Saat itu hari kamis, seperti biasanya jika ada libur yang cukup panjang saya selalu meluangkan waktu untuk pulang ke rumah. Perjalanan Semarang - Purwokerto memang memakan waktu yang cukup lama kurang lebih 7 sampai 8 jam. Jika merasa santai / tidak diburu-buru, biasanya saya pulang menggunakan bus ekonomi, bus ekonomi yang saya tumpangi menuju daerah rumah saya kondisinya cukup buruk, banyak orang yang menganggap itu kurang layak tapi dengan naik bus ekonomi itu saya merasa mendapatkan banyak hal, yaitu pelajaran, ya.. pelajaran yang tidak didapatkan dari bangku sekolah. mulai dari mengobrol dengan sopir bus yang sangat baik, bertemu dengan preman, bertemu dengan seorang ibu membawa anak banyak yang masih kecil-kecil, bertemu dengan seorang seorang pengamen tua yang unik, namun entah kenapa jarang sekali saya temui mahasiswa yang menggunakan jasa bus ekonomi tersebut. disini saya ingin bercerita tentang pengamen tua yang saya temui saat perjalanan menuju pulang dengan menggunakan bus tersebut.
Kurang lebih hampir 4 jam bus melaju meninggalkan daerah Semarang berjalan menuju kampung halaman saya. saat itu bus tersebut sampai di daerah Wonosobo. Seperti biasa, di Wonosobo bus tersebut berhenti di sekitar pasar untuk menunggu penumpang. Bus tersebut berhenti kurang lebih setengah jam. sambil menunggu seperti biasa pula banyak pedagang asongan yang menjajakan dagangannya, di sela-sela pedagang tersebut naiklah seorang kakek tua dengan pakaian yang sangat rapi kemeja putih dan celana hitam lengkap dengan belt di pinggangnya. Perawakanya rapi, bersih dan bugar terawat, agak aneh mungkin melihat tampilan seperti itu di dalam bus ekonomi. Siapa yang mengira, kakek tersebut adalah seorang pengamen tua, tanpa membawa alat musik apapun kakek tersebut mulai mengalunkan lagu-lagu lawas. suaranya sangat merdu untuk orang seusianya, jika dilihat mungkin beliau seusia dengan kakek saya, kurang lebih hampir 75 tahun, mungkin. biasanya setiap mengamen beliau menyanyikan 1 atau 2 tembang lawas. tanpa bantuan alat musik apapun, suara kakek tersebut bahkan semakin terasa merdu. kadang saya berfikir, apa kakek tersebut masih memiliki keluarga? bagaimana bisa seorang kakek tua yang terlihat rapi dan terawat tersebut hidup di lingkungan yang keras seperti terminal dan halte bus. dengan wajah dan mimik yang menggambarkan rasa bahagia saat bernyanyi, enak dlihat. di usianya yang sudah tak muda lagi, beliau masih mampu bekerja keras dari bus satu ke bus lain hanya bermodalkan suara merdunya dan tampilan rapi, bersih yang terasa unik bagi para penumpang bus, semoga kakek tersebut selalu diberi kesehatan.