Kabar gembira bagi para pecinta buku, sastra, dan Festival Literasi, ajang Ubud Writers and Readers Festival (UWRF) segera hadir kembali dan diselenggarakan secara ofline setelah dua tahun sebelumnya diadakan online karena pandemic .
UWRF 2022 akan diselenggarakan pada tanggal 27- 30 Oktober dengan menghadirkan 200 pembicara dari 19 negara yang terdiri dari penulis, budayawan, aktivis, jurnalis, pegiat sastra dan tokoh penting lainnya.
Sebagai penulis, saya termasuk yang setia memantau festival literasi internasional ini , walaupun tidak setiap tahun bisa mengikuti dan hadir langsung di Ubud Bali.
Kesempatan untuk bisa bertemu, menggali inspirasi dan berinteraksi langsung dengan para penulis dan pecinta buku dari berbagai negara adalah hal yang membuat saya bela belain datang ke festival ini.
Saya bersama Pak Putu Oka Sukanta. Dokpri
Sebagai bagian dari Road to UWRF 2022, beberapa waktu lalu saya hadir di Media Gathering di Kemang, Jakarta dimana UWRF memberikan penghargaan kehormatan Lifetime Achievement Award kepada Pemulis Legendaris , Putu Oka Sukanta, atas perjuangan dan kerja kerasnya di dunia kepenulisan semenjak muda hingga kini.
"Penghargaan ini memperteguh keteguhan saya untuk menulis dan bekerja bagi lapisan yang tersisih, lapisan yang marjinal oleh kekuasaan", ungkap Putu Oka Sukanta sang legenda hidup yang kini sudah berusia 83 tahun.
Saya sempat ngobrol dengan Pak Putu, meminta tips bagaimana agar para penulis muda bisa berteguh hati dalam dunia kepenulisan. Ia menyarankan para penulis tidak saja menjadikan kegiatan menulis sebagai hobi di saat senggang, tapi juga sebuah kebutuhan jiwa. Pak Putu juga bercerita, profesi lain yang digelutinya seperti Akupunkturis, membuatnya merasa tak perlu khawatir dalam mendapatkan income untuk kebutuhan sehari hari, sehingga ia juga bisa tetap memenuhi kebutuhan jiwa nya untuk rutin menulis.
Menarik untuk menyimak kisah hidup Pak Putu Oka Sukanta, yang bukan saja dikenal luas sebagai penulis/ sastrawan dan wartawan, tapi juga seorang penyembuh / Akupunkturis profesional.
Sebagai penulis yang telah menghasilkan puluhan karya novel, buku hingga puisi, karya karyanya telah banyak dipublikasikan di berbagai negara . Karena pernah aktif di Lekra organisasi yang dikaitkan dengan PKI ia pernah ditahan oleh Orde Baru sejak 1966-1976 di Jakarta tanpa pernah diadili.
Pengalaman hidup saat dipenjara 10 tahun itu banyak mempengaruhi karya karyanya dalam mengangkat kaum yang termarjinalkan. Di dalam penjara, ia juga belajar teknik pengobatan Akupuntur dari Dr. Lie Tjwan Sin, teman satu sel di penjara. Setelah keluar dari penjara, ia mendalami ilmu Akupunktur dan hingga kini berpraktek sebagai Penyembuh / Akunpunkturis. Namun karena pandemik dua tahun kemarin, ia menutup prakteknya dan kini mulai kembali berpraktek dengan pasien sangat terbatas.
Berbagi panggung dengan Putu Oka Sukanta, dalam acara di Kemang Jakarta tersebut hadir juga Puteri Indonesia 2022 Laksmi DeNeefe Suardana yang membawa misi berbeda di ajang kontes kecantikan Putri Indonesia, melalui kiprahnya di dunia sastra, literasi dan seni . Fyi, Laksmi ini adalah anak dari Janet DeNeefe sang pendiri UWRF, yang menikah dengan orang Bali dan menetap di Pulau Dewata
Festival UWRF pertama kali digagas pada tahun 2004 oleh Janet DeNeefe, sebagai program penyembuhan dalam menanggapi bom Bali pertama. Selama 19 tahun UWRF berlangsung , Laksmi sang anak selalu menjadi bagian dari festival ini. Tak heran jika ia tumbuh dan besar dengan kecintaan terhadap sastra dan literasi, yang di kemudian hari memberi dampak untuknya saat mengikuti ajang Putri Indonesia. Di UWRF Ubud nanti, Laksmi DeNeefe juga akan hadir sebagai pembicara.
Tema UWRF tahun ini adalah 'Uniting Humanity', untuk memperkuat ikatan sebagai individu dan dunia sebagai kolektif setelah berhasil melalui masa pandemik. Selain di Ubud, Bali, UWRF juga mengadakan berbagai Satelite Program di Pagar Alam, Solo, Yogyakarta dan Surabaya. Info Lengkap Program UWRF 2022 bisa disimak di di www.ubudwritersfestival.com/program