Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Belajar dari Kasus Garuda Indonesia tentang Fleksibilitas Laporan Keuangan

8 Juli 2019   10:28 Diperbarui: 17 Juli 2019   21:14 2141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Garuda Indonesia (money.kompas.com | Andri Donnal Putera)

Rasanya tak perlu lagi diulas panjang lebar di sini karena telah cukup banyak diberitakan, betapa Garuda Indonesia melaporkan telah menuai keuntungan dari kerja samanya dengan PT Mahata Aero Teknologi, padahal masih dalam bentuk piutang jangka panjang. 

Sesuai hasil pemeriksaan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Kementerian Keuangan, telah disimpulkan bahwa laporan keuangan Garuda harus direvisi kembali. Akuntan Publik yang tahun lalu mengaudit Garuda mendapat sanksi pembekuan izin praktik selama 12 bulan. Selain itu juga ada sanksi denda finansial bagi manajemen Garuda.

Sebetulnya selain Garuda Indonesia, diduga banyak perusahaan lain yang memanfaatkan sisi fleksibilitas laporan keuangan. Tapi bila hal ini dilakukan dengan "bermain cantik" dan tidak terlalu ekstrem memutarbalikkan fakta, membuat publik harus lebih jeli dalam mengamati agar mampu mendeteksi "permainan" tersebut.

Sebagai contoh dalam industri perbankan, seperti menjadi kelaziman, laporan keuangan posisi akhir tahun harus tampil "wow" yang memperlihatkan adanya pertumbuhan dalam volume usaha. Dalam hal ini jumlah dana yang berhasil dihimpun bank dan jumlah kredit yang dikucurkannya terlihat ada pertumbuhan yang signifikan ketimbang posisi satu tahun sebelumnya.

Padahal bisa saja ada trick berupa penggelembungan laporan keuangan. Seolah-olah ada beberapa nasabah inti yang mendapatkan kucuran kredit dalam jumlah amat besar, tapi kredit tidak dicairkan melainkan kembali ditaruh sebagai giro di bank yang sama. Jadi, jumlah dana yang dihimpun dari giro naik tajam dan jumlah kredit juga naik sama tajamnya.

Sinyalemen di atas akan terkonfirmasi bila diuji dengan laporan triwulan pertama dari suatu bank pada tahun berikutnya. Bank-bank yang diduga bermain, pada laporan keuangan per 31 Maret akan memperlihatkan penurunan jumlah dana dan jumlah kredit dibandingkan posisi 31 Desember tahun sebelumnya.

Kuncinya, perlu dipahami bahwa laporan keuangan meskipun masih menjadi indikator utama dalam menilai suatu perusahaan, jangan terlalu dipercayai secara mutlak. Tetap diperlukan cross-check dengan data lain, yang sayangnya tidak gampang diperoleh, seperti temuan pemeriksaan OJK.

Peran wartawan di bidang ekonomi juga dituntut untuk mampu menggali kinerja dari suatu perusahaan secara lebih akurat, tidak semata memuat press release yang disampaikan pihak perusahaan saat melakukan jumpa pers.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun