Meski kampanye untuk menggunakan produksi dalam sudah berlangsung cukup masif dan lama, namun kerap kali muncul pertanyaan produk dalam negeri apa yang bisa kita gunakan untuk menggantikan barang impor.
Hingga saat ini calon pembeli masih kesulitan untuk menjangkaunya dan penjual kesulitan memasarkannya.
Untungnya saat ini sudah tersedia banyak marketplace online yang lebih memudahkan. Meski belum bisa dinilai sejauh mana akan membantu defisit neraca perdagangan, namun upaya ini bisa menjadi pilihan yang cukup mudah dan praktis bagi banyak orang.
Wisata dalam Negeri dan Transportasi Umum
Hal lain yang bisa kita dilakukan adalah dengan menunda perjalanan ke luar negeri. Pada neraca transaksi berjalan juga terdapat neraca ekpor impor jasa. Misalnya jasa perjalanan, serta jasa transportasi penumpang dan barang, seperti maskapai penerbangan. Kita bisa mulai dari pegawai pemerintahan dulu.
Alangkah baiknya jika Indonesia bisa menjadi penyelenggara berbagai acara pertemuan internasional. Selain berarti Indonesia dipercaya oleh dunia, artinya delegasi kita tidak perlu pergi ke luar negeri.
Namun di sisi lain, banyak juga orang yang melakukan perjalanan ke luar negeri untuk berlibur. Sebab itu, pemerintah perlu menyediakan alternatif destinasi liburan baru di dalam negeri yang tidak kalah menarik.
Dalam APBN 2020 pemerintah telah berkomitmen untuk mempercepat pembangunan di empat destinasi pariwisata super prioritas yaitu di DanauToba, Candi Borobudur, Labuan Bajo, dan Mandalika. Perbaikan infrastruktur yang memadai menjadi krusial sehingga bisa menarik investor dan pengunjung lebih banyak lagi.
Satu hal  lain yang paling mudah untuk dilakukan masyarakat adalah beralih ke transportasi massal untuk menghemat energi. Sebisa mungkin kurangi penggunaan kendaraan pribadi. Kalau kita semua berpindah ke transportasi publik, impor bahan bakar dengan sendirinya akan berkurang.
Sebagai pembanding, di berbagai negara maju seperti Jepang, izin untuk memiliki kendaraan bermotor cukup ketat. Selain itu, biayanya cukup tinggi, baik dari sisi harga bahan bakar maupun biaya parkir. Kebijakan seperti ini dengan sendirinya mendorong masyarakat untuk menggunakan angkutan umum.
Pada neraca transaksi berjalan juga terdapat komponen pendapatan sekunder yang sebenarnya adalah remittance atau pengiriman uang para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri. Sebenarnya, remittance ini tercatat surplus, namun Indonesia lebih banyak mengirimkan tenaga yang tidak terampil atau pekerja kasar.