Mohon tunggu...
Dian S. Hendroyono
Dian S. Hendroyono Mohon Tunggu... Freelancer - Life is a turning wheel

Freelance Editor dan Penerjemah Kepustakaan Populer Gramedia | Eks Redaktur Tabloid BOLA | Eks Redaktur Pelaksana Tabloid Gaya Hidup Sehat | Eks Redaktur Pelaksana Majalah BOLAVAGANZA | Bekerja di Tabloid BOLA Juli 1995 hingga Tabloid BOLA berhenti terbit November 2018

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Gagal Menendang Penalti dapat Berpengaruh pada Mental Pemain

12 Juli 2021   20:16 Diperbarui: 13 Juli 2021   22:22 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola di titik putih, berjarak 11 meter dari gawang. (Sumber:Shutterstock via The Conversation Online)

Berjalan dari garis tengah lapangan menuju gawang, sedikitnya 35 meter, tergantung pada panjang lapangan. Berhenti di titik putih yang berjarak 11 meter ke gawang. Hanya berhadapan dengan kiper. Tidak ada pemain lawan, tidak ada juga pemain kawan. Wasit pun berdiri relatif jauh. Tidak ada penghalang apa pun.

Untuk yang tidak menghadapi situasi seperti itu, tendangan dari titik putih, semua tampak mudah. Namun, untuk si pesepak bola, bahkan berjalan dari garis tengah lapangan pun terasa sangat jauh. Ada yang menyebut bahwa itu adalah jarak terjauh yang harus ditempuh dalam hidupnya.

Lalu, harus menendang bola, jaraknya hanya 11 meter, untuk menaklukkan si kiper. Dekat saja. Mudah, bukan?

Tidak, tidak semudah itu. Tidak, ketika semua mata memandang ke arahnya. Semua harapan diarahkan kepadanya. Nasib timnya tergantung pada sukses atau tidaknya tendangan yang akan dilakukan.

Tanyakan saja kepada Bukayo Saka, atau Jadon Sancho, atau Marcus Rashford yang sudah lebih senior dibanding kedua rekannya itu. Well, ketiganya masih berusia muda.

Ketiga pemain Inggris gagal memasukkan bola ke gawang Italia yang dijaga oleh Gianluigi Donnarumma. Akhirnya, The Three Lions harus kalah pada final Euro 2020, 11 Juli 2021, di Stadion Wembley, di London, di halaman rumah mereka sendiri.

Percayalah, mereka tidak akan melupakan kegagalan itu seumur hidup mereka. Apalagi, kegagalan itu terjadi pada sebuah turnamen besar, di partai puncak, di mana harapan untuk mendapatkan trofi Piala Eropa untuk pertama kalinya disematkan.

Adu penalti memang brutal. Apalagi ketika si pemain dihadapkan pada seorang kiper yang tangguh, belum lagi didukung oleh suporter yang tak kalah kejamnya. Implikasi dari gagalnya menendang dari titik putih sangat berat. Belum lagi akan memicu kekecewaan masal. Hal yang kelihatannya mudah menjadi tantangan yang sangat berbeda. Apalagi kalau gagal.

Tanyakan juga pada Gareth Southgate, pelatih Inggris saat ini yang punya kenangan buruk tentang adu penalti.

“Saya selalu memikirkannya selama dua dekade terakhir,” kata Southgate, seperti dikatakannya kepada ESPN Online.

Southgate mengenang tendangan penaltinya yang gagal saat Inggris menghadapi Jerman pada semifinal Euro ’96, sekaligus membuat harapan negeri itu untuk bisa melihat tim nasional kesayangan mereka tampil di final. Parahnya lagi, Inggris menjadi tuan rumah dan partai itu dimainkan di Stadion Wembley. Wembley yang lama tentu saja.

Sekarang seperti déjà vu, meski tampil di Stadion Wembley yang sudah dibangun ulang, tetap saja Inggris kalah melalui adu penalti, di final.

Pemain lain yang juga mengalami nasib seperti Southgate adalah Roberto Baggio. Striker Italia itu harus melihat bola hasil tendangan dari titik putih terbang melewati mistar di Rose Bowl, Pasadena. Saat itu, final Piala Dunia 1994 dan Italia harus kalah dari Brasil di final.

“Sampai sekarang masih terasa pahit. Sama sekali tidak menyurut dan saya pikir perasaan itu tidak akan pernah hilang,” kata Baggio.

Gareth Southgate menghibur Bukayo Saka. (The News Groove Online)
Gareth Southgate menghibur Bukayo Saka. (The News Groove Online)

Pada akhirnya, sejalan dengan waktu, semua adu penalti itu akan menjadi bagian dari statistik. Untuk mereka yang sukses melakukannya, tidak akan mengalami masalah. Bahkan, mereka akan dengan senang hati menceritakannya kembali, berulang-ulang.

Anehnya, sangat jarang yang mengingat mereka yang sukses melakukan tendangan dari titik putih saat adu penalti. Yang paling sering dibicarakan dan diingat hanyalah yang mereka yang gagal.

Mental pemain akan sangat berpengaruh. Untuk yang bermental kuat, mungkin mereka hanya akan menangis di lapangan usai gagal membuat gol dari titik putih. Keluar dari lapangan, ditambah dengan waktu yang berlalu, mereka akan menghadapi semuanya dengan tegar.

Namun, mereka yang masih muda, macam Sancho dan Saka, masih harus dilihat. Jika mereka punya mental yang kuat, maka kegagalan itu akan menjadi pemicu untuk mereka terus berlatih, memoles cara mereka menendang dari titik putih sampai sempurna. Akan tetapi sebaliknya, bisa jadi, mereka tidak akan mau lagi dipilih menjadi salah satu eksekutor saat adu penalti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun