Kehadiran produk mebel atau perabot rumah tangga asal Swedia yang belum lama membuka tempat penjualan di Indonesia, sehingga menjadikannya sebagai ruang pamer mebel terbesar se tanah air, telah menarik minat banyak orang untuk berkunjung ke sana, tepatnya di Alam Sutera, Tangerang, Provinsi Banten.
Yang berkunjung ke sana tidak hanya warga Jakarta, Tangerang, atau kota lain di sekitarnya, tapi juga dari berbagai daerah di tanah air. Bahkan sekarang banyak orang yang berkunjung walaupun tidak berniat untuk membeli perabot, namun sekadar untuk rekreasi.
Rekreasi? Ya, begitulah kenyataannya. Soalnya saya sudah dua kali kedatangan rombongan saudara dari kampung saya di Sumatera Barat yang minta saya mengantar mereka ke gerai penjualan mebel tersebut, walaupun sama sekali tidak berniat untuk membeli.
Jadi, Indonesia dianggap prospektif dan menjadi salah satu dari 48 negara di mana 389 buah toko besar berada, yang menjadi jaringan distribusi dari usaha yang didirikan oleh Ingvar Kamprad di Almhult, Swedia, tapi saat ini kantor pusatnya berada di Leiden, Belanda.
Produk dalam negeri ini mendapat tempat khusus dengan diberi label "Produksi Indonesia yang mendunia". Ini suatu bukti, produk kita telah memenuhi standar mutu yang ketat dan diterima di pasar internasional.Â
Secara tradisional, di negara kita sudah lama terdapat sentra produksi mebel dan ukiran, seperti di Jepara, Jawa Tengah. Banyak produk dari Jepara yang diekspor. Namun tidak didapat informasi apakah ada produk dari Jepara yang dijual di gerai mebel terbesar itu. Yang tercantum di sebuah papan informasi di toko di Alam Sutera tersebut adalah tentang adanya 11 produsen Indonesia yang bekerja sama.
Setelah itu, pengunjung bebas untuk menjajal berbagai produk, tanpa merasa diawasi, dan tidak perlu pula seperti pura-pura mau membeli. Duduk di sofa, di kasur, atau di kursi makan, boleh sambil bersantai melepas lelah.Â
Sebagaimana gaya orang yang lagi berekreasi, jangan heran kalau banyak pengunjung yang asyik berfoto-ria dengan berbagai macam latar belakang.
Kalaupun saat berkunjung belum terpikir untuk membeli sesuatu, lagipula harganya memang relatif mahal, pengunjung bisa sekadar mengambil foto dari barang yang menarik minat, atau minta katalog ke petugas, untuk nanti bila diperlukan bisa dimanfaatkan dengan pemesanan secara online.
Di samping itu, fasilitasnya relatif lengkap. Ada restoran dan kafe, baik di tengah ruang pamer, bagi yang kelaparan atau kehausan waktu baru berkeliling sampai separo area, dan juga ada di akhir jalur keliling, yakni setelah deretan meja kasir. Ada pula mushala dan toilet serta ruang parkirnya luas dan nyaman.
Jangan pula kecewa bila pengunjung hanya sekadar lihat-lihat saja, tanpa membeli, tapi anggaplah sebagai strategi untuk menciptakan citra positif. Pengunjung yang menangkap citra tersebut, meskipun tidak membeli, akan antusias bercerita kepada orang lain.Â
Orang lain akan bercerita kepada yang lain lagi, demikian seterusnya sehingga bergulir ke banyak orang. Sebagian di antara yang mendengar cerita itu, sangat mungkin menjadi pembeli di masa datang.