Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Naik KRL Rasa MRT, Kubur Kenangan Buruk Saat Penumpang Luber ke Atap

15 Februari 2020   08:09 Diperbarui: 15 Februari 2020   17:01 862
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kereta rel listrik (KRL) meniggalkan Stasiun Jakarta Kota di Jakarta Barat, Kamis (7/9/2017). (KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG)

KRL yang kami naiki dari Stasiun Cawang, singgah dulu di Stasiun Tebet dan Manggarai, baru sampai di Stasiun Sudirman. Sedangkan saat naik MRT, tak ada stasiun yang dilewati karena Bundaran HI hanya satu stasiun dari Sudirman.

Saya sungguh menikmati beberapa perbaikan yang signifikan pada pelayanan KRL sekarang. Ada peta perjalanan kereta api di setiap gerbong yang ditaruh di atas pintu keluar dan gampang terbaca.

Ada pula layar informasi di peron stasiun yang memberitahukan berapa menit lagi kedatangan kereta berikutnya, jam kedatangan, dan tujuan akhirnya. Sebagai contoh, dari Stasiun Cawang ke arah utara, terdapat tiga rute KRL, yakni ke Kota, Muara Angke dan Jatinegara. 

Saya bisa memilih yang ke Angke atau yang ke Jatinegara, karena sama-sama melewati Stasiun Sudirman. Karena yang ke Jatinegara lebih awal datangnya, saya naik yang ini saja.

Selama perjalanan terdengar pengumuman nama stasiun apa yang akan disinggahi. Hal yang juga terdapat pada pelayanan bus Transjakarta. 

Di Stasiun Sudirman sayangnya belum sepenuhnya terhubung antar stasiun KRL dan stasiun MRT. Terpaksa harus keluar dulu ke ruang terbuka yang kalau hujan pasti kehujanan, baru masuk kolong jembatan dan di ujungnya belok kanan bila mau ke stasiun MRT. 

Tentang sistem pembelian tiket KRL, seperti juga MRT, telah sepenuhnya bisa menerima uang elektronik. Tak masalah apakah pakai uang elektronik yang diterbitkan BRI, BNI, BCA, Mandiri, atau Bank DKI.

KRL dulu dan sekarang. Dok. detik.com
KRL dulu dan sekarang. Dok. detik.com
Bila tidak punya uang elektronik, tersedia kartu di loket KRL atau MRT. Kartu ini ada biayanya selain harus diisi salado yang cukup untuk bisa naik kereta ke stasiun tujuan. Kartu bisa dikembalikan di loket stasiun tujuan dan ditukarkan dengan uang biaya pembelian kartu itu tadi.

Tidak begitu berlebihan bila saya mengatakan KRL sekarang sudah rasa MRT. Paling tidak pada standar pelayanannya sudah mirip. Tentu sensasi MRT sebagai barang baru dengan tampilan kereta yang enak dipandang dan stasiunnya pun terkesan megah, lebih unggul ketimbang KRL. 

Lagipula jalur MRT yang berada di bawah tanah atau melayang di atas jalan raya, tidak dipunyai oleh KRL. Tapi tetap perlu diberikan apresiasi bagi pengelola KRL yang telah mencatat kemajuan besar.

Namun pengalaman saya belum tentu bisa menjadi ukuran. Saya kebetulan menjajalnya bukan pada jam yang sibuk seperti saat orang berangkat kerja atau pulang ke rumah sehabis bekerja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun