Mohon tunggu...
irfan busrah
irfan busrah Mohon Tunggu... -

Sebaik-baik manusia adalah yang berguna buat orang lain. dan sebaik-baik informasi adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Adilkah Hukum di Negeri Ini?

28 Desember 2012   02:33 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:55 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

seorang anak terbunuh dimasa keadilan dan kemakmuran sukses ditegakkan. masyarakat gempar pelakunya ternyata lebih dari seorang. mereka lalu diseret kehadapan Amirul Mukminin Umar Bin Khattab yang melahirkan vonis hukuman mati pada semua pelakunya. menanggapi kejadian itu Umar bin Khattab memperingati "seandainya semua penduduk disuatu negeri terlibat pembunuhan terhadap seseorang maka seluruh penduduk itupun harus dihukum mati.

diera sekarang hukuman mati atau qisas dianggap bentuk kedzaliman dan tidak berprikemanusiaan. gencar upaya-upaya dari banyak pihak untuk menghapus vonis hukuman mati.alasan umum itu mungkin tidak selamanya benar. nukilan Kisah Umar Bin Khattab merupakan  peristiwa yang memaksa secara sosial anggota masyarakat agar jangan coba-coba mencabut nyawa manusia dengan sengaja atau bertindak kriminal lainnya.

Kasus Gembong Narkoba yang dihadiahi Grasi oleh Presiden lalu terbukti lagi menjadi bandar dari bilik penjara telah menampar keras wajah pemerintah Indonesia. sebuah wajah ironi memilukan ditengah gencarnya pemerintah sendiri berkoar-koar memerangi perdagangan obat haram itu, yang telah memakan korban banyak generasi muda kita. lebih parahnya, oknum aparat pun juga terindikasi terlibat dalam peredarannya.

Membunuh atau mencuri dalam ajaran agama apapun adalah dosa besar, bahkan orang ateis pun mengakui itu. Tapi pada realitasnya di kehidupan ini, kerap terjadi pembiaran-pembiaran terjadinya meregangnya nyawa anak manusia. Pemerintah bisa dianggap dzalim dan membunuh rakyatnya jika ada yg melarat, makan tiga kali sehari tak tercukupi, apalagi mati karena kelaparan. begitupun dengan kehidupan bertetangga dimana kita juga harus memikul dosa jika ada tetangga tewas karena sakit dan tak ada pertolongan pertama.

Artinya, penguasa dan jajarannya pun bisa menjadi predator yang melahap nyawa anak manusia. hal yg paling ganas jika aparat keamanan yg notabene melindungi dan memproteksi nyawa warganya justru ikut membantai warganya. Tercatat di masa orde baru terjadi peristiwa tanjung priok dimana puluhan bahkan ratusan orang disiram peluru aparat TNI. Termutakhir, kita kembali menyaksikan Potret Mesuji dimana pendosanya lagi-lagi aparat keamanan.

Jika begini, siapa lagi yang sesungguhnya penegak hukum ideal?, sebab jika aturan sedemikian rupa canggihnya, namun ketika ujung tombak yakni aparat keamanan malah menikam korbannya,maka aturan itu hanya sekedar arsip mati & bahan kajian para pengamat dan akademisi yang juga banyak melanggar hukum (pelaku korupsi di kampus dan para plagiator tesis).  Efektivitas penegakan hukum rasanya bukan dari pasal-pasal yang menjerat pelanggarnya,namun dari orang-orang yang mengeksekusi pasal-pasal itu. Jika kita menengok negara-negara prestasi hukumnya bagus justru disana tidak dijejali aturan-aturan yang menyesakkan,namun operator hukumnya beroperasi secara ideal. Maaf, bukannya menjelek-jelekkan negara ini, setiap tahun mungkin lahir ratusan Undang-undang baik ditingkat pusat sampai daerah. Mungkin tak ada penelitian yang menunjukkan seberapa sukses keseluruhan UU itu dimasyarakat, namun saya yakin efisiensinya cukup rendah.paling riil dilihat yakni anti Pornografi/pornoaksi, kalau UU ini seratus persen diterapkan,maka daftar rangking satu penghuni Lembaga pemasyarakatan paling banyak para pelaku maksiat ini disusul koruptor dan pengedar narkoba.

Lama saya berpikir,Ada benarnya perkataan jamak orang bahwa hukum itu dibuat untuk dilanggar.  ibarat sepandai-pandai tupai melompat, jatuhnya belum jelas. Bila memakai kaidah ini sebenarnya manusiawi. Apa sebab? Kaitannya erat dengan potensi dasar manusia yakni kreativitas diri, salah satu potensi manusia yang membuatnya tetap survive di muka bumi. Korupsi itu kreativitas kalau sukses mengibuli hukum atau menyogok aparat. Membunuh itu kreativitas kalau berdalih menyelamatkan diri dan demi alasan keamanan negara. Nah, kreator-kreator itu adalah benih-benih di ruh manusia. Sekali lagi moderatornya adalah diri kita masing-masing.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun