Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Konsumen Harus Rewel soal Kedaluwarsa

7 September 2019   08:11 Diperbarui: 11 September 2019   11:17 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Provided by Trusted Media Brands, Inc (msn.com)

Berita tentang ibu hamil yang terlanjur meminum obat yang sudah kedaluwarsa, sempat menghebohkan karena ramai diberitakan media massa. Padahal obat tersebut ditebus di apotik resmi yang harusnya tidak menjual obat yang sudah kedaluwarsa. 

Hikmah dari berita tersebut, sambil berharap pihak yang berwenang mampu menertibkan semua apotik agar kasus di atas tidak terulang lagi, tak ada jalan lain, kita sebagai konsumen memang harus rewel soal kedaluwarsa.

Pengalaman saya bila menebus obat di apotik, saat dipanggil untuk menerima obat, di depan petugas saya membuka lagi bungkusan luar obat untuk meneliti masa kedaluwarsa masing-masing obat.

Jika misalnya masa kedaluwarsanya tinggal beberapa bulan lagi saya akan memohon pada si petugas untuk menukar dengan obat yang lebih baru. Karena lazimnya kalau obat baru, masa kedaluwarsanya masih setahun atau dua tahun lagi.

Bahkan bentuk lain dari kerewelan saya, misalkan saya dapat 30 butir tablet yang dikemas dalam kertas yang per lembar menyimpan 10 tablet, ketiga lembarnya saya teliti kedaluwarsanya.

Kalau ada dua lembar yang kedaluwarsa Maret 2020, tapi yang selembar lagi Agustus 2020, maka saya minta tolong agar yang dua lembar diganti dengan yang kedaluwarsa Agustus 2020.

Dengan demikian saya punya keyakinan bahwa obat yang saya minum masih stok baru dengan harapan juga lebih bagus hasilnya buat menyembuhkan penyakit yang saya derita.

Penyakit rewel saya soal kedaluwarsa tidak hanya berlaku untuk obat. Hal ini menular juga bila saya belanja kebutuhan sehari-hari di supermarket langganan saya, khususnya untuk produk makanan, minuman, dan aneka bumbu seperti kecap dan saus sambal.

Memang jadinya membutuhkan waktu lebih lama karena saya mencari stok terbaru dari sekian banyak barang yang sama-sama dipajang.

Sebagai contoh, saya menyukai makanan biskuit marie merek tertentu. Di tumpukan biskuit tersebut sudah tercampur biskuit dari merek yang sama dengan masa kedaluwarsa yang beragam. Dari yang tinggal satu bulan lagi sampai yang masih satu tahun lagi. Maka saya melihat beberapa di antaranya untuk mengambil yang masa kedaluwarsanya paling lama.

Apalagi untuk makanan yang masa kedaluwarsanya hanya sekitar empat sampai lima hari, seperti roti tawar atau roti sobek, saya lebih hati-hati lagi. 

Masalahnya sama, roti tersebut ditumpuk dari yang kedaluwarsanya besok sampai yang masih lima hari lagi. Menurut saya kualitas rasa dan keamanannya sangat berbeda, yang paling baru pasti lebih oke.

Tapi untuk makanan yang saya duga pakai bahan pengawet yang sesekali tetap saya beli, perlu pula mempertimbangkan hal lain. Contohnya chicken nugget, sosis atau bakso yang akan digoreng di rumah.

Bila ada beberapa merek, maka merek yang kedaluwarsanya relatif lama mungkin saja pakai bahan pengawet yang lebih banyak. Maka teori saya tetap berlaku yakni membandingkan kedaluwarsa yang paling lama tapi di antara satu merek yang sama. Meskipun bila dibandingkan dengan merek lain, masa kedaluwarsanya lebih pendek.

Tentu masih ada hal lain yang perlu diperhatikan selain masa kedaluwarsa. Di antaranya meneliti kemasan apakah ada yang terbuka segelnya, yang robek, yang penyok, dan sebagainya. Yang beginian jangan dibeli.

Salah satu kelemahan saya, kadang-kadang suka menyimpan bahan makanan atau minuman yang sebetulnya agak jarang saya konsumsi, tapi diperlukan bila ada tamu. Contohnya adalah kopi, teh, saus sambal dan saus tomat. 

Akibatnya saya harus rajin mengecek, apakah stok yang disimpan sudah kedaluwarsa atau belum. Yang sudah kedaluwarsa, mau tak mau harus dibuang ke tempat sampah.

Kesimpulannya, rewel untuk kebaikan itu perlu. Jangan silau dengan tempat belanja yang tampilannya bagus dan rapi seperti apotik dan supermarket. Tetap perlu waspada agar apa yang kita beli aman untuk dikonsumsi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun