Mohon tunggu...
Irna Djajadiningrat
Irna Djajadiningrat Mohon Tunggu... Lainnya - Pegiat Literasi

Sejatinya semua penghuni jagat raya memiliki derajat yang sama. Yang membedakan hanya budi baik atau buruk hati. https://bumiseniorcicibey.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Orang Pintar Versus Orang Baik

10 Juli 2020   10:19 Diperbarui: 10 Juli 2020   17:03 708
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hidup ini ternyata tidak terlalu membutuhkan orang pintar terlalu banyak... asalkan, tentu saja, tidak bodoh. Dunia membutuhkan banyak orang baik budi. Sayangnya, tidak ada satu pun program studi "Menjadi orang Baik Budi" di perguruan tinggi mulai dari jenjang sarjana sampai dengan doktor. 

Untuk menjadi pintar, bisa saja melalui pendidikan formal atau non formal ditambah pengalaman hidup atau memang sudah memiliki tingkat intelengensia yang tinggi sejak lahir "bawaan lahir". Jadi tak perlu berpayah-payah belajar untuk memahami sesuatu... cukup dengan sekali kedipan mata, pengetahuan baru sudah tiba di otak Anda.

Berkebalikan dengan menjadi orang baik budi, banyak hal terlibat untuk membentuk manusia menjadi baik atau menjadi buruk. Selain kemampuan pengendalian diri, agama, pendidikan, lingkungan sosial masyarakat dan banyak lagi yang mempengaruhi pembentukan manusia menjadi baik atau buruk. Itupun bukan peristiwa yang serta-merta tetapi diperlukan waktu bertahun-tahun untuk menjadi baik budi atau buruk hati.

Menurut pengamatan saya, lagi-lagi bukan hasil riset, sebagian besar orang (tua) berharap bisa menjadi orang pintar karena nantinya akan bisa menjadi "orang yang berguna bagi...". Cobalah amati doa umum yang dipanjatkan mengiringi perayaan ulang tahun anak, ponakan, cucu "menjadi anak pintar" seakan-akan menjadi wajib dan tidak pernah ketinggalan. Tentu sangat "dimaklumi" jika orang tua berharap anak-anaknya  menjadi anak yang pintar.

Karena saya selalu mengupayakan untuk berpikir postiif, maka persepsi saya, doa menjadi anak yang pintar tersebut sudah secara tersirat disandingkan dengan doa menjadi anak yang baik budi. Wallahu a'lam.

Orang baik budi itu  istimewa karena ia  tak butuh disanjung, tak berbalaspun tak menjadi masalah untuk apapun yang diperbuatnya dan ia akan mengerjakan banyak hal bukan hanya mengandalkan akal budi tetapi juga nuraninya. Ia juga tak berpayah-payah membuktikan dirinya baik budi karena orang lain mudah menilai. Walaupun tidak semua orang baik budi itu pintar, tapi setidaknya mereka tidak akan melukai rasa dan hati orang karena selalu berpijak pada kebajikan.

Saya tidak ingin memperdebatkan lebih jauh makna istilah baik budi yang sangat relatif itu. Oleh karenanya saya akan memberi batasan bahwa orang yang "baik budi" adalah orang yang memiliki kepekaan baik kepada diri sendiri maupun orang lain, memiliki rasa malu terhadap diri sendiri serta memiliki akhlak terpuji. Anda dapat mengelaborasinya lagi tiga kata kunci berikut "peka", "malu" dan "akhlak terpuji" untuk menggali makna baik budi dengan panjang lebar.

Andai gabungan pintar dan baik budi tidak mungkin terjadi maka saya akan memilih memperbanyak jumlah orang baik budi dibandingkan dengan jumlah orang pintar agar dunia ini menjadi seimbang dan sejahtera serta mencapai kemaslahatan bagi semua penghuni jagat raya. Orang baik budi, meski tidak pintar bisa membantu orang pintar dengan kejernihan hati dan keluasan jiwa serta doanya... karena Tuhan selalu bersama orang yang baik dan itu pasti.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun