Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Desa Kemumu, Sesuatu yang Datang dari Masa Lalu

24 Juni 2016   08:47 Diperbarui: 24 Juni 2016   08:51 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Serial tulisan saya tentang perjalanan ke Lampung dan Bengkulu telah selesai. Sekarang saya telah kembali ke tempat tugas sehari-hari, sebuah kantor di bilangan Semanggi, Jakarta.

Saat saya melihat kembali rangkaian foto yang saya ambil sepanjang tiga hari "petualangan" dari tanggal 20 sampai 22 Juni 2016, ternyata ada catatan yang belum saya tulis di serial tulisan sebelumnya, yakni kunjungan singkat ke Argamakmur.

Memang tadinya saya ragu-ragu untuk memasukkan pengalaman saya berkunjung ke ibukota Kabupaten Bengkulu Utara tersebut, karena sesuai dengan keterangan seorang teman yang bertugas di sana, di Argamakmur tidak ada apa-apa yang menarik untuk dilihat.

Karena saya setengah memaksa, si teman pun mengantar saya ke Desa Kemumu, sekitar 8 km dari kota, tempat yang lebih tinggi dan terdapat bendungan yang mengaliri hamparan sawah di daerah tersebut. Warga Argamakmur kalau di hari libur, lebih memilih ke Bengkulu yang hanya berjarak 60 km. Namun bila sekadar bermain-main di sekitar kota, maka Kemumu menjadi pilihan.

Perlu saya sampaikan bahwa Argamakmur adalah daerah transmigrasi yang paling awal di Bengkulu, konon sejak era 1930-an di zaman penjajahan Belanda. Para petani di desa tersebut adalah keturunan Jawa yang tekun dan sukses. Sayang saya datang pada saat yang kurang tepat. Saya tidak melihat padi yang menguning karena baru saja dipanen.

Tak heran nama-nama desa di sekitar Argamakmur, hampir semua berbau Jawa, bahkan pasar pusat di Argamakmur, dinamakan Pasar Purwodadi. Menurut cerita teman saya, setiap ada acara keagamaan atau berkaitan dengan perayaan kemerdekaan, budaya yang ditampilkan adalah budaya Jawa. Namun mereka juga sukses membaur karena ilmu bertaninya ditularkan ke penduduk lokal yang mau belajar.

Pembaca, berikut beberapa sanpshot di Desa Kemumu. Mungkin benar kata teman saya, tidak ada obyek yang menarik di sana. Namun bagi saya tetap berarti "sesuatu". Saat separo penduduk Indonesia berdiam di kota, saat orang gampang naik pesawat, sehingga dalam perjalanan hanya dari kota ke kota tanpa melihat desa, saat kita masih kekurangan pangan, maka menurut saya, suasana desa yang tenang dan indah adalah sesuatu yang datang dari masa lalu. Sesekali kita butuh bernostalgia.

[caption caption="Air pegunungan yang jernih"][/caption]

[caption caption="Indahnya desa"]

[/caption]

[caption caption="Belum menguning"]

[/caption]

[caption caption="Gerbang desa"]

[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun