Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Beauty Pilihan

Ketika Muslimah Tak Berhijab Menjadi Minoritas

29 April 2020   04:30 Diperbarui: 29 April 2020   05:16 1276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. Vividargarini.com

Biar tidak salah persepsi, tulisan ini tidak bertendensi untuk membahas masalah akidah, apalagi mempertanyakan apakah wanita muslim (lazim disebut dengan muslimah) zaman dulu tidak sealim muslimah sekarang.

Tapi di keluarga saya, saya berani mengatakan bahwa almarhumah ibu saya adalah muslimah yang sangat tekun beribadah. Namun sampai beliau berpulang ke rahmatullah tahun 1990 silam, ibu saya tidak berhijab. Hanya melilitkan selendang sekeliling kepala, sehingga sebagian kecil rambut di dahi bagian atas masih terlihat.

O ya, saya jujur saja, saya tidak tahu apa beda hijab dan jilbab. Jadi dalam tulisan ini pengertian yang saya gunakan, hijab dan jilbab sama saja. Mohon maaf kalau keliru.

Sampai saat saya kuliah di paruh pertama dekade 80-an, pelajar dan mahasiswi yang berhijab masih dapat dihitung dengan jari tangan, kecuali yang belajar di pesantren dan di perguruan tinggi agama Islam.

Sekarang keadaan betul-betul berubah total, justru muslimah yang tidak berhijab jadi minoritas. Bahkan banyak kita lihat anak-anak perempuan yang masih balita sudah dipakaikan pakaian muslimah oleh orang tuanya.

Namun sebagai orang jadul, istri saya sendiri, meskipun kedua orang tuanya adalah guru mengaji, baru pakai hijab sejak tahun sejak tahun 2001 atau 2002, saat anak bungsu saya, satu-satunya cewek dari tiga bersaudara, masih berumur 2 tahun.

Saya ingat ketika itu kami sekeluarga mau mudik lebaran ke Sumbar (tentu saja tak ada larangan mudik ketika itu), saya anjurkan kepada istri saya agar memakai hijab, karena semua kakak dan adik perempuan saya yang akan berkumpul telah berhijab semua. Jangan sampai istri saya dicap aneh oleh saudara saya.

Kisah istri saya baru berhijab setelah punya anak tiga orang, rupanya diingat trus oleh anak bungsu saya. Waktu si bungsu sekolah di SMA, melihat teman-temannya lebih banyak yang berhijab, saya sarankan pula ia untuk berhijab. Tapi ia menolak dan memberikan alasan, kenapa harus sekarang, dulu mamanya saja saat sudah punya anak baru berjilbab.

Tapi alhamdulillah, tanpa dipaksa, saat si bungsu mulai masuk kuliah tahun 2017 lalu, ia memberikan kejutan buat saya dengan tampil berhijab, dan konsisten sampai sekarang setiap ia keluar rumah.

Sesekali saya menjemput si bungsu ke kampusnya dan melihat bahwa para mahasiswi memang sebagian besar memakai hijab. Saya jadi ingat juga di kantor tempat saya bekerja, mungkin sekitar 80 persen karyawati yang beragama Islam, menggunakan hijab.

Ada beberapa karyawati yang tadinya saya duga tidak akan terpengaruh untuk memakai hijab, akhirnya luluh juga, satu persatu mengikuti jejak teman-temannya yang sudah lebih dulu "hijrah". Hijrah? Ya, memang ada pendapat teman-teman saya, muslimah yang belum berhijab, dinilainya belum dapat hidayah atau belum hijrah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun