Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Jahja Setiaatmadja: Karir, Keluarga, Golf, dan Gereja

1 Februari 2016   14:00 Diperbarui: 1 Februari 2016   14:16 2649
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tentu hampir semua penduduk Indonesia, khususnya yang tinggal di area perkotaan, kenal dengan Bank BCA. Tapi belum tentu banyak yang mengenal nama direktur utamanya. Itulah dia Jahja Setiaadmadja, cenderung low profile dan tidak begitu sering dipublikasikan di media masa. Hal ini terjawab dari buku biografi Jahja yang diterbitkan Gramedia serta ditulis Sumarasono ini, bahwa Jahja memang tidak suka menonjolkan diri, dan selalu lebih mengutamakan keharmonisan dengan rekan lain.

Padahal betapa maraknya sekarang ini advetorial di media cetak tentang suatu perusahaan, pemerintah daerah atau sebuah kementrian, yang sangat menonjolkan peran orang nomor satunya. Seolah-olah tanpa sang komandan, tidak bakal tercapai kemajuan. Jahja bukan model itu, tidak larut dengan sindrom selebriti.

Banyak hikmah yang dapat dipetik para pembaca buku ini yang judul lengkapnya adalah : "Sang Dirigen, Perjalanan Jahja Setiaatmadja Hingga Menjadi CEO BCA".  Dirigen, artinya beliau sangat mengakui bahwa dalam sebuah orkestra, keharmonisan antar semua pemain sangatlah penting. Semua pemain punya keahlian, tapi sang dirigenlah yang memandunya.

Buku ini diterbitkan dalam rangka hari ulang tahun Jahja yang ke 60. Beliau dilahirkan di Jakarta 14 September 1955, dari seorang ayah yang bertugas sebagai kasir di Bank Indonesia. Sebagai kasir, gajinya tentu tidak tinggi. Bahkan untuk memiliki rumah sendiri saja tidak sanggup. Baru disaat mau pensiun sang ayah mampu membeli rumah kecil. Dapat dibayangkan masa kecil Jahja penuh dengan kesederhanaan dan keprihatinan.

Namun demikian, Jahja sejak sekolah dasar telah memperlihatkan keuletannya dalam belajar. Gelar juara selalu disabetnya, dari kelas 1 SD sampai di bangku kuliah Keseriusan dalam menjalani sesuatu, seperti saat belajar, juga menjadi bekal saat bekerja kelak. Hanya saja Jahja sedikit telat menyelesaikan sarjana akuntansinya di UI, karena keenakan bekerja di sebuah kantor akuntan ternama yang berafiliasi dengan kantor akuntan asing, Price Waterhouse dan berlanjut ke Kalbe Farma.

Setelah meraih gelar akuntan di UI, karir Jahja di Kalbe Farma melesat dengan cepat. Posisi direktur keuangan telah diraihnya pada tahun 1988 di usia 33 tahun. Jahja berikutnya menerima tawaran dari Indomobil untuk menjabat direktur keuangan di perusahaan otomotif Grup Salim tersebut di bulan September 1989. Lalu sejak Oktober 1990, Jahja berlabuh di BCA meski turun posisi dulu sebagai wakil kepala divisi. Namun setelah itu, karirnya setapak demi setapak naik terus, sampai menjadi direktur utama sejak tahun 2011 sampai sekarang.

Ada sebuah drama mencekam dalam kehidupan Jahja. Saat kerusuhan tahun 1998, Jahja sebagai seorang keturunan Tionghoa sempat punya pikiran mau eksodus ke Australia. Untung sang istri, Winny, menolak dengan pertimbangan banyak sekali anggota keluarga yang harus ditinggalkan serta aktivitasnya yang padat di sebuah panti asuhan dan sebuah panti wreda.

Keputusan untuk tetap di Indonesia betul-betul disyukuri Jahja. Tidak saja karena ia akhirnya dipercaya menjadi nakhoda BCA, tetapi sekaligus memperkuat keseimbangan semua sisi dalam kehidupannya. Di samping sisi profesional yang tercermin dalam karir, sisi sosial juga dilakukan melalui berbagai program CSR, sisi spiritual dari aktivitas di gereja, sisi personal melalui permainan golf yang rutin dilakukannya setiap Sabtu, dan yang sangat menyenangkannya adalah keberhasilan dalam membina keluarga.

Jahja punya dua anak wanita, dua-duanya akuntan lulusan kuliah luar negeri, dan dua-duanya punya usaha masing-masing, tidak mendompleng nama besar bapaknya. Sekarang keduanya sudah berkeluarga. Kisah asmara Jahja dengan gadis yang kemudian dipersuntingnya berawal dari kegiatan remaja gereja di Jalan Samanhudi, Jakarta, diungkap pula panjang lebar di buku ini.

IQ, EQ, dan SQ yang tinggi yang sering dijumpai di buku teks kepemimpinan, akhirnya terwujud nyata dalam sosok Jahja Setiaatmadja. Semoga bisa jadi teladan bagi generasi muda.

Sedikit saran, bila nanti ada cetak ulang, ada baiknya ditambahkan dengan tulisan testimoni mantan atasan Jahja, seperti dari Djohan Emir Setijoso, yang merupakan CEO BCA sejak 1999 sampai 2011. Di buku sekarang ini, beberapa tulisan tentang kesan-kesan terhadap Jahja, terkesan terlalu minim dan belum mewakili banyak kalangan yang mengenalnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun