Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Mandiri, Bank Hasil Merger yang Namanya Diberikan Langsung oleh BJ Habibie

13 September 2019   19:52 Diperbarui: 16 September 2019   17:41 2924
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Logo Bank Mandiri di Plaza Mandiri, Jakarta.(KOMPAS.com/SAKINA RAKHMA DIAH SETIAWAN)

Berdarah-darahnya hampir semua bank di tanah air, termasuk bank-bank milik negara, ketika krisis moneter yang dahsyat melanda Indonesia 1997-1998 lalu, telah menenggelamkan sejumlah bank. Ada yang betul-betul dilikuidasi, ada pula yang di-merger alias digabungkan dengan beberapa bank lain.

Salah satu kisah sukses merger perbankan nasional adalah lahirnya Bank Mandiri pada tanggal 2 Oktober 1998 sebagai penggabungan dari empat bank milik negara, Bank Bumi Daya (BBD), Bank Ekspor Impor Indonesia (BEII), Bank Dagang Negara (BDN), dan Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo).

Sebetulnya agak sayang juga kalau diingat bahwa dari empat bank di atas, kecuali Bapindo, semuanya sudah melewati sejarah yang sangat panjang, karena didirikan pada zaman kolonial Belanda. 

Bank-bank itu saat melebur jadi Bank Mandiri telah berusia lebih dari satu abad. Tapi itulah persayaratan yang diharuskan International Monetary Fund (IMF) ketika pemerintah meminta bantuan pada lembaga keuangan internasional tersebut.

Tulisan ini tidak membahas liku-liku proses penggabungan bank-bank di atas, tapi lebih terfokus kepada sejarah kenapa diberi nama "Mandiri". Dan yang memberi nama bukan sembarang orang, tapi ide dari Presiden ketika itu, B.J. Habibie.

Sempat akan dinamakan Bank Catur oleh Presiden Soeharto, tapi tak jadi dipakai. Lagi pula Pak Harto sudah keburu lengser saat Bank Mandiri diresmikan.

Memang saat proses penggabungan pada akhir tahun 1997, Pak Harto masih berkuasa. Namun karena perekonomian kita luluh lantak dihantam krisis, memaksa Pak Harto menandatangani perjanjian dengan IMF yang antara lain meminta dilakukan restrukturisasi perbankan.

Adegan Presiden Soeharto menandatangani perjanjian tersebut, fotonya sering dimuat ulang oleh media massa. Yang menarik dari foto itu adalah tatapan arogan pejabat tertinggi IMF ke arah Pak Harto sambil berpangku tangan. 

Apa daya, kerusuhan parah yang membawa korban nyawa, dibakarnya banyak bangunan oleh massa, dijarahnya pusat perbelanjaan, dan terutama akibat anjloknya rupiah sampai kisaran Rp 17.000 per 1 dolar AS, padahal sebelum krisis masih di kisaran Rp 2.500, membuat Pak Harto mundur sebagai Presiden, Mei 1998.

Habibie yang tadinya menjadi wakil presiden akhirnya naik menduduki kursi orang nomor satu di negeri ini. Maka proses merger yang maju-mundur di era Pak Harto, dituntaskan secara cepat oleh Habibie.

Dalam sebuah rapat, Habibie melontarkan nama Mandiri dan disepakati oleh semua peserta rapat. Jadilah nama tersebut disematkan pada bank hasil penggabungan itu. 

Arti nama Mandiri tidak sulit ditafsirkan karena Habibie memang menghendaki sebuah bank yang besar karena kekuatan sendiri, tidak bergantung pada pihak asing.

Kesigapan Habibie berbuah manis. Dari sisi ekonomi makro, nilai tukar rupiah menguat luar biasa, mampu mencapai kisaran Rp 6.000-7.000 per 1 dolar AS.

Adapun Bank Mandiri sendiri, awalnya agak sulit menyatukan sistem operasional dari empat bank. Namun setelah melewati beberapa tahun, sudah tidak tampak lagi perbedaan antara masing-masing bank yang bergabung, semuanya seragam dalam satu sistem dan budaya kerja.

Memang cita-cita menjadikan Bank Mandiri sebagai bank yang tidak saja terbesar di Indonesia, tapi juga di Asia Tenggara, belum tercapai. Namun kemajuan yang dicapainya sebagai bank yang baru akan berulang tahun yang ke 21 ini, sangat signifikan. 

Bank ini sering dijadikan benchmarking oleh bank lain khususnya dalam bidang pelayanan kepada pelanggan dan bidang good corporate governance.

Jelas ada hubungan khusus antara BJ Habibie dan Bank Mandiri. Makanya kepergian Habibie buat selama-lamanya, tentu membuat keluarga besar Bank Mandiri ikut merasakan duka cita yang mendalam.

Namun kehidupan harus terus berjalan. Roda perekonomian harus terus berputar. Bank Mandiri harus mampu mewujudkan kemandirian sebagaimana yang diinginkan oleh almarhum BJ Habibie.

dok. Pikiran Rakyat
dok. Pikiran Rakyat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun