Gambar diacu dari https://www.liputan6.com
Kondisi paradoks terjadi di ranah perberasan kita. Para petani mengakui bahwa Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) tidak optimal menyerap beras petani. (jpnn.com)
Minimnya penyerapan beras petani ini terjadi karena harga pembelian gabah dari pemerintah melalui Bulog lebih rendah dibandingkan harga di lapangan. Padahal Menteri Pertanian Amran Sulaiman sudah meminta BUMN itu menyerap beras petani sebanyak mungkin dengan harga sekitar Rp 8000 per kg.
Minimnya penyerapan beras petani itu sudah pasti menyebabkan stok beras di gudang Bulog tidak banyak. Tapi lucunya, Direktur Utama Bulog, Budi -Buwas- Waseso beberapa waktu lalu menyatakan gudang penyimpanan beras milik Perum Bulog penuh. Katanya, gudang berkapasitas 3 juta ton itu tidak mencukupi lagi untuk menyimpan stok beras Bulog. Bahkan, dia mengatakan bahwa Bulog terpaksa harus menyewa gudang lain untuk menyimpan stok beras milik mereka. (rmol.com)
Kerja sama antara petani dengan Bulog tadi, niscaya bisa saling menguntungkan. Rakyat juga bisa untung karena ada stok beras yang menjamin kelangkaan tidak akan terjadi. Tapi itu dengan catatan, Bulog harus bekerja optimal. Semoga.