Mohon tunggu...
irsyadunnas
irsyadunnas Mohon Tunggu... Guru - Guru Swasta

Blogger, Ghost Writer, penggiat literasi lampung utara

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Mengapa Perlu Memaafkan? Sebuah Refleksi Jiwa

29 April 2023   22:53 Diperbarui: 29 April 2023   22:55 812
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Foto : Unsplash/Christopher Stites

Mengapa perlu memaafkan? Sebuah pertanyaan sederhana yang perlu pemaknaan lebih untuk melakukannya. Mengapa perlu memaafkan jika hati terlampau luka atas sikap buruk seseorang pada kita? pertanyaan yang sebetulnya tak perlu dipaksakan jawabannya pada seseorang yang menyimpan luka terlalu dalam. Luka yang menganga pada hati yang retak, dan sulit untuk disatukan lagi.

Saya teringat sebuah buku berjudul "Why Forgive" karangan Johann Christop Arnold, yang terjemahannya diterbitkan oleh Grasindo pada tahun 2000 silam. Buku ini lawas kali pertama saya dapatkan dari seorang teman di kampus pada tahun 2006 lalu. Teman saya berkisah bahwa hatinya mulai melunak setelah membaca buku itu. Melunak yang ia maksud adalah mampu berdamai dengan konflik batin yang ia hadapi dan merasa tak perlu memendam luka jika hati bisa seluas samudera. Ia menjanjikan, akan ada perubahan pandangan hidup jika saya telah selesai membaca buku itu.

Buku ini berdasarkan sebuah kisah nyata, berlatarbelakang konflik yang terjadi di Irlandia Utara pada dekade 1990-an. Konflik tersebut terjadi antara kelompok perlawanan tentara Irlandia yang menamakan dirinya IRA, dengan kelompok Paramiliter pro kerajaan Inggris.

Singkatnya, peristiwa berdarah puluhan tahun di wilayah itu menimbulkan banyak korban jiwa terutama dari kalangan sipil. Konflik itu pun akhirnya berakhir setelah terjadi perjanjian perdamaian antar keduanya pada tahun 2005. 

Ada satu kisah menarik yang ditulis dalam buku tersebut. Kisah nyata ini berkisah seorang ibu yang kehilangan putra satu-satunya karena gugur saat berjuang bersama kelompok tentara perlawanan Irlandia Utara, IRA. 

Duka makin mendalam ketika harus menerima kenyataan bahwa putranya gugur tertembak di medan perang, dan meratap pedih di hadapan jenazah sang putra yang begitu ia cintai sepanjang hidup. 

Diceritakan juga beberapa bulan setelah kematian putranya, datang seorang pria penuh sesal memohon maaf dengan iba kepadanya dan mengaku bahwa ia yang telah menembak putranya hingga gugur dalam sebuah pernyergapan. Pria itu mengaku mantan tentara Paramiliter pro Inggris yang tak lagi bertugas karena sesuatu hal yang tak mau ia jelaskan. 

Apakah sang ibu marah dan dendam serta memaki penuh umpatan kepada pria yang telah membunuh putranya? TIDAK.

Sang ibu malah memeluk pria yang telah membunuh putranya. Memeluk dengan penuh kasih seraya berucap, " Aku memaafkanmu dengan keikhlasan. Tak ada satu pun dendam yang tersisa atas luka yang kurasakan selama ini. "

**

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun