Mohon tunggu...
Irfan Nf
Irfan Nf Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Karena Ilmu Susah Dicari daripada Uang

3 Oktober 2017   23:58 Diperbarui: 4 Oktober 2017   00:17 648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tono, seorang laki-laki bujang yang masih bingung entah mau melanjutkan ke perguruan tinggi atau bekerja setelah lulus sekolah. Dia merenung seorang diri tentang masa depannya, ditemani dengan secangkir teh hangat, kacang kulit, dan bulan yang sangat indah pada malam itu. Memikirkan layaknya boss perusahaan yang sedang berjuang tentang masa depan perusaahnnya ketika sedang bangkrut. Dalam otaknya berfikir " jikalau saya kuliah, mungkin aku ambil jurusan fotografi karna aku suka fotografi walaupun masih belajar basicnya saja tetapi jika saya bekerja, saya belum punya keahlian apa-apa dan belum percaya diri masuk dalam lingkungan pekerjaan."

Beberapa kali ia merenung tentang masa depannya itu, akhirnya ia memutuskan untuk melanjutkannya ke perguruan tinggi yang menurutnya itu indah seperti halnya film FTV. Mencoba melalui SBMPTN agar dapat perguruan tinggi negeri dan memilih jurusan yang ia sukai, akan tetapi takdir berkata lain walaupun ia sudah berusaha semaksimal mungkin. Ia ditolak dengan alasan nilai yang belum mencukupi standar. Akhirnya ia memilih perguruan tinggi swasta di daerah tercintanya yaitu Tangerang dan memilih jurusan yang tidak terlalu terfokus pada fotografi tersebut namun masih ada sangkut pautnya dengan jurusan yang ia sukai.

Pada saat awal masuk kuliah, ia sangat menikmati. Mulai dari suasana baru yang tidak sama seperti sekolah, banyak kenalan teman baru sehingga punya pikiran baru, bahkan sampai diajak berorganisasi dengan mahasiswa senior dengan maksud menambah wawasan kita. Pokoknya awal kuliah itu memang sama seperti FTV yang ia pikirkan ketika merenung pada malam itu.

Semester demi semester telah dilalui tanpa hambatan apapun, dan bahkan dilaluinya dengan senang hati. Namun ketika memasuki semester pertengahan, ia pun mulai merasa jenuh dengan kuliah yang dijalaninya. Ia merasa kuliah tak seidah FTV yang ia bayangkan sewaktu merenung ketika menentukan pilihannya waktu itu.

Dimulai dari jarak yang harus ditempuh selama satu jam perjalanan, belum lagi dalam perjalanan kalau terjebak macet, pasti melelahkan sekali ketika sampai dikampus. Begitupun dosen yang selalu memberikan tugas setiap hari tanpa henti. Ibarat pepatah, sudah jatuh tertimpa tangga. Ya, sudah datang dalam perjalanan yang melelahkan ditambah tugas yang cukup banyak. Itu yang ia rasakan mengapa jenuhnya dikampus.

Ketika itu ia pun merenung untuk kedua kali dan kali ini sajiannya beda. Yaitu dengan segelas kopi hitam dan cemilan kue basah yang dibeli ibunya di pasar. Ia pun terfikir dengan mencoba hal baru dengan melakukan aktifitas lain selain hanya kuliah. Ya, kerja sambil kuliah. ia memutuskan untuk bekerja sambil kuliah dengan maksud ketika jenuh memikirkan kuliahnya yang tidak sesuai ekspetasinya itu bisa refreshing kemanapun yang ia mau dengan hasil jerih payahnya selama bekerja.

Ia pun diterima di salah satu toko yang berada di daerah Tangerang, dan ketika itu ia pun ditugaskan dibagian lapangan. Maklum saja, yang namanya baru pertama kali bekerja ia merasakan lelah yang sangat luar biasa pada waktu itu. Apalagi ketika ia selepas pulang bekerja, ia harus aktifitas lagi seperti kuliah atau berorganisasi di luar jam kuliahnya. Baru beberapa hari kerja, ia langsung mengeluh kepada orang tuanya bahwa dirinya lelah bekerja sambil kuliah, namun orangtuanya selalu menyemangatinya walaupun orang tuanya selalu mengigatkan harus lebih memprioritaskan pendidikannya tono dan akhirnya ia pun mencoba lagi selama sebulan kerja sambil kuliah.

Sebulan berselang, ia pun baru merasakan gaji pertamanya dari hasil jerih payah selama bekerja. Orang tuanya selalu menasihatinya agar selalu bersyukur dengan apa yang kita lakukan, intinya kamu harus fokus sama kuliah kamu dan kalau pekerjaan mah sampingan aja biar kamu ada aktifitas lain selain kuliah. Itu kata-kata yang selalu di ucap orang tuanya kepada tono.

Namun hari demi hari selalu dilewati dengan kedua aktifitas itu, akan tetapi ia lebih memprioritaskan pekerjaannya daripada kuliahnya. orang bilang, kalau kita sudah kenal uang mah kuliah ya bakal malas-malasan. Ya memang benar, uang terkadang mengalahkan segalanya daripada pendidikan yang sedang ia tempuh walaupun pada kenyataannya kalau ia kuliah dulu kemudian mendapat gelar sarjana lalu ia bekerja dikantoran, ia bakalan mendapatkan uang yang sangat banyak daripada pekerjaan dia yang sekarang. Hanya saja ia tidak sabaran, maklum umurnya pun baru menginjak remaja dan baru dalam proses memasuki dewasa.

Suatu ketika, ia ingin masuk kelas karna sudah beberapa kali absen karena lelah bekerja. Akan tetapi, ia memberanikan diri walaupun merasa malu dengan dosennya dikarenakan baru kali itu ia memasuki pelajaran itu. Apalagi dosen itu kepala jurusan yang ada di kampusnya. Maksud tono baik, hanya ingin memperbaiki aktifitas kuliah yang rajin seperti dulu awal masuk perguruan tinggi. Malaupun merasa tidak enak dengan dosen itu, tetapi teman-teman sekelasnya selalu merangkulnya dan menyemangati ia untuk rajin kuliah seperti dulu.

Ketika UAS berselang dan akhirnya diketahui nilai tono pun berantakan tak karuan. Ibarat seperti gelas kaca yang jatuh kemudian retakannya mengenai tangan. Ya, ia sungguh kacau balau pikirannya memikirkan nilai kuliah yang anjlok, apalagi kalau orang tuanya tahu ia pun akan dimarahinya dan akan menambah beban pikiran tono.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun