Mohon tunggu...
IRAWATY SINAGA
IRAWATY SINAGA Mohon Tunggu... Mahasiswi di Universitas Brawijaya Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Suka membaca buku dan menocba hal baru.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Guncangkan Toyomarto dengan Kreativitas: Warga Bodehan Krajan Adu Tampil dalam Pawai Dusun

12 September 2025   01:17 Diperbarui: 12 September 2025   01:17 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Onggokan dalam Pawai Dusun Bodehan Krajan (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Toyomarto, 20 Juli 2025 kembali menarik perhatian masyarakat dengan kreativitas warganya pada salah satu kegiatan dusun, yaitu pawai di Bodehan Krajan.

Antusias para warga terlihat dari bagaimana mereka mempersiapkan acara ini. Mulai dari pembuatan onggokan oleh beberapa RT, pembuatan gunungan hasil bumi, dan konsep yang berbeda setiap RTnya. Beberapa RT mengambil tema daerah, pahlawan, dewi, bahkan membawakan tema dagelan. Tidak hanya itu, antusias warga juga terlihat dari partisipasi mereka dalam meramaikan pawai dusun ini, setiap warga mulai dari orang tua hingga anak-anak ikut terlibat dari persiapan hingga pelaksanaannya.

Khususnya pada RT 05, yang mempersiapkan pawai dusun ini dengan senam rutin setaip malam menjelang acara. Selain itu, mereka juga mempersiapkan 2 onggokan yang sama namun dengan ukuran yang berbeda, yang nantinya onggokan besar akan diangkut oleh para lelaki dewasa dan remaja, sedangkan onggokan kecil akan diangkut oleh anak-anak.

Selain itu, masih banyak hal menarik lainnya yang ditampilkan dalam pawai ini. Contohnya adalah gunungan hasil bumi yang berisikan ukiran yang berasal dari bawang merah, bawang putih, kacang panjang, jeruk, salak, dll. Gunungan ini menjadi bukti bahwa Toyomarto telah berhasil menjadi wadah bagi masyarakat desa, khususnya Dusun Bodehan Krajan berkreasi disamping menjadi simbol rasa syukur terhadap hasil bumi yang didapat. Tentunya gunungan ini berbeda-beda setiap RTnya, tergantung pada hasil bumi yang didapat.

Onggokan dalam Pawai Dusun Bodehan Krajan (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Onggokan dalam Pawai Dusun Bodehan Krajan (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Kegiatan desa seperti ini diharapkan dapat mempererat hubungan sosial baik sesama warga RT ataupun sesama warga Dusun Bodehan Krajan. Rasa kekeluargaan sangat terasa baik dalam tahap persiapan maupun pelaksanaannya, warga saling bahu membahu melancarkan pawai ini, pemandangan yang jarang terlihat di kota-kota besar. Uniknya, di akhir pawai, terdapat juri yang akan menilai setiap penampilan berdasarkan kreativitas dan kekompakannya yang menjadikan para warga lebih bersemangat dalam menyiapkan pawai ini.

Setelah setiap RT selesai menampilkan karya warganya, acara dilanjut dengan kegiatan bentengan yang ditampilkan oleh komunitas seni sekitar. Tahun ini, komunitas seni sekitar menampilkan 4 bantengan yang rata-rata pemainnya merupakan remaja. Tentu saja hal ini juga menjadi salah satu hal yang menarik, mengingat remaja pada zaman sekarang kurang tertarik dengan kesenian tradisional. Upaya komunitas seni dalam memanfaatkan potensi dari generasi emas patut diacungi jempol, melihat semangat para pemain, serta penonton yang semakin antusias ketika bantengan mulai memasuki area pawai.

Pawai Dusun Bodehan Krajan juga diiringi dentuman musik yang berasal dari sound horeg. Sound horeg bukanlah istilah yang baru bagi masyarakat Jawa Timur, khususnya Malang dan sekitarnya. Meskipun penggunaan sound horeg menyebabkan beberapa dampak negatif bagi tubuh, akan tetapi masih banyak daerah yang tetap menggunakan sound horeg dengan alasan "karna sudah menjadi tradisi dan budaya sedari dulu". Tentu saja hal ini menjadi pro dan kontra hingga saat ini, mengingat sudah banyak peraturan yang ditetapkan oleh pengurus daerah mengenai sound horeg, akan tetapi di kalangan masyarakat, sound horeg tetap eksis.

Dalam pelaksanaannya, kelompok 32 PkM FIB UB 2025 ikut berpartisipasi dalam kegiatan dusun tersebut. Beberapa anggota diminta bantuan dalam menilai pawai, sementara anggota yang lain ikut memeriahkan jalannya pawai tersebut dengan menonton. Meskipun pada awalnya sedikit terganggu dengan dentuman sound horeg yang menggelegar, pengalaman menonton pawai ini dapat menjadi suatu pembelajaran agar tetap mengingat Tuhan dan senantiasa bersyukur akan hasil bumi yang didapat. Karena sejatinya, nikmat yang dapat kita rasakan saat ini berasal dari Tuhan Yang Maha Esa.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun