Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jalan Lengang, tapi Masih Banyak yang Datang ke Bank

25 Maret 2020   08:54 Diperbarui: 25 Maret 2020   08:56 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jarak antar nasabah di ruang tunggu (dok pribadi)

Hari Selasa kemarin (24/3/2020), giliran saya masuk bekerja di kantor, di sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berada di Jalan Sudirman Jakarta Pusat. Sebelumnya saya sudah beberapa hari di rumah saja.

Sebagai contoh pada minggu lalu, saya hanya masuk kantor pada hari Selasa dan Kamis. Tapi ada perbedaan yang signifikan berkaitan dengan kondisi di jalan raya antara minggu lalu dan minggu ini.

Minggu lalu, mungkin karena pemberlakuan social distancing masih pada tahap awal, dan jumlah korban yang terpapar Covid-19 belum begitu banyak, jalan raya masih ramai dilewati kendaraan yang lalu lalang.

Sekarang yang saya alami betul-betul berbeda. Kondisi di jalan seperti pada hari-hari sekitar lebaran saja. Jalanan lengang, sehingga taksi yang saya tumpangi dari rumah di kawasan Tebet Jakarta Selatan ke Jalan Sudirman, hanya butuh waktu 15 menit. Di hari biasa membutuhkan sekitar 45 menit.

Di gerbang masuk gedung kantor, saat diukur oleh seorang petugas, suhu tubuh saya 36,7 derajat. Artinya saya boleh masuk. Tidak ada antrean masuk gedung seperti minggu lalu yang diatur oleh satpam agar yang mengantre berjarak 1 meter dengan orang yang di depan dan di belakangnya. Dugaan saya yang bekerja dari rumah lebih banyak ketimbang yang masuk kantor.

Demikian juga saat masuk lift, hanya saya dan seorang karyawan lain yang berada di dalam, sehingga gampang mengatur jarak. Saya juga tidak khawatir karena teman sesama satu lift itu memakai masker seperti saya.

Saya keluar lift di lantai 31, langsung mencuci tangan yang telah disediakan di sebuah meja kecil di dekat pintu lift. Sebetulnya di saku celana saya juga ada sebotol kecil cairan pembersih tangan.

Benar juga dugaan saya, lebih banyak yang bekerja dari rumah. Hanya segelintir teman yang saya lihat, masing-masing sibuk sendiri saja di depan komputer atau laptop. Tak ada yang menyambangi teman lain untuk ngobrol berbasa basi seperti biasa.

Karena tidak ada lagi pekerjaan, jam 13.30 saya pun meninggalkan ruang kerja. Mumpung lagi di kantor, sebelum pulang ke rumah saya singgah di sebuah kantor cabang bank yang berada di lantai dasar di gedung yang sama.

Di sinilah saya agak kaget karena oleh petugas yang menyambut saya diambilkan struk nomor antrean dan tertera angka 117. Padahal di layar monitor yang lagi dilayani baru antrean nomor 76. Artinya saya perlu menunggu 41 orang nasabah lagi sebelum dipanggil ke hadapan teller. Sebelum masuk ruang tunggu, saya diminta petugas untuk mencuci tangan yang telah disediakan.

Saya melihat ada 6 orang teller dan 3 orang customer service yang lagi sibuk melayani nasabah. Semuanya pakai masker dan juga sarung tangan. Dalam hati saya memperkirakan tidak sampai satu jam lagi saya akan dilayani. Jadi saya tidak bermaksud untuk membatalkan transaksi.

Bagus juga duduk para nasabah di ruang tunggu diatur oleh satpam dengan berjarak sekitar satu meter antar nasabah (lihat foto di atas). Untung saya kebagian kursi dan segera berselancar di dunia maya memalui telpon genggam.

Namun saya agak resah melihat lamanya nomor antrean di layar monitor berubah. Tampaknya mereka yang lagi dilayani teller melakukan transaksi yang membutuhkan waktu lama. Memang dari penampilannya saya melihat banyak nasabah yang merupakan karyawan dari suatu perusahaan dan bertugas menangani transaksi dengan bank. 

Real Time Gross Settlement (RTGS) yakni transaksi kliring antar bank untuk jumlah di atas Rp 100 juta, transaksi yang terkait dengan pembayaran ekspor impor, pembayaran pajak penghasilan, ataupun transaksi pengambilan dan penyetoran secara tunai dalam jumlah besar, biasanya memerlukan waktu relatif lama.

Akhirnya sekitar jam 14.50 atau setelah menunggu 80 menit, saya pun di panggil ke teller nomor 2. Si teller dengan simpatik langsung menyampaikan permohonan maaf sekaligus berterima kasih kepada saya yang sudah bersedia menunggu lama. 

Dok pribadi
Dok pribadi
Tanpa saya tanya si teller menjelaskan bahwa kondisi sekarang bukan kondisi yang normal. Jadi banyak kantor cabang bank tersebut yang ditutup, sehingga nasabah di beberapa cabang yang berdekatan diminta datang ke kantor cabang di gedung saya berkantor. 

Tapi ada hikmahnya juga bagi saya yang terpaksa menunggu selama 80 menit. Bagi yang lain mungkin membosankan, tapi bagi saya satu tulisan di Kompasiana berhasil saya tulis draft-nya.

Bagi para pembaca, jika terpaksa datang ke kantor bank, tak perlu takut, sepanjang tetap berhati-hati, sering mencuci tangan, memakai masker dan menjaga jarak dengan orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun