakai untuk berdagang atau mobilnya disewakan.

Tapi, mengingat sebagian warga tersebut adalah petani, jangan-jangan mobil yang dibelinya lebih banyak menganggur di rumah. Atau pada hari tertentu dipakai untuk jalan-jalan yang tentu menghabiskan biaya untuk membeli bahan bakar atau berbelanja di jalan.

Harus diakui, kebanggaan memiliki mobil punya sensasi tersendiri. Paling tidak, mereka yang punya mobil, apalagi mobil baru, akan dinilai sebagai orang yang berpunya.

Dalam pergaulan antar manusia, kebanggaan seperti itu memang diperlukan. Diperlakukan sebagai seseorang dengan kelas sosial yang lebih tinggi dari sebelumnya, merupakan kebahagiaan tersendiri.

Hanya saja, bila membeli mobil sekadar demi gengsi, harga yang dibayar terlalu mahal, mengingat setelah beberapa tahun nilai mobil akan turun signifikan. Biaya perawatan mobil pun tidak murah, ada servis rutin yang harus dilakukan. Kecuali, anggaran untuk mobil hanya sebagian kecil dari total uang yang diterima, yakni sejumlah yang memang diniatkan untuk bersenang-senang.

Jadi, sebaiknya, dari uang ganti untung yang diterima, warga memakai sebagian besar untuk membeli rumah dan tanah. Aset berupa rumah dan tanah ini, secara umum harganya cenderung naik dari tahun ke tahun, apalagi bila lokasinya strategis.

Bila warga tersebut sudah panggilan jiwanya untuk bertani, tentu sawah, kebun atau tambak pengganti yang dibebaskan Pertamina, harus segera didapatkan.

Soalnya, jika harus berganti profesi, apalagi di usia yang tak lagi muda, jelas bukan hal yang gampang. Katakanlah seorang petani menjadi pedagang atau seorang pengemudi yang sekaligus pemilik kendaraan yang bisa dijadikan taksi online, perubahan perilaku dan aktivitas kesehariannya berbeda terlalu jauh.

Terjadinya perubahan gaya hidup secara mendadak, meskipun menjadi jauh lebih sejahtera, bukan hal yang mudah. Ada bahaya yang mengintai, berupa ketidaksiapan mental mengikuti irama orang kaya. Awalnya mungkin nyaman bergaya mewah, tapi lama-lama bisa jadi merindukan kembali gaya kesederhanaan.

Dari berita yang disiarkan salah satu stasiun televisi, Senin (23/2/2021), ternyata Pertamina telah memberikan bekal pengetahuan dan pelatihan cara berinvestasi yang baik kepada ratusan warga yang lahannya dibebaskan. Ini jelas hal yang positif.

Pada intinya, warga didorong untuk membeli tanah, membangun usaha, dan mengembangkan pertanian, serta mencegah agar uang tidak cepat habis karena perilaku yang konsumtif. Membeli mobil, secara umum dianggap konsumtif, meskipun bisa digunakan untuk mendapatkan uang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun