Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Golkar Sudah Putuskan Mendukung Gibran, PDIP "Terpaksa" Ikutan?

10 Maret 2020   00:07 Diperbarui: 10 Maret 2020   00:07 1573
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam politik, momen pengumuman untuk mengusung calon kepala daerah yang akan bertarung di Pilkada, merupakan hal yang penting. Bila terlalu lama mempertimbangkan segala sesuatu, bisa berakibat tidak bagus.


Golkar sebagai salah satu partai yang sudah banyak makan asam garam perpolitikan,  tampaknya tahu kapan harus mengumumkan siapa calon yang direkomendasikan buat pilkada di Solo dan Medan.

Dua daerah tersebut mendapat prioritas karena selalu diburu para jurnalis. Hal ini berkaitan dengan apa yang disebut oleh sebagian pengamat politik sebagai akan terbangunnya "politik dinasti" dari Presiden Jokowi. 

Tapi soal dinasti ini tidak harus berarti negatif. Karena semua warga yang memenuhi syarat, berhak untuk maju di pilkada atau pemilihan lain yang memerlukan suara dari rakyat. Toh akhirnya rakyat yang akan menentukan.

Soalnya putra sulung presiden, Gibran Rakabuming Raka, sudah menyatakan tekadnya untuk menjadi Wali Kota Solo. Sama halnya dengan menantu presiden, Bobby Nasution, di Kota Medan.

Tulisan ini lebih terfokus pada Pilkada Solo karena Gibran hanya mau maju bila diusung oleh PDIP. Masalahnya, PDIP sendiri, melalui DPC Solo telah lebih dahulu menjagokan pasangan calon Achmad Purnomo-Teguh Prakosa.

Achmad Purnomo sekarang adalah Wakil Wali Kota Solo, sedangkan Teguh Prakoso adalah Ketua DPRD Kota Solo. Keduanya adalah kader PDIP setempat.

Ditolak oleh DPC Solo, tidak membuat Gibran kehilangan akal. Ia pun menyambangi DPP PDIP dengan menemui sang ketua umum, Megawati Soekarnoputri.

Nah, sementara DPP PDIP masih menimbang- imbang, mau mengusung Gibran atau Achmad Purnomo, Golkar tahu-tahu bergerak cepat, ibarat bermaksud mem-fait accompli, atau semacam "memaksa" PDIP untuk ikut bergabung.

Dilansir dari tempo.co (9/3/2020), Golkar sudah merekomendasikan Gibran dan Bobby untuk diusung di Solo dan Medan. Bahkan Golkar tidak akan mengubah keputusannya andaikan PDIP tidak mengusung Gibran. 

Pertanyaannya apakah PDIP tak akan kehilangan muka bila nanti Gibran menang meskipun menumpang kendaraan partai lain? Maka yang aman bagi PDIP adalah berkoalisi dengan Golkar. Inilah yang disebut sebagai "pemaksaan" terselubung, strategi jitu yang dimainkan Golkar.

Namun pertanyaannya juga bisa dibalik, apakah Gibran berani menerima pinangan Golkar seandainya tidak ada lampu hijau dari Megawati? 

Memang, seandainya Gibran tidak maju bila tidak bersama PDIP, Achmad Purnomo akan melenggang menduduki kursi Wali Kota Solo, mengingat demikian perkasanya PDIP di kota itu.

Hanya saja bila Achmad harus berhadapan dengan Gibran, persoalannya jadi lain. Warga Solo tetap melihat Gibran sebagai bagian dari keluarga PDIP meskipun diusung partai lain.

Maka warga Solo akan terbelah. Diduga mereka yang berusia muda dan pemilih pemula akan lebih memilih Gibran. Inilah yang akan membawa keberuntungan buat putra Jokowi itu.

Tapi jangan-jangan Golkar sudah dapat membaca arah angin bahwa DPP PDIP memang lebih cenderung menjagokan Gibran. Bukan semata-mata karena putra presiden, namun juga punya kapasitas untuk menarik minat generasi milenial.

Masalahnya, DPP PDIP masih mencari alasan penolakan yang pas pada paslon yang diusulkan DPC PDIP. Tentu DPP tak ingin DPC kehilangan muka, bahkan berpotensi pula membuat kader setia mereka hengkang ke partai lain, bila rekomendasinya tidak dipertimbangkan.

Nah, kira-kira dengan alasan partai lain telah menyatakan ketertarikannya pada Gibran, DPP bisa mendompleng alasan itu. Tinggal apakah fungsionaris DPC PDIP Solo bisa ikhlas menerima, atau justru merapat ke kubu partai lawan.

Sulit menebak, apakah telah terjadi main mata antara Golkar, DPP PDIP, dan mungkin juga dengan pihak di belakang layar yang menjadi pendukung Gibran. Toh dalam politik semuanya sah-sah saja, sepanjang dalam prosesnya nanti telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 

Tak berlebihan kiranya, bila diperkirakan karir awal politik Gibran akan berbuah manis, mengikuti jejak sang bapak, dari pengusaha menjadi orang nomor satu di kota Solo.

Terlalu cepat pula untuk menebak apakah setelah itu Gibran juga akan jadi gubernur dan bahkan berlanjut hingga presiden? Yang sudah di depan mata adalah pilkada Solo. Ini dulu yang kita tunggu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun