Mohon tunggu...
Irsyal Rusad
Irsyal Rusad Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Internist, FK UGM

Internist. Tertarik dng bidang Healthy Aging, Healthy Live, Diabetes Mellitus Twitter; @irsyal_dokter

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Sedikit Bergerak, Makan Banyak, Diabetes Pun Naik Melonjak

20 Agustus 2015   08:04 Diperbarui: 20 Agustus 2015   10:01 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi - pemeriksaan gula darah (Shutterstock)

Diperkirakan sekarang, jumlah penduduk dunia penyandang diabetes mencapai 400 juta orang. Bila tidak ada perubahan gaya hidup yang bermakna, dalam dua dekade ke depan dapat meningkat 55% lebih. Tidak hanya di negara maju mewabahnya penyakit kronis ini terjadi, di negara miskin, negara berkembang juga demikian. Di India dan China, 10% penduduk dewasanya menderita penyakit ini. Urbanisasi, perubahan pola diet, gaya hidup santai, ibaratkan bahan bakar yang akan menyulut wabah diabetes di negara ini.

Di Indonesia sendiri, pada tahun 2013 ada sekitar 8 juta lebih penyandang diabetes, dan pada tahun 2014, hanya dalam satu tahun meningkat lebih dari 9 juta. Kenyataan sebenarnya barangkali lebih besar dari itu, karena masih banyak penderita diabetes yang belum terdiagnosis.

Sebagai ilustrasi, kemaren siang saya ngumpul dengan teman-teman satu angkatan di SMA, tidak banyak, hanya 10 orang. Karena sudah lama sekali tidak bertemu, salah satu topik pembicaraan, selain menyangkut anak, cucu, pekerjaan adalah mengenai penyakit. Ternyata dari 10 orang yang hadir itu, dua orang di antaranya diketahui menderita diabetes melitus tipe 2, berarti 20%. Walaupun itu tidak mencerminkan gambaran diabetes di Indonesia, paling tidak diabetes itu sudah banyak di tengah-tengah kita. Secara keseluruhan, lebih dari 8 persen penduduk dewasa dunia menderita diabetes melitus. Nah, "apa penyebab semua ini?"... Menurut beberapa referensi, dua faktor di bawah ini, adalah penyebab utamanya.

 

1. Kita sekarang lebih sedikit bergerak.


Barusan sore ini saya punya pasien yang baru pertama kali didiagnosis sebagai diabetes melitus tipe 2. Seorang lelaki usia 42 tahun dengan keluhan penurunan berat badan. Dulu saya gemuk dokter, sekarang celana ini sudah longgar sekali, berat badan juga turun beberapa kilo. Dan, waktu saya beri tahu bahwa diabetes yang dideritanya sekarang ini ada kaitannya dengan aktivitas fisiknya yang kurang, pasien ini mengangguk-angguk sambil memberikan komentar, "Ya Dokter, saya banyak duduk tidak hanya di toko, di rumah juga. Kalau ke luar, ke masjid, atau ke mana pun walau hanya beberapa meter dari rumah, saya naik kendaraan, Dokter."

Fenomena banyak duduk, sedikit bergerak ini kita lihat di semua sektor kehidupan sekarang. Di tempat kerja, sektor pertanian, bahkan sampai di dapur pun demikian. Melihat anak sekolah berjalan kaki, naik sepeda sudah jarang. Sampai di sekolah, permainan yang membutuhkan gerakan fisik lebih banyak juga jarang dilakukan. Di dapur pun demikian, terutama di daerah perkotaan, dan orang kaya. Mencuci piring misalnya, tinggal memasukkan piringnya, lalu tekan tombolnya, biarkan, piring pun bersih dan kering. Memasak tidak jauh berbeda, ada oven, gas, peralatan listrik yang serba otomatis. Tidak perlu kayu bakar lagi, seperti orang tua kakek-nenek kita dulu. Kayu harus dicari ke hutan, harus ditebang, dipotong, dibelah sendiri.

Di tempat kerja sama saja, orang berkerja tidak sama lagi dengan bekerja waktu dulu. Kerja mengandalkan fisik sudah tidak begitu dibutuhkan lagi. Robot, alat-alat berat, komputer menggantikan kerja fisik manusia. Keringat kita tidak lagi bercucuran waktu bekerja. Energi yang dibutuhkan tentu juga tidak sama lagi.

Lalu, apa hubungannya dengan diabetes? Sudah banyak penelitian yang menunjukkan bahwa menurunnya aktivitas fisik ini akan meningkatkan risiko diabetes melitus tipe 2. Duduk di depan TV, dua jam saja sehari meningkatkan risiko diabetes lebih dari 14%. Nah, "sekarang berapa jam kita duduk sehari?" tidak hanya di depan TV, di atas sofa? Kita juga duduk di dalam perjalanan, di tempat kerja dan duduk adalah aktivitas yang paling sering kita lakukan pada waktu senggang kita. Duduk yang lama, aktivitas fisik yang kurang, adalah salah satu penyebab utama obesitas. Seperti diketahui obesitas merupakan faktor risiko penting diabetes melitus tipe 2. Di samping itu, aktivitas fisik yang kurang ini juga ternyata menyebabkan sel tubuh berkurang sensitifitasnya terhadap insulin. Sehingga diperlukan insulin lebih banyak untuk mempertahankan gula darah tetap normal, yang akhirnya menyebabkan hiperinsulinisme.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun