Mohon tunggu...
Vinofiyo
Vinofiyo Mohon Tunggu... Lainnya - Buruh negara

Pria

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Menyoal Keluhan terhadap Pelitnya Rumah Makan Padang

22 November 2020   09:00 Diperbarui: 2 Desember 2020   16:49 4079
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : Display rumah makan Padang. (Sumber: superapps.kompas.com)

Persoalan selera tergantung pada masing-masing konsumen. Ada konsumen yang mau nasi bungkusnya tidak terlalu pedas alias sedikit sambal atau juga sedikit kuah. Namun ada juga yang ingin agar sambalnya betul-betul pedas alias sebanyak-banyaknya ataupun kuahnya banyak sampai "banjir". 

Di antara dua kategori ini, jumlah terbanyak adalah konsumen kategori sedang. Dimanapun, kategori normal jelas paling banyak daripada di atas ataupun dibawah normal. 

Tukang sanduak (centong untuk nasi), sebutan untuk pelayan rumah makan yang tugasnya menghidangkan dan membungkus nasi, bekerja berdasarkan standar normal yang jumlah konsumennya paling banyak. Meski terlihat mudah, butuh keahlian khusus untuk menyajikan makanan seperti membawa piring dalam jumlah banyak ke meja pelanggan. 

Setiap lauk yang ada di piring kecil disusun dengan rapi serta takaran kuah yang sama dan sesuai banyaknya, tidak boleh ada kekurangan sehingga terlihat kering atau berlebihan supaya tidak meluber.

Menyiapkan nasi bungkus juga ada caranya, tidak sekadar rapi dalam kemasan. Enaknya nasi bungkus masakan padang tergantung dari campuran kuah pada nasinya. Tukang sanduak profesional tahu persis cara mencampur sehingga kuah yang untuk lauk berupa ayam akan berbeda dengan kuah untuk lauk ikan.

Ilustrasi rumah makan padang. (Foto: Kompas.com/Garry Lotulung)
Ilustrasi rumah makan padang. (Foto: Kompas.com/Garry Lotulung)
Karena itu untuk konsumen yang seleranya di atas normal alias butuh sambal dan kuah dalam jumlah yang tidak biasa, datang saja sendiri. Silakan minta pada sesuai selera karena Anda yang tahu persis takarannya.

Tidak mungkin mengandalkan kecocokan selera anda dengan si abang ojol. Atau biar lebih afdol tidak usah dibungkus, makan saja di sana. Silakan kasih kuah dan sambal sesuai selera.

Selain masalah selera, penyebab lain keluhan biasanya disebabkan oleh keaslian rumah makan Padang. Prinsip bahwa siapa saja boleh memasak dan berdagang nasi Padang menyebabkan pemilik dan koki rumah makan di luar Sumatera Barat bisa saja bukan orang Minang.

Tapi bukan itu tolok ukur keasliannya. Di Kota Padang sendiri, yaitu di kawasan Pecinan beberapa rumah makan Minang (saya tidak mau menggunakan istilah rumah makan Padang kalau tempatnya di Sumatera Barat), pemilik dan tukang masaknya adalah keturunan Tionghoa. 

Tapi tidak ada yang mengatakan mereka rumah makan Minang palsu karena rasa dan cara penyajian dijaga sebagaimana layaknya. Bahkan ada satu rumah makan menyajikan gulai kacang (mungkin anda belum pernah dengar) yang dulu banyak ditemui dalam masakan di kampung tapi sekarang sudah langka. 

Intinya, meski pemiliknya orang Tionghoa tapi rasa dan tradisi betul-betul dijaga dan mereka mau menggali rasa asli Minang sehingga tidak ada bedanya dengan rumah makan yang pemiliknya orang Minang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun