Mohon tunggu...
Irfan Suparman
Irfan Suparman Mohon Tunggu... Penulis - Fresh Graduate of International Law

Seorang lulusan Hukum yang hobi membaca dan menulis. Topik yang biasa ditulis biasanya tentang Hukum, Politik, Ekonomi, Sains, Filsafat, Seni dan Sastra.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Media Sosial sebagai Pendorong Gerakan Sosial

7 Mei 2021   08:48 Diperbarui: 7 Mei 2021   08:50 1181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi oleh Freepik.com

Lagi asik nih! scroll Tik-Tok, dari tadi kontennya lucu-lucu, eh, tiba-tiba dibikin sedih bin kesel gara-gara polisi di Amerika dengan enaknya gencet leher orang sampai meninggal. Ketika buka kolom komentar, diketahui orang tersebut bernama George Floyd. Pindah ke Instagram, muncul juga video yang sama, kali ini dibagi sama teman lewat Instagram Story. Selang beberapa jam aku tinggal melakukan aktifitas di dunia nyata, pas aku buka Twitter udah heboh banget kebakaran di Minneapolis gara-gara demonstrasi yang rusuh menuntut polisi diadili. Hashtag #BlackLivesMatter langsung trending topic saat itu juga sampai beberapa hari setelahnya.

Gara-gara video yang viral itu memunculkan gerakan di berbagai negara. Itu merupakan bukti dari pengaruh media sosial terhadap gerakan sosial. Dengan adanya media sosial semua yang viral bisa menjadi dorongan untuk melakukan gerakan sosial. Contoh kasus yang pernah terjadi di Indonesia adalah viralnya potongan video Ahok saat berpendapat perihal pilihan politik dengan menyingggung orang yang mengutip surat Al-Maidah. Video tersebut berhasil membuat gerakan sosial yang kemudian dikenal dengan 212.

Pada awalnya media sosial digunakan untuk sebagai media bersosialisasi yang dilakukan secara online dengan jaringan internet. Semakin berkembang media sosial malah manjadi alat untuk menyebarkan berbagai macam informasi yang belum diketahui kebenarannya. Hasilnya adalah kita bisa menerima informasi tersebut tanpa proses filterisasi langsung masuk ke otak kita sehingga menimbulkan persepsi yang belum tentu benar. Karena konten yang ditampilkan di media sosial bisa dibuat oleh orang yang berkepentingan dan untuk mencapai tujuannya, orang tersebut membuat suatu propaganda dengan memanfaatkan arus media sosial.

Berdasarkan Jurnal yang berjudul Pengaruh Media Sosial Terhadap Perubahan Sosial Masyarakat di Indonesia, oleh Anang Sugeng Cahyono menjelaskan bahwa media sosial memiliki dampak   positif   dan   negatif.   Dampak positif penggunaan media sosial secara nyata telah membawa pengaruh terhadap  perubahan  sosial  masyarakat kearah  yang lebih  baik  tetapi  dampak negatif cenderung membawa perubahan    sosial    masyarakat    yang menghilangkan  nilai--nilai  atau  norma di masyarakat Indonesia. Dari penjelasan mengenai dampak dari media sosial, bisa memperkuat sebuah pernyataan umum bahwa semakin maju teknologi maka semakin mundur moral manusia, itulah yang disebut masyrakat dekaden.

Untuk mencegah terjadinya ikut-ikutan karena lagi viral di media sosial, ada baiknya kita memfilter sendiri informasi yang kita terima sebagai informasi. Cari tahu latar belakang permasalahannya, siapa orang yang paling vokal membicarakan isu tersebut dan dari organisasi apa dia. Penting untuk kita ketahui latar belakang supaya kita tidak cap sebagai orang yang ikut-ikutan saja tapi gak tahu, sebenernya informasi ini baik untuk kita atau enggak.

Selain gerakan sosial yang mengandung unsur "kepentingan" ada juga gerakan sosial yang terdorong rasa kemanusiaan. Ya, walaupun ini gak kita inginkan terjadi, sih. Media sosial bisa mendorong masyarakat untuk melakukan donasi terhadap bencana yang disebabkan oleh faktor alamiah atau karena faktor kelalaian manusia juga lho. Seperti bencana Tsunami di Lombok tahun 2018. Semua bisa tergerak karena kekuatan hashtag #PrayForLombok.

Media sosial merangkum semua elemen emosi untuk membuat kita terlibat dalam gerakan sosial lewat bantuan komputasi algoritma. Jadi media sosial hanyalah medium untuk bersosialisasi namun yang menjadikannya lebih dari itu adalah algoritma. Menurut Yuval Noah Harari, penulis buku Homo Sapiens ini menerangkan bahwa organisme adalah algoritma. Korelasinya berarti manusia menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari media sosial.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun