Mohon tunggu...
IRWAN ALI
IRWAN ALI Mohon Tunggu... Konsultan - Peneliti di Lingkar Data Indonesia

"Seseorang boleh saja pandai setinggi langit, tapi selama tidak menulis maka ia akan dilupakan oleh sejarah" - @Pramoedya_Ananta_Toer

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pak Ridwan Kamil, Anda Telah Menampar Banyak Orang

3 Maret 2016   10:01 Diperbarui: 3 Maret 2016   10:28 614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Beberapa hari terakhir, Ridwan Kamil, menjadi topik diskusi yang dibicarakan banyak orang. Tidak hanya di kalangan netizen tetapi juga mengemuka di ruang-ruang diskusi informal ala warung kopi.  Siapa Ridwan Kamil? Ia adalah Walikota Bandung yang berniat menuntaskan masa jabatannya hingga 2018 mendatang.

Ridwan Kamil, tiba-tiba menjadi topik pembicaraan karena keputusannya menolak untuk bertarung di Pilgub DKI, tahun depan. Sebelumnya, RK digadang-gadang untuk maju di Pilgub DKI melawan Sang Petahana Basuki Tjahja Purnama alias Ahok. Ia dinilai memiliki sejumlah modal politik yang dipersyaratkan untuk mengimbangi elektabilitas Ahok yang hingga saat ini belum tertandingi. Sebagai seorang Walikota, publik menilai ia berhasil melakukan perubahan di Kota Bandung, seperti halnya Ibu Risma di Surabaya dan Prof. Nurdin Abdullah di Bantaeng, Sulawesi Selatan.

Pernyataan Ridwan Kamil diposting pada dinding facebook-nya, berjudul “Ke Jakarta Tidak Ke Jakarta”. Ia mengawali catatan itu dengan menjelaskan bahwa Indonesia adalah proyek imajinasi ambisius yang mencoba menyatukan kebhinekaan 17 ribu pulau dan 700-an bahasa. Juga tentang asal usul manusia Indonesia yang menurut RK adalah turunan Micronesia asal Tiongkok yang dalam perjalanan sejarahnya bercampur dengan genetika India dan Arab. Sehingga mengadu domba manusia Indonesia dengan istilah pribumi dan non pribumi adalah kebodohan. Mungkin saja benar. Entahlah. Tulisan ini tidak untuk menguak asal usul manusia di republik ini. Tapi lebih pada sikap politik Pak RK yang ternyata menjadi tamparan keras bagi banyak orang.

Kesimpulan saya setelah membaca secara utuh pernyataan itu adalah bahwa Ridwan Kamil ingin menjelaskan tentang dirinya bahwa ia bukanlah politisi jenis “Kutu loncat”. Ia adalah seorang negarawan yang tidak melihat sisi prestisius dari sebuah jabatan. Ia tidak peduli jabatan itu rendah atau tinggi. Jabatan menurutnya adalah amanah yang harus dituntaskan. Bukan menjadi alat untuk meraih ambisi pribadi yang lebih tinggi. Tersirat ia menjelaskan, ada kontrak utang antara dirinya dengan warga Bandung hingga 2018. Sebagai seorang yang patuh pada pesan ibunya, ia tidak ingin ingkar pada pesan ibunya dengan mengkhianati kepercayaan warga Bandung yang telah memilihnya pada Pilkada Bandung tempo hari. Dan pesan terpenting yang ingin disampaikan Ridwan Kamil adalah tentang bagaimana menjadi seorang NEGARAWAN SEJATI. Seorang NEGARAWAN tidak akan pernah menjadi KUTU LONCAT.

 Sisi ambisi Ridwan Kamil sebagai manusia biasa sebenarnya juga mengakui bahwa siapa yang tidak tertarik menjadi pejabat di Jakarta, kota tempat kepusatan atas banyak hal. Ekonomi, politik, sosial, prestise, ada di Jakarta. “... dan jika mengikuti hawa nafsu dan matematika pilkada, pastilah saya tidak berpikir panjang. Namun hidup tidaklah harus begitu. Saya ingin bahagia tanpa mencederai. Saya ingin menang tanpa melukai,” urai RK dalam catatannya.

 Sejumlah nama  tokoh yang meninggalkan tanggung jawabnya di masa lalu demi Jakarta disebut oleh RK dalam catatannya. Mereka yang disebut RK adalah Jokowi yang tinggalkan Solo, Ahok yang tinggalkan DPR, dan Alex Noerdin yang tinggalkan Sumsel meski balik lagi karena kalah. Berikut kutipan paragraph empat dari catatan RK:

 “Sedemikian besarnya magnet Jakarta sebagai kepusatan banyak hal, tidaklah heran jika menjadi Gubernur Jakarta menjadi incaran utama panggung politik. Pak Jokowi mundur dai Solo untuk menjadi Gubernur Jakarta tahun 2012 yang kemudian menjadi presiden di tahun 2014. Pak Ahok mundur dari anggota DPR untuk berpasangan dengan Pak Jokowi. Pak Alex Nurdin mundur sebagai Gubernur Sumsel, dan balik lagi ketika kalah. Tahun depan Pak Ahok pun bersiap untuk pemilihan berikutnya. Dan karena satu dan lain hal, tawaran dan kesempatan itu pun datang kepada saya.”

 Apakah tokoh-tokoh  yang disebutkan RK di atas termasuk politisi yang mengikuti hawa nafsu? RK tidak menjelaskan dengan nyata. Tetapi dari alur kalimat yang dibangun dari awal hingga akhir tulisan, sepertinya pesan tersirat RK mengatakan bahwa “SAYA TIDAK INGIN SEPERTI MEREKA” meninggalkan amanat rakyat demi mengejar jabatan yang lebih tinggi.

***

Pak Ridwan Kamil yang saya hormati, pada kesempatan lain Bapak juga menjelaskan bahwa Pak Jokowi berpesan kepada Bapak agar “jangan mengejar sesuatu yang lebih besar sedangkan masalah di depan mata belum terselesaikan” (Kompas). Tidak risihkah Bapak mendengar nasihat itu? Untung saja Bapak tidak ikut di nasehati oleh Pak Ahok atau Pak Alex Noerdin.

 Pak Ridwan kamil, sikap Bapak ini telah menampar dan menelanjangi banyak orang. Tidak takutkah Bapak jika mereka tersinggung, lalu marah, yang mungkin saja berujung pada hilangnya nama Bapak dari pentas politik?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun