Mohon tunggu...
irma dewi
irma dewi Mohon Tunggu... Editor - ASN

Praktisi komunikasi dan kehumasan pemerintah

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Cara Mudah Bantu Seimbangkan Ekspor-Impor

14 Februari 2020   17:29 Diperbarui: 18 Februari 2020   08:39 1735
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kegiatan ekspor impor di pelabuhan

Beberapa taun terakhir kita kerap mendengar tentang bahaya defisit transaksi berjalan (CAD) Indonesia. 

Banyak kalangan khawatir, jika  defisit ini berlangsung lama, ekonomi Indonesia akan terganggu dan bahkan bisa terpuruk.

Namun, sebenarnya ada banyak cara sederhana yang bisa kita lakukan bersama untuk turut menyeimbangkan neraca ini dan mendorong perekonomian Indonesia.

Neraca transaksi berjalan adalah alat untuk mengukur perdagangan internasional. Neraca ini mencakup transaksi impor dan ekspor barang, jasa, pendapatan faktor produksi dari aset dan tenaga kerja, serta transfer uang.

Sebab itu, jika terjadi defisit transaksi berjalan, berarti Indonesia menjadi peminjam dari negara-negara lain di dunia dan karenanya membutuhkan aliran modal untuk membiayai defisit ini.

Perlu dipahami, defisit transaksi berjalan tidak selalu berarti buruk. Defisit ini bisa menjadi hal yang positif apabila digunakan untuk tujuan-tujuan produktif.

Misalnya saja pembangunan industri atau infrastruktur yang akan menghasilkan pendapatan di masa yang akan datang. Namun, jika defisit hanya digunakan untuk konsumsi, maka bisa terjadi ketidakseimbangan karena defisit ini tidak akan menghasilkan pendapatan.

Bangga Gunakan Produk Indonesia

Sebenarnya masyarakat bisa turut membantu menyeimbangkan nilai ekspor dan impor Indonesia. Cara yang paling gampang adalah dengan memperbanyak penggunaan barang buatan dalam negeri.  Sebab, kalau kita berbicara mengenai impor, bukan berarti hanya pemerintah saja yang melakukan impor, tetapi juga termasuk dunia usaha, maupun masyarakat umum.

Apalagi jika kita perhatikan demografi penduduk Indonesia, kelompok umur 15-64 tahun (usia produktif) sangat mendominasi, yaitu sebanyak 183,36 juta jiwa atau sebesar 68,7 persen (Sumber: Bappenas 2018). Generasi ini memiliki kecenderungan lebih untuk mengonsumsi barang impor sebagai bagian dari gaya hidup.

Ada suatu kebanggaan jika mengenakan barang-barang bermerk dari luar negeri atau jika berliburan ke luar negeri. Artinya generasi ini bisa berperan besar untuk membantu menekan defisit.

Meski kampanye untuk menggunakan produksi dalam sudah berlangsung cukup masif dan lama, namun kerap kali muncul pertanyaan produk dalam negeri apa yang bisa kita gunakan untuk menggantikan barang impor.

Hingga saat ini calon pembeli masih kesulitan untuk menjangkaunya dan penjual kesulitan memasarkannya.

Untungnya saat ini sudah tersedia banyak marketplace online yang lebih memudahkan. Meski belum bisa dinilai sejauh mana akan membantu defisit neraca perdagangan, namun upaya ini bisa menjadi pilihan yang cukup mudah dan praktis bagi banyak orang.

Wisata dalam Negeri dan Transportasi Umum

Hal lain yang bisa kita dilakukan adalah dengan menunda perjalanan ke luar negeri. Pada neraca transaksi berjalan juga terdapat neraca ekpor impor jasa. Misalnya jasa perjalanan, serta jasa transportasi penumpang dan barang, seperti maskapai penerbangan. Kita bisa mulai dari pegawai pemerintahan dulu.

Alangkah baiknya jika Indonesia bisa menjadi penyelenggara berbagai acara pertemuan internasional. Selain berarti Indonesia dipercaya oleh dunia, artinya delegasi kita tidak perlu pergi ke luar negeri.

Namun di sisi lain, banyak juga orang yang melakukan perjalanan ke luar negeri untuk berlibur. Sebab itu, pemerintah perlu menyediakan alternatif destinasi liburan baru di dalam negeri yang tidak kalah menarik.

Dalam APBN 2020 pemerintah telah berkomitmen untuk mempercepat pembangunan di empat destinasi pariwisata super prioritas yaitu di DanauToba, Candi Borobudur, Labuan Bajo, dan Mandalika. Perbaikan infrastruktur yang memadai menjadi krusial sehingga bisa menarik investor dan pengunjung lebih banyak lagi.

Satu hal  lain yang paling mudah untuk dilakukan masyarakat adalah beralih ke transportasi massal untuk menghemat energi. Sebisa mungkin kurangi penggunaan kendaraan pribadi. Kalau kita semua berpindah ke transportasi publik, impor bahan bakar dengan sendirinya akan berkurang.

Sebagai pembanding, di berbagai negara maju seperti Jepang, izin untuk memiliki kendaraan bermotor cukup ketat. Selain itu, biayanya cukup tinggi, baik dari sisi harga bahan bakar maupun biaya parkir. Kebijakan seperti ini dengan sendirinya mendorong masyarakat untuk menggunakan angkutan umum.

Pada neraca transaksi berjalan juga terdapat komponen pendapatan sekunder yang sebenarnya adalah remittance atau pengiriman uang para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri. Sebenarnya, remittance ini tercatat surplus, namun Indonesia lebih banyak mengirimkan tenaga yang tidak terampil atau pekerja kasar.

Jika para TKI mau mengikuti pelatihan terlebih dahulu yang difasilitasi BNP2TKI sebelum berangkat, tentu penghasilan TKI bisa menjadi lebih besar dan bisa membantu neraca pendapatan.

Selain itu, usaha mikro dan kecil menengah (UMKM) memiliki potensi besar untuk ekspor. Sebagai contoh, saat Indonesia mengekspor gerbong kereta api ke Bangladesh tahun 2016, sebetulnya ada banyak UMKM yang terlibat. Misalnya dari penyiapan kursinya atau lampunya. Artinya, UMKM banyak membantu mendorong ekspor. Hanya saja mereka tidak berada di ujung industrinya. Mereka hanya memasok untuk keperluan industri besarnya.

Namun, bukan berarti UMKM tidak bisa melakukan kegiatan ekspor sendiri. Sebab itu, saat ini pemerintah terus berupaya membantu UMKM agar lebih maju. Misalnya melalui skema pembiayaan dan regulasi yang memfasilitasi UMKM untuk mampu menembus pasar baru. Menkeu juga sudah beberapa kali memberikan tantangan kepada LPEI untuk mengakomodasi lebih banyak UMKM karena potensinya memang besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun