Mohon tunggu...
Irwan E. Siregar
Irwan E. Siregar Mohon Tunggu... Jurnalis - Bebas Berkreasi

Wartawan freelance, pemerhati sosial dan kemasyarakatan.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Deskripsi

8 Mei 2023   14:24 Diperbarui: 9 Mei 2023   07:28 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SAAT hendak membuka sebuah koran harian di Pekanbaru tempo hari, petinggi dari Jakarta menekankan bahwa saingan nantinya bukan koran sejenis.  Tapi televisi.

Ya, televisi waktu itu telah menyita hampir sepenuhnya waktu pemirsa. Sinetron, film lepas, dan berbagai tayangan lainnya mampu menahan pemirsa untuk tak beranjak dari depan layar kaca. Jangankan melihat koran barang sejenak, untuk buang hajat ke kamar kecil pun sering ditahan.

Untuk mensiasati hal itu, tampilan media cetak tentu harus dibuat semenarik mungkin. Gambar-gambar diperbesar, terkadang sampai menyita hampir seluruh halaman. Pakem tidak boleh melewati baris atas di logo media sudah dilanggar. Terkadang logo sampai terpotong separoh oleh gambar. Grafis juga diperbanyak, sehingga tampilan sebuah berita menjadi lebih hidup.

Cara seperti ini diyakini akan mampu menarik perhatian. Sayangnya, sebuah berita tetap menjadi benda mati jika tidak diramu dengan baik. Karena itu harus disiasati bagaimana agar saat membaca berita bisa seolah-olah sedang menonton televisi. Untuk itu, redaktur yang baik akan meramu berita dengan deskripsi yang lengkap. Sebuah deskripsi yang baik dapat menuntun pembaca mengikuti kejadian dengan runtut. Sama seperti sedang menonton televisi.

Jauh hari sebelumnya sebenarnya saya sudah mendapatkan ilmu ini saat ikut di Tempo. Majalah berita mingguan ini selalu menekankan deskripsi dalam setiap reportasenya. Deskripsi merupakan satu komponen penilaian yang tinggi. Sejak mengajukan usulan berita di rapat perencanaan, wartawan selalu mencantumkan rencana deskripsi yang akan dilakukan. Begitu pula para redaktur dalam rapat tersebut juga memberi masukan mengenai deskripsi ini.

Di era internet sekarang ini, deskripsi rasanya masih tetap dibutuhkan oleh portal berita. Bahkan mungkin harus lebih baik lagi. Soalnya, pemilik hp selular kini dengan gampang mengirim video peristiwa ke Youtube, TikTok, dan media sosial lainnya. Tanpa deskripsi yang kuat, gambar-gambar hidup di layar hp itu akan sulit untuk dilawan.

Karena itu, jika media televisi (elektronik) terus menggenjot awak media untuk menghasilkan visual terbaik, media cetak dan portal berita juga harus melakukan hal yang sama.

Untuk saat ini mungkin bisa belajar dari portal Channel News Asia (CNA) Singapura. Portal ini sering menampilkan berita dengan deskripsi yang sangat baik. Misalnya, tentang kehidupan seorang tentara di Singapura yang terpaksa pensiun muda akibat kanker ganas. Ia kemudian beralih menjadi pembuat roti. Portal ini memulai cerita dengan deskripsi si tentara membakar roti. Suasana pemanggangan roti sangat terasa saat membaca berita ini. Bahkan digambarkan bagaimana terasa aroma roti saat oven dibuka, seakan pembaca ikut menghirupnya.

Memang bukan hal yang gampang untuk membuat sebuah deskripsi. Tapi ini sudah menjadi keharusan kalau tidak ingin tulisan kita ditinggalkan pembaca. Saya masih ingat, saat ada orang datang melamar jadi wartawan di Tempo Biro Medan, kepala biro yang saat itu dijabat mendiang Monaris Simangsung, langsung menyuruh si pelamar turun lalu naik lagi dari lantai satu sampai lantai tiga. Si pelamar lalu disuruh membuat deskripsi dari setiap lantai. Biasanya dari tulisannya sudah terlihat siapa yang berbakat jadi wartawan Tempo. (*)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun