Mohon tunggu...
Irmina Gultom
Irmina Gultom Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker

Pharmacy and Health, Books, Travel, Cultures | Author of What You Need to Know for Being Pharmacy Student (Elex Media Komputindo, 2021) | Best in Specific Interest Nominee 2021 | UTA 45 Jakarta | IG: irmina_gultom

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Mengapa Harus Kuliah Farmasi?

13 Juni 2019   10:40 Diperbarui: 13 Juni 2019   14:31 2933
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Farmasi itu apa sih? Kuliahnya ngapain aja? Susah gak? Bedanya sama kuliah kedokteran apa? Pas lulus kerjanya bakal jadi apa?".

Menjelang lulus kuliah (dan lebih sering lagi setelah lulus kuliah) saya sering mendapat pertanyaan semacam itu dari adik-adik (duh jadi berasa tua) yang sedang berada di ambang kelulusan dan galau memilih jurusan kuliah seperti saat-saat ini. Seperti contohnya salah satu adik sepupu saya yang sedang galau di antara tiga pilihan jurusan kuliah yang direkomendasikan oleh gurunya.

Bahkan kadang, justru orangtua mereka yang lebih getol tanya ini-itu pada saya. Saya pun bertanya-tanya, yang mau kuliah anaknya atau orangtuanya nih?

Jadi saya pun sampai pada kesimpulan bahwa rupanya masih banyak orang yang belum familiar dengan dunia perkuliahan farmasi. Well, mungkin mereka hanya tahu bahwa farmasi itu adalah dunia obat-obatan, so para lulusannya nanti pastinya jadi tukang obat. And I'll tell you that it is totally wrong!

Dunia Farmasi adalah Dunia Lintas Ilmu

Saya selalu mengatakan bahwa dunia perkuliahan farmasi adalah dunia lintas ilmu. Mengapa? Karena dalam mempelajari ilmu farmasi, kita juga akan mempelajari ilmu dari jurusan lain.

Misalnya, untuk memahami ilmu resep (farmasetika dan formulasi) kita juga mempelajari ilmu fisika-kimia untuk memahami sifat-sifat suatu zat kimia. Mana zat yang bisa dicampur, mana yang tidak. 

Selain itu, untuk mempelajari bagaimana cara obat bekerja dalam tubuh (farmakologi), kita juga harus memahami ilmu anatomi dan fisiologi manusia yang juga dipelajari dalam ilmu kedokteran. 

Kemudian untuk mempelajari tentang tanaman obat (farmakognosi), kita juga haru mempelajari morfologi, anatomi dan fisiologi tumbuhan yang dipelajari dalam ilmu Botani. 

Untuk memahami cara pengukuran kadar obat, kita juga mempelajari tentang titrasi yang dipelajari dalam ilmu sains kimia. Dan untuk memahami jenis bakteri dan parasit penyebab penyakit, kita juga mempelajari ilmu mikrobiologi yang dipelajari dalam ilmu sains biologi. 

Bahkan untuk mempelajari kode etik dan legalitas tentang kefarmasian, kita juga mempelajari regulasi dan perundang-undangan yang dipelajari dalam ilmu hukum. Wow banget kan?

Lalu apa saja sih yang dipelajari di perkuliahan S1 farmasi? Nah, supaya nanti kamu tidak bingung apalagi kaget, saya kasih bocoran sedikit mengenai subjek mata kuliah yang akan ditemui di perkuliahan farmasi.

Untuk semester awal, perkuliahan akan didominasi mata kuliah dasar seperti matematika, fisika, dan biologi dasar, pendidikan pancasila/kewarganegaraan, farmasetika dasar, dan sebagainya. 

Lalu semakin ke atas kalian akan mulai menemui mata kuliah praktikum seperti kimia dasar, kimia organik, mikrobiologi, anatomi & fisiologi manusia (ilmu faal), morfologi-anatomi-fisiologi tumbuhan, farmakologi, hingga biofarmasetika, formulasi obat, formulasi steril, dan analisa obat.

Selain itu, mahasiswa farmasi juga akan belajar menggunakan hewan coba seperti tikus, mencit atau kelinci dalam praktikum farmakologi. Hewan-hewan coba ini adalah yang paling lazim digunakan dalam ilmu farmasi terutama dalam proses menciptakan obat baru melalui uji pre-klinik.

Praktikum farmasi (Sumber: anakui.com)
Praktikum farmasi (Sumber: anakui.com)

Untuk program studi apoteker, perkuliahan teori akan didominasi dengan mata kuliah yang sifatnya lebih dekat dengan kasus dalam dunia pekerjaan misal farmasi klinik, farmasi industri, pharmaceutical care, ilmu herbal dan kosmetik, manajemen dan bisnis farmasi, toksikologi dan interaksi obat, dan lain sebagainya.

Mungkin saat ini kalian masih belum memiliki gambaran seperti apa mata kuliah tersebut. Saya pun dulu begitu. Namun, begitu kamu terjun langsung di jurusan tersebut, paling lambat di semester tiga kamu sudah memahami seperti apa karakteristik setiap mata kuliah.

Lalu apa bedanya dengan ilmu farmasi dan kedokteran? Well, boleh dikatakan ilmu kedokteran berpusat pada analisis rekam medik, diagnosa penyakit pasien, tindakan pembedahan, pengobatan dengan pemberian resep, hingga pemulihan pasien. Jadi pembelajarannya berpusat pada manusia atau pasiennya (mohon koreksinya jika saya keliru).

Sedangkan ilmu farmasi pusat pembelajaran ada pada produknya, yakni obat-obatan untuk mendukung penyembuhan dan pemeliharaan kesehatan pasien.

Oleh sebab dunia perkuliahan farmasi adalah dunia lintas ilmu dan proses yang harus dilalui juga cukup panjang beserta segala kesulitannya, maka profesi farmasis tidak bisa dianggap sepele.

Meski begitu, tidak dapat dipungkiri bahwa sudah cukup lama profesi apoteker/farmasis dipandang sebelah mata meski kedudukannya setara dengan tenaga kesehatan lainnya seperti dokter maupun perawat. 

Seakan-akan ada hierarki tak kasat mata dalam dunia tenaga kesehatan yang terdiri dari dokter, apoteker, tenaga teknis kefarmasian dan perawat. Sehingga menimbulkan kesan bahwa profesi dokter dipercaya dari pada apoteker jika mengenai pengobatan, padahal mereka semua memiliki tujuan yang sama meski berbeda fungsi. Setiap tenaga kesehatan memiliki beban yang sama yakni berkaitan dengan nyawa manusia.

Dalam beberapa kasus, dokter juga sering keliru jika berkaitan dengan obat dibandingkan farmasis. Oleh sebab itu sebagai seorang farmasis nanti, jangan pernah ragu jika menemui kejanggalan (misal dalam resep dokter). 

Farmasis berhak mempertanyakan dan mendiskusikan hal-hal yang dirasa kurang sesuai kepada dokter yang memberikan resep tersebut. 

Tapi saya akui juga pada kenyataannya memang ada hal-hal tertentu yang membuat eksistensi profesi Apoteker ini seakan-akan dinomorduakan dari dokter dan perawat. Namun demikian, patut disyukuri bahwa kini sudah semakin banyak yang memahami apa itu farmasi, siapa dan apa saja tugas seorang apoteker.

Sama seperti jurusan perkuliahan lainnya, mahasiswa farmasi akan menjalani perkuliahan selama empat tahun, dengan kombinasi kira-kira 30% teori dan 70% praktikum. Jadi yang pertama perlu dicatat disini adalah bahwa mayoritas kegiatan mahasiswa farmasi adalah praktikum.

Kemudian pada tingkat akhir, sama seperti mahasiswa di jurusan lainnya, mahasiswa farmasi harus melaksanakan skripsi sebagai syarat kelulusan. Namun yang perlu diketahui adalah, mayoritas hasil skripsi diperoleh dengan melakukan penelitian ilmiah dan bukan hanya sekadar studi literatur. Mahasiswa yang lulus skripsi akan memperoleh gelar "Sarjana Farmasi" (S.Farm.). Kalau dulu gelarnya "Dra. / Drs." atau "Sarjana Sains" (S.Si.).

Dan perlu dicatat juga bahwa setelah memperoleh gelar sarjana tersebut, mereka tidak serta merta bisa disebut sebagai Apoteker. Mengapa? Karena gelar Apoteker adalah gelar profesi yang didapat setelah melalui studi lanjutan selama kurang lebih satu tahun, setelah memperoleh gelar S.Farm. Jadi sebelum memperoleh gelar Sarjana Farmasi, seseorang tidak bisa langsung mengikuti program studi profesi apoteker.

Pengambilan sumpah apoteker (Sumber: usu.ac.id)
Pengambilan sumpah apoteker (Sumber: usu.ac.id)

Program studi apoteker umumnya terbagi menjadi enam bulan kuliah teori (dengan mata kuliah seperti yang sudah saya jelaskan di awal) dan enam bulan magang/praktik kerja. Meski begitu pada kenyataannya, durasi yang dibutuhkan baik untuk kuliah teori maupun magang, tidak benar-benar pas enam bulan tetapi justru bisa kurang.

Jadi sebenarnya program studi Apoteker ini tidak seberat program sarjana. Setelah mahasiswa tersebut diambil disumpah di depan pemuka agama, barulah seseorang sah menyandang gelar Apoteker dan berhak menjalankan tugas dan wewenangnya.

Tahap-tahap tadi kurang lebih sama dengan pendidikan dokter, dimana setelah kuliah empat tahun dan memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked.), seseorang harus menjalani pendidikan koas dulu baru kemudian diperkenankan mengambil sumpah untuk memperoleh gelar dokter yang sesungguhnya.

Jadi kesimpulannya, perjalanan untuk menjadi seorang Apoteker itu cukup panjang sehingga diperlukan kegigihan dan tekad yang kuat untuk bertahan hingga akhir. Sanggupkah dirimu?

Profesi Farmasis dan Peluang Kerja

Perlu dicatat bahwa profesi dalam dunia farmasi tidak hanya ada apoteker, tetapi juga ada tenaga teknis lainnya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 51 tahun 2009, yang dimaksud dengan Tenaga Kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan kefarmasian yang terdiri atas Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian. Dan berdasarkan UU nomor 36 tahun 2014, yang termasuk dalam Tenaga Teknis Kefarmasian adalah Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, dan Analis Farmasi.

Lalu lingkup pekerjaan kefarmasian itu apa saja? Masih berdasarkan sumber yang sama, yang dimaksud dengan Pekerjaan Kefarmasian adalah pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Jadi sudah ada gambaran ya, pekerjaan apoteker bukan hanya di apotek atau sekadar baca resep dan meracik obat.

Meski secara teori pekerjaan farmasi berpusat pada obat, kosmetik dan pangan juga menjadi objek yang masuk dalam lingkup farmasi loh.

Lalu bagaimana peluang kerja seorang farmasis? Jadi karena ruang lingkup farmasi itu cukup luas, maka dengan bangga saya katakan bahwa peluang kerja profesi farmasis (terutama Apoteker) juga seluas Samudera Pasifik (okey, kalau ini sih lebay).

Ada tiga sektor utama dalam lapangan kerja seorang farmasis yakni sektor pelayanan, sektor industri dan sektor pendidikan.

Pada sektor pelayanan, farmasis dapat bekerja di rumah sakit (instalasi farmasi maupun departemen lainnya), apotek, klinik, maupun instansi pemerintah seperti Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) maupun Balai POM.

Sementara itu pada sektor industri, farmasis dapat bekerja di perusahaan seperti Sarana Distribusi (Pedagang Besar Farmasi/PBF yang bergerak dalam bisnis distribusi bahan baku obat, obat jadi dan alat kesehatan) maupun Sarana Produksi khususnya di departemen produksi, pengawasan mutu (Quality Control) dan pemastian mutu (Quality Assurance), hingga pemasaran (marketing) dan Medical Representative (MedRep).

Ilustrasi: idntimes.com
Ilustrasi: idntimes.com

Namun demikian, khusus untuk profesi Apoteker dapat memegang jabatan sebagai kepala atau penanggung jawab di departemen-departemen yang penting dan krusial. Oleh sebab itu, profesi Apoteker menjadi profesi yang paling menjanjikan di antara profesi farmasis lainnya.

Dan satu lagi, kalau kamu berbakat menjadi seorang entrepreneur alias pengusaha, farmasis juga bisa menjadi wirausaha loh. Apalagi kalau bukan buka apotek sendiri. 

Tapi perlu diingat, karena bisnis obat-obatan adalah bisnis yang padat modal, kamu harus sabar, jeli melihat peluang, analisis SWOT dan lainnya supaya usahamu dapat bertahan lama. Bisnis farmasi (terutama sarana produksi) adalah salah satu bidang usaha yang balik modalnya cukup lama.

Terakhir untuk kamu yang memiliki passion di bidang ilmiah atau pendidikan, sektor pendidikan dan riset juga bisa menjadi lapangan kerja yang menjanjikan. Misalnya tergabung dalam lembaga atau pusat penelitian/riset atau menjadi seorang guru dan dosen jika memiliki bakat mengajar. 

Tapi yang perlu diingat, untuk bisa menjalani profesi dosen, paling tidak kamu harus meningkatkan kompetensi diri lebih dulu dengan melanjutkan studi minimal tingkat magister dengan konsentrasi tertentu.

Jadi sudah tahu dong jawabannya kalau ditanya "Kenapa harus pilih kuliah farmasi?" Tentunya karena farmasis adalah pekerjaan dengan peluang yang sangat menjanjikan dalam jangka waktu yang panjang.

Semaju apapun teknologi masa kini dan selama manusia masih ada, farmasis sebagai bagian dari tenaga kesehatan akan tetap diperlukan. Penyakit akan selalu ada dan kemungkinan munculnya penyakit-penyakit baru juga tetap ada, sehingga kolaborasi antara farmasis dan tenaga kesehatan lainnya akan selalu diperlukan untuk menghasilkan obat baru maupun metode baru dalam dunia pengobatan. Sampai disini, kamu sudah tertarik belum dengan dunia farmasi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun