Mohon tunggu...
Ira Ardila
Ira Ardila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Artikel ini saya buat untuk berbagi pengalaman, ilmu pengetahuan, dan menuangkan rasa dalam kata. ingin menggunakan tinta yang sudah Allah sediakan untuk menulis ilmu pengetahuan yang tidak ada habis-habisnya. Saya bukan pengingat yang baik, maka setiap kata yang ditulis adalah alarm terbaik untuk saya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen Pengabdian Sobat Mengajar Indonesia Part #4: Ada Kutu Anjing di Ruang Kelas

16 Oktober 2022   22:30 Diperbarui: 17 Oktober 2022   21:07 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Belajar dan mengajar adalah rutinitas kami selama 1 bulan lebih menjadi pengajar muda di SDN Kutakarang 3. Pekan pertama ini, aku mengajar anak-anak kelas 5 dan 6 yang disatukan dalam satu ruangan. Sebenarnya, aku lumayan gugup, karena tidak terbiasa bermain bersama anak-anak, aku masih terus berpikir bagimana anak-anak suka denganku, dengan pengalaman terbatas di dunia anak-anak aku mulai mencoba dan mencoba.

Sebelum masuk ke kelas aku menyempatkan untuk senam wajah dulu agar senyumku terlihat lebar di hadapan anak-anak. "Assalamu'alaikum anak-anak" ucapku kepada mereka sambil masuk ke dalam kelas diiringi raut wajah yang bahagia, walaupun aku merasa deg-deg-an karena ini kali pertamaku mengajar. "Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh, Ibu" jawab mereka serempak. Aku melanjutkan menanyakan kabar mereka "Anak-anak bagaimana kabarnya hari ini?" ucapku lantang "baik, Ibu" jawab mereka. "Kalo Ibu tanya kabar, kalian jawabnya: Alhamdulillah, luar biasa, Allahu Akbar. Bisa?" Ucapku sambil memperagakan gerakannya. Mereka memperhatikan dengan antusias, "bisa, Bu" jawab mereka serempak. Ice breaking menanyakan kabar pun diikuti dengan semangat dan kompak.

"Anak-anak pertemuan yang lalu kita udah perkenalan ya sama bapak-Ibu guru sobat lainnya" ucapku diikuti dengan anggukan mereka, "di pekan pertama ini, anak-anak kelas 5 dan 6 akan belajar bersama Ibu Ira, pekan selanjutnya oleh pak Helmi, pekan selanjutnya lagi oleh Ibu Rereh, kita akan bermain sambil belajar yang seru-seru" lanjutku. Pertemuan pertama ini, aku ingin mengetahui tingkat literasi membaca anak-anak, dibekali modul membaca dari Sobat Mengajar, aku pun menggunakan modul tersebut. satu per satu anak-anak maju ke depan, ada yang sudah lancar membacanya, dan banyak juga yang masiih terbata-bata, bahkan ada yang belum mampu mengingat bentuk huruf abjad atau sering dibaca terbalik misal huruf 'a' dibaca 'e', huruf 'b' dibaca 'd' begitu pun seterusnya, dengan penuh perhatian aku membimbingnya.

Pertemuan pertama ini, aku habiskan untuk tes membaca, pendekatan melalui sharing-sharing kehidupan anak-anak di sini, dan sebagai guru tak lupa aku memberikan motivasi belajar kepada anak-anak. Jam pun sudah menunjukkan pukul 11 siang waktunya pulang sekolah, dengan dipimpin oleh ketua kelas yaitu Mahdi kami pun berdo'a bersama.

Keesokan harinya, Kembali dengan suasana pagi di tempat pengabdian, dengan suasana yang sejuk, seperti biasa anak-anak ke rumah panggung Ibu Siti untuk berangkat bareng ke sekolah. Seperti biasa juga mereka selalu membantu membawa media pembelajaran, buku-buku, dan hal lain yang dibutuhkan. Setelah sampai ke sekolah, anak-anak yang lain mengadu kepada ku.

"Ibu, aku gatel-gatel", kata Umis sambil salim kepadaku. "Iya, Bu. Aku juga gatel-gatel" kata yang lainnya sambil menggaruk-garuk tangannya. "Loh gatel-gatel kenapa" kataku heran, "Itu bu di dalem kelas banyak kutu anjing" kata salah satu anak sambil menunjuk ke arah ruang kelas. "Masa si, ada di mananya, bentuknya seperti apa" tanyaku makin heran karena sebelumnya aku tak pernah melihat kutu anjing bahkan mendengarnya saja hampir tidak pernah. "Iya bu ada di atas meja sama kursi". Kata mereka menjelaskan. "Yaudah, coba ibu mau lihat" sambil bergegeas ke arah ruang kelas, di kiri kanan anak anak memegang tanganku, tiba-tiba "Ibu, jangan ke dalem kelas, nanti langsung gatel-gatel" kata salah satu anak menghalangiku, "tapi Ibu mau lihat" kataku meyakinkan, "Jangan Bu, kutunya bersebaran di mana-mana, kalo kena langsung gatel" jawabnya lagi dengan lebih meyakinkan. "yasudah Ibu lihatnya pas pulang sekolah aja ya, nanti anter ibu ya" kataku, "iya, Bu" jawab anak-anak menyetujui.


"Bahaya yang perlu diwaspadai dari kutu anjing. Selain menyebabkan rasa gatal, gigitan kutu anjing pada manusia juga dapat menyebabkabkan beberapa kondisi serius dan bisa berakibat fatal. Kutu dapat membawa beberapa penyakit yang dapat ditularkan selama gigitan, yaitu paling umum meliputi: iritas, kulit merah; rasa gatal yang luar biasa;infeksi, dan juga risiko cacing pita jika kamu menelan kutu, anak-anak akan lebih mungkin secara tidak sengaja menelan kutu" Itulah artikel halodoc.com yang baru saja kucari tahu. Ternyata kutu anjing sangat berbahaya.

Tak heran jika banyak kutu anjing di ruang kelas, karena memang kondisi ruang kelas yang tidak memiliki daun pintu dan tidak memiliki daun jendela. Jadi, banyak anjing warga yang sering masuk ke dalam kelas, ditambah lantai kelas yang masih tanah dan berdebu, selain anjing yang masuk ke dalam kelas. Beberapa kali siswa dan warga menemukan ular di sudut ruang kelas, apalagi ketika ruang kelas tidak terpakai saat pandemi. Cerita dari anak-anak diperkuat dengan temuan yang aku lihat dengan mata kepala sendiri, aku melihat ada kulit ular yang lumayan besar di depan ruang kelas.

Tak lama waktu sudah menunjukkan pukul 08.00 aku pun memanggil siswa kelas 5 dan 6 untuk belajar di luar saja. "Oke, anak-anak hari ini kita akan outdoor class atau belajar di luar di bawah pohon yang sangattt sejuk" kataku dengan nada gembira. "wahhh iya bu, di pohon yang mana?" kata Ripky dan Umis. "Kita akan belajar di bawah pohon palm, setuju ga? Kataku menanyakan. "Iya, Bu. Setujuuuuu", tanpa disuruh anak-anak langsung membawa tasnya ke bawah pohon palm yang rindang sambil berlarian, setelah semua berkumpul dibawah pohon, aku mengiinstuksikan untuk duduk dalam barisan dengan rapi. Mereka duduk diatas tanah, sedangkan aku berdiri terkadang juga duduk dengan mereka.

Angin dari pohon-pohon berlarian ke wajah kami, membuat suasana menjadi segar, dengan pemandangan lapangan luas yang ditumbuhi rumput dan pepohonan yang hijau. Alam selalu menyediakan tempat untuk kita terus belajar.

Saat itu, aku sudah membawa media belajar yang ku namakan 'kantong emotikon', siswa akan belajar untuk menceritakan pengalamannya sesuai dengan emotikon yang mereka pilih, ada yang memilih emotikon senang kebanyakan mereka bercerita tentang kebahagiaan mereka bertemu belajar dengan Ibu dan Ibu guru dari Sobat Mengajar. "....aku sangat senang sekali, karena ada bapak dan ibu guru sobat ngajar kami di sini...." Kata Eroh bercerita di hadapan teman-temannya. "senangnya itu karena apa, Eroh?" kataku menanyakan alasannya. "seneng aja, bisa bermain, belajar, rame di kelas, terus seneng diajar sama Ibu guru, karena di sekolah ini tidak ada guru perempuan" kata Eroh dengan malu-malu. Seketika aku terharu dan bahagia sekali mendengarnya. Gilliran anak-anak lain yang maju, ada yang bercerita sedih karena gatal-gatal, sedih jatuh dari sepeda, senang bisa bermain dengan ibu guru, senang kemarin bermain dengan teman-temannya, dan masih banyak sekali cerita-cerita dari mereka yang membuatku tak bosan untuk mendengarkannya. Setelah semua selesai bercerita, aku memberikan permainan-permainan edukasi. Anak-anak terlihat selalu gembira dan tak terlihat lelah sedikitpun, kesedihan akibat kelasnya direbut kutu anjing pun sudah tidak terlihat diwajahnya yang masih polos. Aku selalu percaya, alam memang menghadirkan rintangan, tapi alam juga menyediakan tempat untuk tetap belajar, dari sanalah aku belajar pada anak-anak untuk bisa belajar pada alam. Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 11 siang, pembelajaran sudah selesai, dan akhirnya anak-anak berdo'a untuk pulang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun