Mohon tunggu...
Humaniora

Pejuang Mimpi

13 Agustus 2017   11:21 Diperbarui: 13 Agustus 2017   11:51 1509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: dok.pribadi

Saya rasa kegalauan semacam ini banyak dialami oleh remaja yang beranjak dewasa. Memilih hidup untuk mengejar mimpi (cita-cita) yang terkadang harus melalui jalan yang tidak mudah, atau memilih untuk mengikuti jalan yang telah dipilihkan orang tua. Dalam tulisan ini saya ingin berbagi cerita tentang kegalauan tersebut.

Biasanya hal ini muncul pada saat peralihan SMA menuju Perguruan Tinggi (kuliah), terutama dalam memilih jurusan/program studi yang akan dipilih, namun ini terjadi pada saat saya lulus dari SMP. Saya diharuskan melanjutkan pendidikan di pondok pesantren bersama saudara yang seumuran dengan saya. Lalu bagaimana dengan mimpi saya melanjutkan ke sekolah favorit ?

Memilih kedua pilihan tersebut mungkin mudah, jika orang tua membebaskan kalian untuk memilih jalan hidup, atau kalian yang sangat menurut pada orang tua. Saya tidak ingin ngeyel saat diberi nasihat atau petunjuk oleh kedua orang tua saya. Lalu saya harus bagaimana? Berkali-kali saya bertanya pada teman, guru dan orang lain tentang "Apa yang harus saya pilih?" Jawaban mereka berbeda-beda. Namun ada satu yang sangat mengena. Sampai pada akhirnya saya mengutarakannya baik-baik dengan mengajukan pilihan, apabila saya tidak diterima di sekolah tersebut, saya akan mengikuti jalan yang dipilihkan mereka. Terlebih saya pikir di sana saya akan mendapatkan ilmu yang bermanfaat, karena orang tua pasti ingin yang terbaik untuk anaknya.

Rasa cemas menyelimuti pikiran saat itu, sampai pada akhirnya hasil ujian pun diumumkan. Rasa syukur tak henti saya panjatkan, LULUS dengan hasil yang memuaskan dan dapat diterima di sekolah yang saya inginkan, salah satu Sekolah Kejuruan Negeri di Jakarta dengan jurusan Akuntansi. Mereka mengerti, mereka memahami dengan jalan yang saya pilih, karena semata untuk kebahagian mereka, dan hanya untuk mereka.

Seiring waktu berjalan, sampai akhirnya saya lulus dari sekolah tersebut dan langsung direkrut oleh salah satu perusahaan swasta sebagai Staff Accounting.  Karena pada dasarnya saya bukan dari keluarga berada, saya mengambil langkah ini demi melajutkan pendidikan di Perguruan Tinggi dari hasil bekerja dengan biaya sendiri. Untuk mewujudkan impian mereka, menjadi anak yang bisa membanggakan.

"Gapailah cita-citamu dengan melakukan apa yang orang tuamu inginkan, tunjukkan bahwa kamu bisa dan buat mereka bangga dengan apa yang kamu lakukan".

Bagaimana caranya bisa melakukan keduanya sekaligus? Yang saya ingat adalah cita-cita atau mimpi kalian bisa kalian peroleh jika kalian memperjuangkannya. Masa depan kalian, tanggung jawab kalian. Orang tua memang punya andil dalam menentukan masa depan anaknya, namun mereka akan bangga dengan apa yang kalian pilih dan berhasil dengan yang kalian pilih.

Alasan orang tua menginginkan kalian untuk menuruti kemauan mereka biasanya alasan klasik, karena mereka tak ingin hidup anaknya sia-sia dengan mengedepankan idealisme untuk menggapai cita-cita yang menurut mereka tak jelas. Saya suka menulis, namun apakah saya harus memasuki jurusan sastra? Saya suka menyanyi, apakah saya harus masuk jurusan seni? Kalian bisa belajar secara mandiri, tunjukan pada orang tua kalian bahwa kalian mampu dan bisa membanggakan orang tua kalian dengan hal yang menjadi mimpi kalian. Dengan begitu orang tua akan mampu percaya kepada diri kalian.

All our dreams can come true, if we have the courage to persue them-- Walt Disney

Kejarlah mimpimu, beranikan dirimu untuk mencoba hal baru. Jangan kalah, namun mengalahlah terlebih dahulu supaya kalian mendapatkan kesempatan untuk menunjukkan bahwa kalian mampu.

Kalian bisa.

Gunakan kesempatan kalian untuk dapat "menghidupkan hidup kalian".

Semangat untuk para pejuang mimpi!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun