Mohon tunggu...
Ismail Rasulong
Ismail Rasulong Mohon Tunggu... Seorang Pembelajar

Sadar bahwa hidup lebih berarti jika dapat berbagi, mengalirkan kasih untuk semua. Pribadi pembelajar yang selalu ingin saling membelajarkan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kepemimpinan di Persimpangan: Kritik Atas Jalan Sunyi Indonesia Menuju Masa Depan

17 Agustus 2025   14:19 Diperbarui: 17 Agustus 2025   14:19 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: Dokumen Pribadi, Dirgahayu Indonesia

Tanggapan atas Tulisan Dr. Rendra: Indonesia di Persimpangan: Kepemimpinan, Tantangan, dan Harapan Baru - LANSKAP SULAWESI 

Tulisan Dr. Rendra Anggoro berjudul "Indonesia di Persimpangan: Kepemimpinan, Tantangan, dan Harapan Baru" memberikan refleksi penting tentang kondisi bangsa pada usia delapan dekade lebih kemerdekaan. Pandangan beliau bahwa Indonesia sedang berada di persimpangan sejarah memang tidak terbantahkan. Namun, refleksi tersebut perlu ditajamkan: bukan sekadar tentang peluang dan harapan, tetapi juga tentang kenyataan pahit bahwa bangsa ini terlalu sering terjebak dalam lingkaran kepemimpinan yang lebih sibuk mengelola kekuasaan daripada melayani rakyat.

Kepemimpinan yang Terjebak dalam Romantisme Pembangunan

Tidak bisa dipungkiri, Indonesia telah meraih kemajuan di berbagai bidang. Infrastruktur dibangun, teknologi berkembang, dan ekonomi tumbuh. Akan tetapi, ada kecenderungan romantisasi pembangunan fisik tanpa keberanian menilai apakah ia sungguh menjawab kebutuhan rakyat. Jalan tol, bandara, atau gedung megah sering dipamerkan sebagai simbol keberhasilan, sementara di baliknya masih ada ketimpangan sosial yang mencolok, kualitas pendidikan yang timpang, dan layanan kesehatan yang jauh dari kata merata.

Inilah titik lemah kepemimpinan kita: keberhasilan diukur dari apa yang tampak, bukan dari kualitas hidup rakyat sehari-hari. Sehingga, apa yang disebut sebagai "kemajuan" seringkali hanyalah ilusi kosmetik pembangunan. Kritik Dr. Rendra tentang politik transaksional dan logika kekuasaan menemukan konteksnya di sini: kita telah terlalu lama terjebak pada politik jangka pendek, dengan kepemimpinan yang sekadar ingin dikenang melalui proyek-proyek monumental, bukan lewat reformasi struktural yang lebih substansial.

Politik Transaksional dan Demokrasi yang Rapuh

Salah satu titik tajam dari tulisan Dr. Rendra adalah sorotan terhadap praktik politik transaksional. Ini adalah penyakit kronis demokrasi kita. Demokrasi elektoral yang seharusnya melahirkan pemimpin terbaik justru sering menghasilkan pemimpin kompromis, tunduk pada kepentingan oligarki, dan jauh dari etika kepemimpinan visioner.

Di sinilah persoalannya: bagaimana mungkin kita berharap pada kepemimpinan strategis dan etis jika sistem politik yang melahirkannya dikuasai oleh modal besar dan transaksi pragmatis? Harapan akan lahirnya pemimpin berintegritas sering kandas karena proses politik sejak awal sudah cacat. Kita sedang berjalan di jalur demokrasi prosedural, tetapi kehilangan ruh demokrasi substantif yang berpihak pada rakyat.

Kritik ini penting ditegaskan: bangsa ini membutuhkan kepemimpinan yang berani melawan arus politik uang, berani menolak intervensi oligarki, dan berani menempatkan kepentingan rakyat di atas kalkulasi elektoral. Tanpa keberanian itu, kepemimpinan transformatif hanya akan menjadi jargon akademis yang tidak pernah menemukan wujud.

Investasi pada Manusia yang Terlupakan

Tulisan Dr. Rendra menekankan pentingnya investasi pada manusia melalui pendidikan, kesehatan, dan penguasaan teknologi. Gagasan ini tepat, tetapi problemnya jauh lebih serius. Indonesia masih terjebak pada orientasi pembangunan ekonomi makro tanpa perhatian serius pada kualitas sumber daya manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun