Mohon tunggu...
Sri Ken
Sri Ken Mohon Tunggu... Asisten Rumah Tangga - Swasta

Suka masak sambal

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Spirit Agama Itu Bukan Anti Pancasila

21 Februari 2020   03:08 Diperbarui: 21 Februari 2020   03:22 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada fenomena menarik jika kita melihat situasi pendidikan kita yang agak berubah dari era 90 an sampai saat ini. Jika kita dahulu melihat pendidikan kita penuh dengan ajaran pluralis, tapi kini situasinya tidak seperti itu. Intoleransi kian menguat dan beberapa justru sengaja mengarahkan pada radikalisme.

Kita tercengang karena pergeseran itu. Kita ambil contoh, pertama, mungkin kita ingat karnaval anak TK di Pasuruan yang memakai pakaian prajurit di Suriah (yang tertutup rapat)  dilengkapi dengan replica senjata. Ironisnya TK tersebut adalah TK milik sebuah yayasan sebuah angkatan bersenjata. Sesaat setelah foto dan videonya viral, pihak sekolah meminta maaf.

Kehebohan terjadi  saat  tepuk tangan anak soleh yang mirip seperti tepuk tangan pramuka viral di media sosial. Sekilas seperti tepuk tangan berirama seperti tepuk tangan pramuka, tapi  pada akhir narasi tepuk tangan itu ada yel yel islam yes , kafir no. Yel-yel yang diajarkan pada murid sekolah dasar untuk beberapa acara ekstra kulikuler ini dianggap mengandung ajaran intoleransi, karena tersurat penolakan pada agama yang berbeda.

Ketiga, beberapa kali ditemukan soal ujian dan bahan ajaran yang memperlihatkan politik identitas. Karena terlalu sering, fenomena soal yang mengandung intoleransi ini seakan menjadi rahasia umum.

Lebih lanjut lagi, juga beredar kabar jika beberapa sekolah agama internasional mengajarkan pada para muridnya bahwa bangsa kita yang mayoritas penduduknya beragama Islam sejatinya hanya mengakui satu agama saja dan menafikan agama lain (di luar Islam adalah kafir). Ini sebangun dengan narasi pada tepuk anak soleh di atas.

Pada tataran lebih radikal beberapa bagian masyarakat semisal di komunitas tertentu atau di pengajian tertentu, pemerintah, aparat dan negara Indonesia dianggap thaghut. 

Sementara itu Pancasila juga singgap sebagai berhala kekinian. Mungkin kita ingat kejadian pemboman di beberapa tempat dengan sasaran pos polisi atau kantor polisi menyiratkan bahwa pemboman itu karena mereka menganggap aparat adalah thaghut.

Dari ilustrasi di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa kondisi intoleransi dan radikalisme kita sudah pada kondisi yang memprihatinkan. Pemerintah, aparat, bahkan dasar negara kita yaitu Pancasila dianggap sebagai berhala masa kini.

Perkembangan spirit keagamaan memang terjadi peningkatan cukup besar dalam beberapa tahun ini. Ini memang fenomena yang cukup baik, namun jika berkembang ke arah yang salah tentu saja harus diluruskan dan tidak dipakai sama sekali. Pancasila sudah terbukti merupakan dasar yang cocok bagi bangsa Indonesia karena lentur dan memadukan banyak perbedaan sehingga spirit keagamaan hendaknya searah dengan Pancasila kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun